Xuanyuan Poxi Ingin Dia Hidup
Xuanyuan Poxi Ingin Dia Hidup
Namun, seiring berjalannya waktu, aura kematian secara bertahap meningkat di kamar ini, membuat semua orang merasa seolah tercekik.
"Pfft…" Tiba-tiba, gadis di tempat tidur itu memuntahkan seteguk darah.
Xuanyuan Poxi segera berdiri, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa. Dalam keadaan panik, dia hanya bisa mengambil saputangan yang dibawa oleh pelayan dan menyekanya untuk Ma Jinjiao.
"Yang... Yang Mulia..." Perlahan, Ma Jinjiao membuka matanya dan dengan lemah memanggil Xuanyuan Poxi.
"Aku di sini." Xuanyuan Poxi meletakkan saputangan berdarah di tangannya, lalu memegang tangan Ma Jinjiao dengan erat, dan memandangnya dengan cemas.
"Meong!" Telinga kucing abu-abu kecil itu berdiri dan melompat ke sisi bantal Ma Jinjiao. Ekornya terangkat, dan pupil hitamnya membelalak saat menatap pemiliknya.
"Yang Mulia, apa... Apakah aku akan mati?" Ma Jinjiao menahan rasa terbakar di tenggorokannya. Dia mengerahkan kekuatannya untuk memegang telapak tangan Xuanyuan Poxi, dan menatap Xuanyuan Poxi dengan putus asa.
"Tidak, kamu akan baik-baik saja. Xiao Huan sedang membuat penawarnya untukmu. Jika kamu bertahan, kamu akan baik-baik saja!" Urat biru tiba-tiba terlihat menonjol di dahi Xuanyuan Poxi. Dia mencoba mengembalikan ketenangannya dan menghibur Ma Jinjiao. Namun pada saat ini, dia menatap Ma Jinjiao dengan sangat tertekan.
Sejak menjadikan gadis itu sebagai Putri Mahkota, tampaknya dia tidak pernah peduli padanya, dan hanya menganggapnya sebagai pelengkap posisi dan identitasnya. Tetapi pada saat ini, ketika dia melihat gadis yang sedang berjuang di ambang kematiannya itu, hatinya terasa sangat sakit.
Tingkah konyol, bodoh, kebaikan, dan martabat Ma Jinjiao membentuk bingkai demi bingkai di benaknya. Xuanyuan Poxi tidak ingin gadis itu mati. Dia ingin gadis itu tetap hidup dan hidup dengan baik!
Ma Jinjiao menjatuhkan setetes air matanya, dan masih berusaha untuk menahan tangan Xuanyuan Poxi. Kemudian, dia berkata kepadanya dengan lemah, "Yang Mulia, setelah aku mati, tolong... Tolong hibur ayah dan ibuku. Serta... Serta kakak tertua dan kaka keduaku, dan juga... Juga adik keempatku. Katakan... Katakan pada mereka untuk jangan terlalu sedih untukku…"
"Yang Mulia, jika kamu bisa membuat ayahmu... Membatalkan pernikahan Xiao Huan, kamu harus memperlakukan Xiao Huan dengan baik. Jika tidak.... Jika tidak, kamu... Kamu hanya akan... Bisa melihatnya bahagia bersama Tuan Yi. Jangan... Jangan biarkan siapa pun menggertak Xiao Huan. Dan... Yang Mulia, tolong jaga berang-berang kecil itu..."
Ma Jinjiao mengerahkan seluruh kekuatannya saat mengucapkan kalimat terakhirnya. Kemudian dia memejamkan mata dan menundukkan kepalanya. Di saat itu juga, tangan kecil yang dipegang oleh Xuanyuan Poxi langsung kehilangan kekuatannya dan terkulai.
"Ma Jinjiao!" Mata Xuanyuan Poxi memerah, kemudian dia berteriak keras.
Kucing abu-abu kecil itu segera membungkuk, bulunya berdiri dan dia mengeluarkan suara 'meong' yang menyedihkan.
***
Di malam hari, angin bertiup sepoi-sepoi.
Di ruang pengobatan istana,
Seluruh tubuh Su Muhuan telah basah oleh keringat, dan keringat dingin masih menetes di dahinya. Otot dan pembuluh darahnya hampir meledak, karena dia mengeluarkan kekuatan di tubuhnya secara berlebihan.Tetapi dia masih duduk bersila di samping kuali tinggi. Dia terus-menerus menyalurkan cahaya api yang keluar dari telapak tangannya ke kuali.
Sejak kematian ayah dan kakaknya, dia hampir tidak pernah menggunakan teknik pengobatannya, dan itu membuat tekniknya hampir gagal. Jika bukan karena kuali tinggi yang ada di ruangan ini, dia pasti tidak akan bisa menyalurkan cahaya api sama sekali.
Namun, karena kondisi Ma Jinjao sangat kritis, jadi tidak mungkin untuk mencari semua tanaman herbal yang dibutuhkan sebagai penawar. Selain itu, juga tidak ada rumput Kuihuang di istana ini.