Istri Kecilku Sudah Dewasa

Tubuh Kecil yang Lembut



Tubuh Kecil yang Lembut

1Tetapi pada saat ini, dua murid laki-laki yang sedang bertarung dengan roh jiwa lain itu telah dilemparkan oleh roh jiwa tersebut.     

Sedangkan roh jiwa itu juga baru saja memuntahkan seteguk darah. Tapi, saat ini dia sudah berdiri dan menghampiri Wen Yiwen, Wei Ziyao, dan Guan Luhan.     

Wei Ziyao tidak lagi khawatir tentang pengisian tenaga. Jadi ketika dia melihat roh jiwa mendekat, dia melemparkan palunya dan menghantam roh jiwa itu.     

Namun tak disangka, roh jiwa itu menangkap palu yang dilemparkan oleh Wei Ziyao dengan mudah. Kemudian dengan suapan tangannya yang besar, dia menarik Wei Ziyao yang sudah kehabisan tenaga.     

Wen Yiwen sangat marah saat melihatnya. Dia ingin mengangkat tombaknya untuk bertarung, tetapi Guan Luhan menariknya kembali.     

"Kamu gila! Kita harus bersembunyi!"     

Untuk menyelamatkan hidupnya, Guan Luhan tidak lagi peduli tentang hubungannya yang buruk dengan Wen Yiwen. Jadi dia langsung berteriak padanya untuk mengingatkannya.     

Wen Yiwen mengerutkan keningnya dan mendorong Guan Luhan ke samping dengan jijik. "Sembunyilah sendiri! Bagaimanapun juga, roh jiwa itu akan tetap menemukan kita. Apa gunanya bersembunyi? Jika duduk diam di sini, sama saja kita hanya akan menunggu kematian!"     

Namun, begitu Wen Yiwen selesai berbicara, tombak di tangannya tiba-tiba direbut oleh Guan Luhan. Kemudian, dia mendorongnya ke depan dan dengan cepat berbalik untuk berlari dan bersembunyi di balik pohon besar.     

Guan Luhan takut mati. Sebelumnya, dia telah membuang panahnya yang tidak berguna itu. Saat ini, dia tidak punya senjata. Jika roh jiwa menyerangnya, bahkan kekuatan sihirnya tidak akan berguna sama sekali tanpa bantuan senjata. Oleh karena itu, dalam kepanikannya, dia pikir bahwa dirinya sangat pintar, dengan langsung merebut senjata Wen Yiwen.     

"Teman sialan!"     

Wen Yiwen sampai tidak bisa berkata-kata dengan sikap Guan Luhan ini. Tetapi, tidak peduli seberapa cepat dia bereaksi, tapi dia sudah terlambat. Karena roh jiwa itu telah membuang palu di tangannya dan langsung mengangkatnya.     

Liu Yemei mengerutkan keningnya dengan erat, dan mendengar bahwa Wen Yiwen tiba-tiba berteriak.     

"Jimat api--!"     

Ketika dalam bahaya, Wen Yiwen dengan cepat menenangkan diri, dan membuat jimat merah muda di udara dengan kekuatan sihirnya. Lalu, dia mengarahkannya ke roh jiwa yang memegangnya. Jimat apinya mengeluarkan api yang langsung bergegas ke kepala besar roh jiwa itu. Tetapi, ternyata api itu hanya bisa membakar rambut kepalanya saja. Karena roh jiwa itu masih memegang Wen Yiwen dengan erat.      

Tangan besarnya yang lain meraih api di kepalanya dan kemarahannya semakin meningkat. Tetapi, dia melakukan semuanya ini dengan maksimal, bahkan dia tidak hanya tidak bermaksud melepaskan Wen Yiwen. Namun, dia juga semakin mengeratkan tangannya yang memegang Wen Yiwen dengan penuh kekuatan.     

"Aaah!"     

Wen Yiwen yang merasa terjepit langsung berteriak. Kemudian, dia menggertakkan giginya dan menatap roh jiwa itu dengan penuh amarah. Namun, sudah terlambat untuk menggunakan kekuatan sihirnya dan membuat jimat api. Selain itu, dia tidak memiliki kekuatan fisik. Karena sangat cemas, dia hanya bisa membuka mulut kecilnya dan menggigit tangan besar roh jiwa.     

Tetapi, saat gigi putih kecilnya menggigit daging roh jiwa, namun bagi roh jiwa, itu hanya seperti gigitan nyamuk, dan tidak akan berhasil sama sekali. Bahkan, roh jiwa itu malah berteriak seolah tertawa puas, dan meningkatkan kekuatannya yang sedang memegang Wen Yiwen. Pupil matanya yang merah melebar, karena dia ingin memegang Wen Yiwen hingga membuatnya hancur.     

Wen Yiwen tahu bahwa kematiannya sudah semakin dekat ketika dia merasa bahwa tangan besar roh jiwa itu memegangnya semakin kuat dan akan meremasnya. Lalu, dia melihat bola baja kecil seperti mutiara dan terbang ke arahnya. Namun, itu tidak mengenainya, melainkan mengenai tangan roh jiwa yang sedang memegangnya.     

Di bawah serangan mutiara yang panas dan tajam, tangan besar roh jiwa yang memegangnya sedikit melonggar, dan Wen Yiwen pun terjatuh. Dia memejamkan matanya, dan setetes air mata rasa sakit mulai jatuh. Sebab, dia tidak memiliki kekuatan untuk mendarat di tanah dengan posisi yang baik, jadi dia sudah siap untuk jatuh sampai mati.      

Tetapi, tiba-tiba tubuh kecil yang lembut bergegas ke arahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.