Tidak Bisa Mengendalikan Kebahagiaannya
Tidak Bisa Mengendalikan Kebahagiaannya
Astaga-- Guan Luhan bahkan tidak berani memikirkannya lagi, karena itu terlalu sulit dipercaya. Bagaimanapun juga, dia sangat cantik dan lemah. Jika itu pria normal, maka pria itu akan langsung menyukainya. Namun Raja Huayou tidak hanya seorang pria normal, tetapi dia juga pria yang kuat.
Semakin Guan Luhan memikirkannya, semakin merah wajahnya. Dia benar-benar tidak bisa mengendalikan kebahagiaannya.
Namun, seperti yang semua orang tahu, Xuanyuan Pofan sangat picik. Dia tidak mengizinkan Wen Yiwen menukar senjata hanya karena dia ingat bahwa Wen Yiwen pernah mengarahkan panahnya pada kucing kecilnya.
Secara pribadi, Xuanyuan Pofan memanggil Niu Siguang untuk menyiapkan sepuluh senjata itu. Dia tidak tahu bahwa Niu Siguang akan menaruh panah di dalamnya, sehingga dia takut Wen Yiwen akan memilih panah itu.
Awalnya Xuanyuan Pofan ingin mengambil panah tersebut, tetapi dia mengabaikannya karena Wen Yiwen justru malah memilih tombak. Tetapi. tiba-tiba saja Wen Yiwen ingin menukar senjatanya dengan Guan Luhan, jadi tentu saja dia melarangnya.
***
Setelah semua orang berdiri dengan tenang, Xuanyuan Pofan segera memasukan kelinci cantik milik Liuli Guoguo ke dalam gelang ruang sihirnya. Kemudian, dia berdiri dan secara tidak sengaja melirik wajah bopeng Liuli Guoguo, lalu dia berkata kepada semua murid. "Sebentar lagi akan ada lima roh jiwa tingkat tiga, yang dapat ditangani dengan kekuatan kalian sendiri."
"Tugas kalian hari ini adalah membentuk tim dan menggunakan senjata yang kalian pilih untuk menangani satu roh jiwa bersama-sama. Selain itu, kalian harus memikirkan strategi kalian sendiri. Singkatnya, kalian tidak bisa meninggalkan hutan ini sebelum kalian semua mengalahkan roh jiwa itu. Kami akan menilai kalian sesuai dengan kinerja masing-masing."
Mungkin, ini adalah kata-kata paling banyak yang pernah Raja Huayou katakan selama di sini. Karena sikapnya yang dingin, biasanya dia juga tidak banyak bicara.
"Apa? Roh jiwa?! Tapi ini Perguruan Tinggi Xing Yun. Bagaimana mungkin mereka bisa muncul, Guru?" Sebelum Wen Yiwen menyelesaikan kata-katanya, pria berjubah hitam yang berdiri di depan mereka semua tiba-tiba menghilang, dan itu yang membuatnya terkejut.
"Xiao Guo, di... Di mana Guru?" Lie Nieduo juga sedikit bingung. Dia melihat sekeliling, tetapi dia tidak menemukan sosok Xuanyuan Pofan. Samar-samar dia mendengar suara dan membuatnya langsung waspada.
Liuli Guoguo juga menatap lingkungan yang mengerikan di sekitarnya, tetapi dia tampak tenang. Dia lalu mengangkat bahunya dan menjawab pertanyaan Lie Nieduo, "Guru langsung pergi setelah memberi kita tugas."
"Rawr--!"
Segera setelah Xuanyuan Pofan pergi, raungan roh jiwa yang mengguncang langit dan bumi menghantam ke segala arah.
"Sial, ternyata memang ada roh jiwa di sini!" Seorang murid laki-laki tidak bisa menahan keterkejutannya.
'Bum bum bum--!'
Dengan langkah yang sekuat gajah, roh jiwa tiba-tiba mendekat dan membuat gunung-gunung di sekitarnya bergetar.
Wei Ziyao mengernyitkan alisnya dan tanpa sadar menarik Wen Yiwen yang ada di sampingnya ke belakangnya. Dia lalu meraih palunya dan melihat ke sekeliling dengan tatapan tajam.
Wen Yiwen mendorong Wei Ziyao dan menatap sekeliling dengan mata berbinar. Jika memang ada roh jiwa, itu akan bagus. Jadi, tentu saja Wen Yiwen sangat bersemangat. Dia mengira akan melawan teman sekelasnya dengan satu lawan satu atau pertarungan tim. Namun, dia tidak menyangka akan melawan roh jiwa. Menurutnya, ini lebih menyenangkan daripada melawan temannya sendiri. Dia sangat senang!
"Xiao Guo, ada roh jiwa, dan roh jiwa itu adalah roh jiwa tingkat tiga!" ucap Lie Nieduo sambil mengerutkan keningnya.
"Ya, pertarungan akan segera dimulai. Duo Gemuk, hati-hati." Liuli Guoguo menatap sekeliling dan berkata kepada Lie Nieduo dengan waspada.
"Ya! Kamu juga, Xiao Guo!"
Mereka yang dapat memasuki kelas tingkat merah bintang satu adalah yang telah mencapai hasil paling baik di Lembah Ribuan Makhluk Buas sebelumnya. Mereka bukan orang biasa, dan ada banyak murid yang pemberani di kelas ini. Lalu, setelah beberapa saat kemudian, semua murid langsung mengangkat senjata yang ada di tangannya, dan bergegas menuju roh jiwa yang mulai mendekat ke arah mereka.