Mao Buqiong
Mao Buqiong
Sebelum hakim membawa pengawal kelima dan Maomao Cong ke penjara tempat ayah Maomao Cong dikurung. Dia melihat tidak jauh dari situ, ada tiga penjaga yang sedang memukuli ayah Maomao Cong. Dia tercengang untuk sementara dan berpikir di dalam hatinya. Bukannya itu penjara Mao Buqiong? Ketika memikirkan ini, hakim pun mengangkat alis dengan marah, dan bergegas ke arah mereka—
"Apa yang sedang kalian lakukan?!"
Saat tiga penjaga itu mendengar suara hakim, mereka langsung menaruh tongkat mereka dan mengangkat kaki mereka dari Mao Buqiong. Ketika berbalik, mereka melihat bahwa itu adalah sang hakim. Dengan terkejut, salah satu penjaga segera menghampiri hakim dengan senyum ceria.
"Tuan tidak tahu? Mao Buqiong ini hampir melakukan bunuh diri tadi! Terakhir kali dia mencoba menggantung diri dengan rerumputan kering. Tapi di tengah bunuh diri, rumputnya patah. Sebelumnya juga dia berusaha bunuh diri dengan membenturkan diri ke tembok, temboknya retak tapi dia tidak mati."
"Kali ini, dia ingin menelan batu dan terus bergumam sesuatu seperti 'dia seharusnya tidak menjual putrinya' dan 'dia akan pergi ke 18 level neraka untuk menebus dosanya pada putrinya'. Jika bukan kami menemukannya lebih awal, dan menekannya ke lantai dan mengeluarkan batu di tenggorokannya secara paksa, dia akan sudah mati dari tadi."
"Jika dia mati, Tuan Bao pasti akan mengatakan bahwa penjara Yamen itu tidak bertanggung jawab. Jadi kami memukulinya untuk memberinya pelajaran. Tapi hakim bisa tenang, kami tidak akan memukulinya sampai mati. Jika kami memukulinya sampai mati, bukankah itu sama saja dengan memenuhi harapannya? Hehe…"
Hehe? Hehe matamu?! Maki hakim itu yang hampir saja pingsan. Dia benar-benar ingin menghajar penjaga itu sampai mati. Sebab, jika Mao Buqiong adalah orang yang ingin dilindungi oleh pengawal kelima, entah bagaimana bisa ini jadi hal yang baik.
Namun, pada saat ini, suara isakan seorang gadis menarik perhatian semua orang. Saat dia mendengar tiga kata itu, 'Mao Buqiong', dan melihat pria paruh baya di dalam penjara. Bahkan pria paruh baya itu memakai pakaian sobek-sobek dengan darah di tubuhnya dan terlihat hampir mati. Hal itu membuat air mata Maomao Cong langsung mengalir.
Tubuhnya gemetar, dan Maomao Cong segera berjalan selangkah demi selangkah ke arah paman dengan baju sobek-sobek itu. "Ayah!"
Mao Buqiong mendengar suara yang sangat familiar di telinganya itu. Tubuhnya yang penuh luka gemetar, dan dia menoleh dengan penuh kesulitan. Lalu, matanya melihat wajah lembut Maomao Cong.
"Ayah, apa kamu tak apa?" Maomao Cong bergegas ke sebelah Mao Buqiong. Dalam pikirannya, adegan ketika Mao Buqiong yang menjualnya pun mendadak menjadi kabur. Sebab, saat melihat ayahnya ada dalam kondisi yang menyedihkan seperti itu, hatinya terasa seperti tengah dihancurkan.
Benar dia membencinya. Tapi… Dia adalah ayah kandungnya!
Ini adalah ayah yang menemaninya menangkap kupu-kupu, dan menggendongnya melalui rawa-rawa. Dia yang mengajarinya berkuda dan berenang, mengajarinya menulis dan membaca.
Lalu, saat Maomao Cong tiba-tiba ingin memakan ubi panggang di musim dingin yang berangin dan sangat dingin, dia lah yang berlari membelikannya untuknya. Saat hujan deras dan mereka memakai satu payung bersama, pasti salah satu sisi bahunya akan basah kuyup…
Adegan mengharukan antara ayah dan anak ini terus muncul di benak Maomao Cong, dan membuatnya menangis.
Mao Buqiong mengangkat kepalanya dengan seluruh kekuatan yang dia punya. Tangan besarnya yang penuh dengan darah dan kuku yang menghitam menyentuh wajah kecil Maomao Cong. Suaranya serak dan pelan, "Cong'er? Cong'er, kenapa kamu bisa ada di sini? Aku, aku pasti sudah mati ya…"
"Tuhan memang baik. Untuk bajingan sepertiku, dia masih mengizinkanku melihat, melihat putri kesayanganku sebelum aku mati. Cong'er, maaf. Ayah salah, ayah salah, salah, aku salah… Ayah tidak berani meminta maafmu. Ayah akan pergi ke neraka untuk menebus semuanya. Cong'er, maaf… Maaf… Ayah bersalah padamu…"
Mao Buqiong akhirnya kehilangan kekuatannya dan pingsan.
"Ayah—!"