Memasukkan Obat (2)
Memasukkan Obat (2)
Meskipun bentuk pil obat itu cukup spesial, tapi karena bubur ginseng merah dan jamur itu masih panas, serta dari pil obat itu sendiri juga cepat meleleh. Jadi, pil obat warna kuning itu pun sudah bercampur ke dalam bubur ginseng merah dan jamur, lalu sepenuhnya menghilang dan tak terlihat.
Benar saja, setelah meleleh, pil obat itu juga tidak berwarna dan tidak berasa. Hebat sekali pokoknya.
Liuli Guoguo menghela napas lega di dalam hatinya, lalu bergegas menutup mangkuknya dengan tutupnya. Dia pun menepuk tangannya sambil berkata, "Sudah selesai koki Cai Yinan. Cepat kalian antarkan ini, aku kembali duluan ya."
"Laksanakan Nyonya kecil, hati-hati Nyonya kecil."
Cai Yinan tersenyum ramah. Dia tidak curiga sedikitpun kalau Liuli Guoguo memberikan obat lain kepada Tuan mereka.
***
Di Paviliun Chiming.
Xuanyuan Pofan tidak menyangka kalau Liuli Guoguo butuh waktu yang sangat lama seperti ini hanya untuk memeriksa makanan. Dia berjalan ke depan pintu, dan saat hendak melihat keluar, sosok berbaju merah muda melompat-lompat ke arahnya seperti seekor kelinci putih. Di belakangnya, ada sekelompok pelayan yang mengantarkan makanan mereka.
"Kakak Po, kenapa kamu keluar?" Liuli Guoguo melompat sampai ke samping Xuanyuan Pofan, lalu memeluknya.
Xuanyuan Pofan mencubit hidung Liuli Guoguo, lalu mengecup bibir kecil merah mudanya. "Kamu tidak merasa bersalah bertanya padaku? Kenapa kamu keluar begitu lama?"
"Aku pergi ke dapur."
Liuli Guoguo juga tidak menyembunyikan hal ini, karena setelah makan malam hari ini, dia juga akan mengakui segalanya kepada Xuanyuan Pofan. Kalau tidak, setelah Xuanyuan Pofan mengetahuinya sendiri, maka semua orang yang ada di dapur yang tentu akan menderita.
Yang membuat masalah adalah Liuli Guoguo, jadi yang menerima akibatnya juga harus dia seorang. Karena tidak bagus menurutnya, jika melibatkan dan memberi masalah kepada para koki imut dan para pelayan dapur.
"Untuk apa kamu pergi ke dapur?" Xuanyuan Pofan mengerutkan kening. Apa kamu ini sudah kelaparan dan tidak tahan sekali ya, batinnya.
"Aku terlalu lapar, jadi aku pergi untuk memeriksanya." Liuli Guoguo memanyunkan bibirnya, dan menjadikan pundak Xuanyuan Pofan sebagai bantal dagunya. Dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak membiarkan Xuanyuan Pofan melihat matanya yang tidak bisa berbohong itu.
Suaranya bisa dibuat-buat hingga terdengar begitu wajar dan alami. Tapi, begitu ditatap oleh mata Xuanyuan Pofan yang begitu serius dan ada kejahatan di tengahnya. Namun juga diiringi rasa kasih sayang yang dalam terhadapnya, maka habislah dia.
Xuanyuan Pofan sama sekali tidak menyangka kalau si kucing kecil yang telah dibesarkannya selama delapan tahun akan memasukkan obat pada makanannya. Tentu saja dia juga tidak curiga sama sekali. Dia pun meremas pantat Liuli Guoguo, lalu berjalan masuk ke dalam paviliun dengan menggendongnya.
***
Meja makan yang diukir dengan ukiran pohon, bunga pir, air, dan emas ini diangkat ke depannya oleh para pelayan. Lalu, para pelayan yang mengantarkan makanan meletakkan satu persatu piring di nampan mahoni ke atas meja. Kemudian membuka satu persatu tutup piring mahoni itu.
Liuli Guoguo seperti biasanya hanya menenggelamkan kepalanya untuk menikmati makanan-makanan lezat ini. Hanya saja, hari ini mata anggurnya yang besar diam-diam melirik ke pria berjubah hitam di sampingnya beberapa kali.
Namun, Liuli Guoguo berusaha keras untuk mengendalikan diri dan mengurangi lirikannya. Kalau tidak, nanti malah ketahuan dan rencananya akan sia-sia. Lalu, saat melihat Xuanyuan Pofan makan hidangan tapi tidak juga memakan buburnya, dia pun perlahan mulai panik.
"Kakak Po, tumis ayam jamur hari ini lezat sekali." Liuli Guoguo tersenyum dengan manis kepada Xuanyuan Pofan. Dia mengambilkan sepotong daging ayam tumis yang lezat itu ke mangkuk Xuanyuan Pofan.
Bibir Xuanyuan Pofan sedikit melengkung, dan dia memasukkan makanan yang diberikan Liuli Guoguo ke dalam mulutnya.
Liuli Guoguo menggigit bibirnya dan menatap Xuanyuan Pofan lagi. Namun, Xuanyuan Pofan masih belum juga makan bubur ginseng merah dan jamur. Dia benar-benar sudah panik. Tapi tahu kalau dia tidak bersabar, nanti malah akan mengacaukan rencana besarnya.