Kakak Po dan Kecoa Jahat (1)
Kakak Po dan Kecoa Jahat (1)
"Xiao Guo, apa kamu ada di dalam? Eh? Apa Xiao Guo belum kembali ke kamar ya? Kenapa pintunya tidak ada yang membuka?" gumam Lie Nieduo setelah melihat pintu kamar Liuli Guoguo yang tidak segera ada yang membuka. Jadi, dia pun kembali mengetuk pintu kamar Liuli Guoguo dan memanggilnya.
"Iya, datang," jawab Liuli Guoguo yang bergegas mengambil sapu tangan warna merah muda di saku lengannya. Lalu mengelap bersih wajah kecilnya yang basah karena dicium dan dijilat oleh kakak Po. Kemudian dia merapikan seragamnya yang agak berantakan. Setelah itu, dia bergegas berlari membukakan pintu untuk Lie Nieduo.
Liuli Guoguo membuka pintunya, lalu tersenyum dengan hangat, dan bertanya pada Lie Nieduo, "Duo gemuk, kamu sudah selesai berkemas ya?"
"Em em, lagi pula hanya tidur semalam saja di rumah. Besok aku sudah pulang ke sini lagi. Apalagi gelang ruang sihir kita juga sudah diaktifkan, jadi bisa... Em… Xiao Guo, kamu baru saja menangis ya?"
Ketika Lie Nieduo bicara, dia melihat Liuli Guoguo dengan seksama, dan menyadari kalau mata anggur Liuli Guoguo yang besar itu terlihat merah sekali seperti baru saja menangis. Di pipi dan juga dagu kecil di wajah penuh bopeng itu, tampak samar-samar jejak warna merah. Jadi, dia langsung tertegun dan agak sedikit terkejut.
Liuli Guoguo tidak panik kali ini, kemudian dia agak memanyunkan bibirnya, lalu menundukkan matanya dan berkata kepada Lie Nieduo, "Em!" Setelah itu dia bicara lagi, "Ketika baru saja kembali dan membuka pintu kamarku, aku melihat ada kecoa yang sangat besar sekali di dalam kamar. Jadi, aku pun langsung menangis karena ketakutan."
Kening pria berjubah hitam yang sedang bersembunyi di belakang lemari baju pun langsung mengerut, dan raut wajahnya menggelap.
Lie Nieduo lantas mengedipkan matanya dengan cepat, "Menangis ketakutan karena ada kecoa? Xiao Guo, apa kamu yakin, kamu ini tidak bercanda kan?" tanyanya. Lalu, dia melihat mata anggur Liuli Guoguo yang besar dan memerah saat ini.
Hati Lie Nieduo pun jadi agak sedih dan tidak tega begitu melihat ekspresi sahabat baiknya yang agak sedih itu. Tapi, begitu mendengar alasan sahabatnya tersebut, dia merasa alasan ini sangat konyol sekali. Xiao Guo, sahabat baikku yang ketika bertarung lebih hebat dan ganas dibandingkan harimau kecil dan kejam. Mana mungkin menangis ketakutan hanya karena kecoa? batinnya.
Liuli Guoguo masih saja memanyunkan bibir kecilnya, lalu mengangguk kepada Lie Nieduo. Kemudian, dengan ekspresi serius dia pun berkata, "Em, benar sekali. Kecoa itu besar dan jahat sekali, dan sangat menjijikan."
Xuanyuan Pofan pun langsung menggertakkan giginya ketika mendengar ini.
Lie Nieduo yang awalnya ingin tertawa, lalu tidak jadi tertawa ketika melihat ekspresi Liuli Guoguo yang tampak kasihan dan ketakutan itu. Dia sepertinya benar-benar ketakutan. Apalagi, tampaknya sahabat baiknya ini masih belum tenang. Jadi, Lie Nieduo pun menahan tawa di dalam hatinya.
Kemudian, Lie Nieduo pun berpikir. Karena bagaimanapun, setiap orang pasti punya hal yang ditakutinya. Hanya saja, Xiao Guo takut, em... Takut dengan kecoa. Apalagi… Takutnya… Takutnya sampai bisa menangis seperti ini, batinnya. Setelah itu dia merapatkan bibirnya, lalu bertanya kepada Liuli Guoguo, "Xiao Guo, apa kamu sudah mengusir kecoa itu?"
Liuli Guoguo kemudian menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Belum, kecoa jahat itu masih bersembunyi."
Seketika, Xuanyuan Pofan pun menepuk keningnya.
"Hah? Bagaimana ini?!" tanya Lie Nieduo yang jadi panik karena mengkhawatirkan Liuli Guoguo. Kemudian dia mengerutkan kening dan mencoba untuk memikirkan sesuatu. Tangan gemuknya lalu menepuk pundak Liuli Guoguo sambil berkata, "Xiao Guo, tunggu sebentar saja ya! aku punya ide!"
Liuli Guoguo mengedipkan matanya, dan menyadari kalau dia sudah keterlaluan mengarang cerita ini. Tapi, ketika dia mau menjelaskannya, namun Lie Nieduo yang ada di depannya sudah pergi dan berlari dengan cepat.
Tidak lama kemudian, Lie Nieduo sudah kembali secepat angin. Hanya saja, ketika dia sudah kembali ke kamar Liuli Guoguo, ada sapu di tangan kiri gemuknya, dan ada batu bata di tangan kanan gemuknya.
Liuli Guoguo melihat ada sapu dan batu bata di tangan gemuk Lie Nieduo, jadi dia pun segera menelan ludahnya, lalu bertanya, "Duo gemuk, apa yang mau kamu lakukan?"