Istri Kecilku Sudah Dewasa

Nona Su Muhuan, Tolong Berhenti



Nona Su Muhuan, Tolong Berhenti

2Setelah Su Muhuan merapikan kotak obatnya, lalu dia melirik ke koin perak di tangan pria berbaju hitam itu. Dengan santai dia berjalan menghampirinya, dan menghitung delapan koin perak dari tangan pria berbaju hitam itu. Setelah itu dia memasukkan kedelapan koin itu ke dalam kantongnya.      

Su Muhuan melengkungkan bibirnya dan berkata kepada Wen Dun, "Jenderal Wen Dun, tidak perlu memberi terlalu banyak seperti ini. Cukup delapan koin perak saja. Jenderal Wen Dun tolong perhatikan istirahat anda, lalu coba berlatih berjalan untuk melatih otot anda. Hamba akan datang lagi lain kali."     

Wen Dun hanya menatap pemandangan di luar jendela, dan mengiyakan Su Muhuan dengan cueknya, "Iya." Begitu Su Muhuan berbalik, lalu dia mengalihkan pandangan matanya dari pemandangan diluar jendela, kembali ke punggung Su Muhuan dengan cukup tajam.      

Su Muhuan menenteng kotak obatnya dan hendak pergi meninggalkan tempat itu. Hanya saja, ketika baru melangkah keluar sebentar dari aula Ya. Tiba-tiba terdengar suara Peng Ye yang ada di belakangnya, "Nona Su Muhuan, tolong berhenti dulu!"     

Begitu Peng Ye selesai bicara, lengan baju Su Muhuan kemudian ditarik dengan keras oleh jenderal besar itu. Su Muhuan menoleh dan melihat jenderal besar yang mengerutkan kening padanya. Kemudian jenderal itu menggelengkan kepalanya, dengan tampak gugup dan panik di wajah tampannya.     

Peng Ye tercengang, kemudian dia pun membatin, Jenderal, kamu jangan malu dong.     

Su Muhuan lalu menoleh dan bertanya, "Jenderal Wen Dun, apa ada urusan lain?"     

Wen Dun segera menoleh ke arah luar jendela, dan tidak menjawabnya. Dia hanya bertahan dengan posenya yang masih diam menatap jendela. Perlahan muncul rona merah malu di pipinya.      

Su Muhuan bingung, Kenapa memanggilku, tapi malah tidak bicara apa-apa, batinnya.     

Setelah suasana canggung berlangsung tidak lama. Pengawal berbaju hitam di samping Wen Dun kemudian membuka mulut dengan sedikit terbata-bata. "Ti, tidak apa-apa Nona Su Muhuan. Hanya ingin berpamitan saja kepada nona Su Muhuan. Nona Su Muhuan hati-hati di jalan."     

Wen Dun langsung menghela napas lega. Untung saja Peng Ye ini cukup pandai, batinnya.     

"Iya, selamat tinggal," kata Su Muhuan sambil melengkungkan bibirnya dan tersenyum, lalu segera berbalik lagi dan pergi.      

Setelah Su Muhuan berbalik, Wen Dun langsung mengalihkan kedua matanya yang bersinar, dan kembali menatap punggung Su Muhuan dengan tajam. Kemudian dia akan mulai menantikan kedatangan wanita itu di lain hari.     

***     

Setelah melihat Su Muhuan sudah tidak terlihat lagi di aula Ya. Baru Peng Ye mengeluarkan nampan kayu berwarna merah dari ruang sihirnya. Di atas nampan kayu merah itu ada sebuah gaun berwarna putih yang sangat cantik, dengan jahitan indah berwarna putih juga.      

Peng Ye kemudian meletakkan nampan itu, lalu membungkuk dan bertanya kepada jenderal besar Wen Dun, "Jenderal, kenapa..."     

Wajah Wen Dun yang tampan sekali lagi memerah. Kemudian menatap tajam dan penuh perasaan ke arah gaun di atas nampan itu. Dia lalu memejamkan matanya sebentar, setelah itu berkata kepada pengawalnya, "Masukkan lagi saja." Berdasarkan sifat Su Muhuan, jika diberi hadiah ini, dia pasti tidak akan menerimanya, batinnya.     

Peng Ye hanya bisa mengedipkan matanya saja, dan sedikit merasa menyesal atas sikap Tuannya yang suka kepada wanita itu tapi tidak berani mengungkapkannya. Dia pun terpaksa memasukkan lagi gaun tersebut ke dalam ruang sihirnya.     

Gaun itu adalah gaun yang dibuat khusus untuk Nona Su Muhuan, hasil karya dari penjahit terhebat Mo Jiwen di toko jahit Ni Shang yang telah disewa sendiri oleh jenderal Wen Dun, khusus untuk membuat gaun ini.      

Sayangnya, sebenarnya Tuannya ini hanya punya niat baik. Tapi dia tidak punya keberanian untuk itu. Namun, tidak tahu juga kenapa jenderal besarnya ini bisa punya perasaan kepada Su Muhuan.     

Peng Ye terus memikirkan hal ini. Lalu, seorang pengawal yang berbaju hitam sama dengannya, masuk dengan cepat ke dalam aula Ye. Kemudian dia membungkuk dan melapor ke jenderal Wen Dun, "Jenderal, setelah banjir yang terjadi di kabupaten Qiaomin, anak dan ibu yang bermarga Li belum juga ditemukan keberadaannya sampai sekarang."     

Begitu mendengar ini, langsung muncul batu besar di dalam hati Wen Dun. Wajah tampannya memerah karena marah. Kemudian tongkat jalan di tangannya langsung diangkat tinggi-tinggi dan dihantamkan ke lantai dengan keras. Lalu dia berkata dengan marahnya kepada pria berbaju hitam itu, "Apa yang dimaksud masih tidak ditemukan?! Mana mungkin tidak ditemukan?!"     

"Kalau masih hidup maka harus bertemu orangnya, tapi kalau sudah mati harus bertemu mayatnya! Walau mati, kalian semua harus membawa mayatnya ke hadapanku, jenderal besar kalian ini!"     

Pria berbaju hitam mengerutkan keningnya, lalu menjawab dengan penuh tenaga, "Laksanakan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.