Kulitmu Putih Sekali...
Kulitmu Putih Sekali...
Sekarang, tiba-tiba Liuli Guoguo diminta untuk melepaskan bajunya sendiri, dan masuk ke dalam bak untuk mandi bersama dengan orang lain. Walaupun orang lain ini adalah teman baru yang baru saja dikenalnya, tapi, tapi dia masih saja malu.
Lie Nieduo melihat Liuli Guoguo yang masih saja diam di samping bak mandi dan tidak juga melepas bajunya. Mata cerahnya pun berkedip lagi dan lagi, lalu dia berkata kepada Liuli Guoguo, "Xiao Guo, lihat kamu ini. Astaga! Tidak perlu malu."
"Aku ini wanita, bukan pria. Untuk apa kamu sampai malu seperti itu?! Ketika aku di rumahku sendiri, aku sering sekali mandi bersama dengan ibuku. Kamu jangan malu-malu. Walaupun aku gemuk, tapi bak mandi ini cukup besar kok, masih cukup untuk mandi dua orang."
"Kedepannya, kita berdua akan tinggal di sini bersama. Jika harus mandi sendiri-sendiri, maka kita berdua harus mengambil air dua kali, dan memasaknya dua kali. Ini sangat merepotkan."
"Kedepannya, kita pasti sering mandi bersama, tinggal membiasakannya saja. Cepat masuk sini, kita berdua juga bisa menggosok tubuh satu sama lain!" Selesai bicara, Lie Nieduo mengulurkan tangan gemuknya, sambil menarik sudut baju merah muda Liuli Guoguo.
"Ooh… Em... Baik, baiklah..."
Liuli Guoguo merapatkan bibirnya yang sudah tidak bengkak, tapi masih saja bibir merah mudanya sangat lembab. Kemudian dia menopang wajah kecilnya yang merah karena malu. Lalu mata anggurnya yang jernih dan besar itu berkedip beberapa kali, dan mulai membuka bajunya.
Karena sekarang musim panas yang sangat panas, Liuli Guoguo hanya memakai satu helai baju luar berwarna merah muda yang tipis, dan satu baju dalam yang tipis berwarna merah muda. Setelah itu dia melepaskannya satu persatu.
Setelah baju luar dan baju dalamnya jatuh di samping kaki putih Liuli Guoguo, lalu hanya tertinggal satu kain penutup perut dan juga payudaranya yang disulam dengan gambar burung murai dan bunga plum.
Kulit putih dan lembut seketika terpajang di depan mata Lie Nieduo, dan itu membuatnya langsung terdiam dalam sekejap. Bahkan butuh waktu lama untuknya kembali sadar dari keterkejutannya. "Xiao Guo, kulit, kulitmu putih sekali. Benar-benar sangat putih, seperti salju..."
Lie Nieduo menatap pundak Liuli Guoguo yang seputih salju, dan juga lengan kecil seputih salju yang terpampang di depannya. Tanpa sadar dia menelan ludahnya, dan mata cerahnya terus menatap dengan tertegun ketika melihat ini.
Liuli Guoguo tak bisa berkata apa-apa.
"Duo Gemuk, kamu, kamu jangan melihatku seperti itu. Tolong berbalik lah, aku malu sekali," kata Liuli Guoguo kepada Lie Nieduo dengan wajah memerah karena malu sambil menutupi bagian tubuhnya yang indah itu.
"Astaga! kita berdua ini sama-sama wanita. Tidak perlu malu!" kata Lie Nieduo sambil tersenyum. "Xiao Guo, jangan berbelit-belit, ayo cepat lepaskan bajumu dan masuk ke dalam sini!" ajaknya lagi.
Mata anggur besar dan jernih milik Liuli Guoguo berkedip lagi dan lagi. Lalu dia berkata dengan manisnya kepada Lie Nieduo, "Em baiklah..." Setelah itu dia mulai melepas tali baju terakhirnya.
Lalu, tanpa diduga, ketika tangan seputih saljunya baru saja diletakkan di belakang lehernya untuk membuka tali. Namun saat belum sempat melepasnya, tiba-tiba jendela kamar mandi terbuka. Kemudian, bingkai jendela retak, dan ada sekelebat bayangan ungu seperti hembusan angin.
Segera setelah itu, kain besar berwarna hitam menutupi tubuh Liuli Guoguo. Lalu, kaki seputih saljunya sudah tidak lagi menyentuh tanah. Sebab, tubuh kecilnya telah didekap oleh kain besar berwarna hitam itu, ke sebuah pelukan yang sangat akrab dan hangat.
Lie Nieduo baru saja berteriak sejenak, namun tiba-tiba tubuhnya sudah ditimpa batu kecil tepat di titik akupunturnya, sehingga dia pingsan, "Ah! ada..."
Liuli Guoguo juga sangat ketakutan dan tercengang pada awalnya. Tetapi, ketika dia sudah masuk ke dalam pelukan seorang pria, lalu mencium aromanya yang sangat familiar baginya. Dalam sekejap dia langsung mengerti apa yang sedang terjadi.
Liuli Guoguo kemudian menyandarkan kepalanya di dada pria itu, dan menyamankan dirinya. Lalu, dia dengan bingung dan senangnya berkata dengan suara manisnya, "Kakak Po, kenapa kamu bisa di sini?"