Pengawal Kesatu, Ini Untukmu
Pengawal Kesatu, Ini Untukmu
Pao Baobao seakan sudah bertekad bulat di dalam hatinya. Dengan cepat dia melepaskan ikatan di tas kantongnya, dan mengambil sesuatu dari dalam tas kantong tersebut. Dia mengambil kipas lipat dari tas kantongnya, lalu dengan cepat membuka pintu kamar dan berlari keluar.
***
Kamar nomor satu di area kamar VIP,
Pengawal kesembilan dan pengawal ketiga datang beberapa hari lebih dulu ke kerajaan Lan Hai daripada pengawal kesatu. Jadi, mereka sudah lebih dulu mengumpulkan informasi penting tentang peta distribusi kekuatan dari tempat-tempat roh jiwa di kerajaan Lan Hai ini. Serta informasi penting terkait perbandingan kekuatan di antara roh jiwa itu.
Pengawal kesatu pun mau mencatat semua itu di ruang sihir ribuan jiwa. Dia bersiap dengan serius untuk menyelesaikan catatan ini, karena nanti dia akan memperlihatkannya kepada Xuanyuan Pofan. Hanya saja, baru saja dia mengambil pena Xuan Ling dan menuliskan beberapa kata, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Pengawal kesatu mengerutkan kening, lalu menaruh pena Xuan Ling itu dan berdiri untuk membuka pintu kamarnya. Begitu membuka pintu, dia melihat kalau ternyata Nona Pao Baobao kurus yang berdiri di depan pintu.
"Pengawal kesatu, ini untukmu," kata Pao Baobao sambil tersipu malu. Dia menyerahkan kipas lipat yang dipegang erat di tangan kecilnya kepada pria jangkung berbaju putih di depan pintu kamar.
Pengawal kesatu tertegun dan tidak sempat bereaksi dengan apa yang terjadi. Namun, dia tetap mengambil kipas lipat dari gadis kecil itu, dan bertanya sedikit ragu-ragu kepadanya, "Nona Xiao Bao, ini..."
"Pengawal kesatu, kipas ini aku dapatkan ketika aku dan Xiao Guo belanja di pasar hari ini. Aku menggunakan saset wewangianku dan meminta anak laki-laki kecil yang aneh itu mengubahnya menjadi kipas lipat. Aku ingin memberikan kipas ini padamu. Aku harap kamu akan menyukainya."
Entah kenapa, Pao Baobao sebenarnya sangat gugup, dan jari-jari kaki di sepatunya terus bergerak saking gugupnya. Tapi anehnya, ketika mengatakan ini, dia tidak gagap sama sekali, dan ucapannya keluar dengan sangat lancar.
Pengawal kesatu melengkungkan bibirnya saat melihat gadis kecil itu bersikap baik dan begitu perhatian. Tiba-tiba, seperti ada dorongan untuk mengelus kepala gadis itu dan mengucapkan terima kasih padanya.
Tapi, pada akhirnya pengawal kesatu menahan dorongan itu. Kemudian dia hanya berterima kasih kepada Pao Baobao dengan sangat lembut. "Nona Xiao Bao, terima kasih. Aku tidak akan tidak menyukainya. Aku sangat menyukai kipas lipat ini," ucapnya setelah itu.
"Em." Mendengar apa yang dikatakan pengawal kesatu, membuat wajah Pao Baobao jadi semakin memerah. Dia mulai gugup dan bingung lagi, lalu dengan segera berbalik dan kembali ke kamarnya.
Pengawal kesatu lalu memandangi punggung mungil gadis kecil itu, yang kemudian pergi dan menghilang ke dalam kamarnya sendiri. Setelah itu dia melengkungkan bibirnya dan tersenyum, lalu menaruh kipas lipat ke ruang sihirnya sendiri, dan kembali ke kamar untuk melanjutkan tugasnya.
***
Malam hari di bangunan Lan Hua, kerajaan Lan Hai,
Dua orang yang kulitnya seputih salju tampak terjerat bersama di dalam bak mandi. Rambut panjang seperti air terjun, wajah jernih yang begitu lembut, serta sepasang mata rubah yang begitu jernih. Lalu, ekspresi di wajahnya tampak tak berdaya, dan menahan rasa sakit.
Di atas tubuhnya ada seorang pria yang berwajah tampan, dan kini dia sedang merabai tubuhnya dengan liar dan begitu nyaman. Seiring dengan gerakan pria itu yang semakin liar, mata hitam pria itu juga terlihat semakin bersinar dengan cerahnya.
Setelah kegembiraan dan kenikmatan yang dilakukan di dalam air. Pria itu kemudian menggigit puting payudara seputih salju milik wanita yang berada di dalam air, lalu dia keluar dari bak mandi. Setelah itu, dua pelayan kerajaan maju dan membantu pria itu mengenakan baju mandi kepada Tuan mereka ini.
Lan Ruo yang masih berendam di dalam bak mandi, dengan mata yang sembab menggigit bibirnya. Dia lalu membuka bibirnya yang indah dan lembab, kemudian berkata kepada pria yang sedang mengenakan baju di tepi bak mandi, "Malam ini sudah melakukan ini tiga kali. Tolong Raja memberiku tiga puluh harta."
Mata jernih pria itu bersinar lagi, dia diam sejenak, lalu menundukkan kepalanya dan berkata dengan marah kepada dua pelayan kerajaan yang mengikat jubahnya, "Pergi sana!"
"Laksanakan, laksanakan," ucap kedua pelayan kerajaan itu begitu ketakutan oleh pria itu, sehingga mereka sampai terjatuh di lantai, lalu buru-buru mundur dan pergi dari ruang mandi ini.
Setelah dua pelayan kerajaan pergi, pria itu lalu berbalik dan mengulurkan telapak tangannya. Tanpa belas kasihan sama sekali, kemudian dia menciumi dan menyesap setiap jengkal kulit dari wanita yang ada di dalam air.