Istri Kecilku Sudah Dewasa

Kamu Masih Juga Tidak Merasa Malu



Kamu Masih Juga Tidak Merasa Malu

1"Bibi cantik, kamu sudah lama berteriak, pasti tenggorokanmu capek deh. Ini, minumlah air ini. Air ini adalah air yang dibuat oleh Dandan dengan mencampurkan apel, madu, krisan, lemon, buah hulun hijau, jeruk hijau, anggur, dan terakhir air delapan Dewa dari mentimun dan semangka yang merupakan air rahasia yang ekslusif di keluargaku."      

"Air ini pasti akan melembabkan tenggorokanmu," kata si balita kecil dengan dua tangan kecil putihnya yang memegang botol air labu dan dengan hati-hati menyerahkannya kepada Liuli Guoguo.     

"Terima kasih Dandan," jawab Liuli Guoguo sambil mengambil botol labu hijau yang disodorkan oleh si balita kecil, lalu dia menyentuh kepala kecil balita itu. Begitu mendengar balita kecil bilang seperti itu, tiba-tiba dia merasa kalau tenggorokannya memang agak kering. Kemudian dia langsung mencabut tutup labu itu dan meminum air delapan Dewa tersebut dengan hati-hati ke dalam mulutnya.     

Na Lanyan membuat lukisan yang bernama lautan panjang kuda di hutan, yang saat ini dipegang di tangannya sambil mengejek putra kecilnya tanpa belas kasihan. "Dasar anak sialan, kamu menggunakan punya orang lain untuk diberikan ke orang lain, tapi kamu masih juga tidak merasa malu, cih!" gerutunya.     

Si balita kecil ingin menjulurkan lidah kepada ayahnya. Namun, mengingat bibi cantik ada di situ, membuatnya hanya melengkungkan bibir dan membiarkan ayahnya berbicara dan melakukan sesuatu. Kemudian dia berlagak seperti anak baik-baik dan tidak membalas ayahnya demi menjaga sikap di depan bibi cantik.     

Semua orang memperhatikan hutan lebat yang tertutup rapat, yang di dalamnya penuh dengan jebakan dan rintangan. Meskipun mereka tidak dapat melihat situasi spesifik di pepohonan yang tumpang tindih itu. Tapi mereka semua terus saja menebak-nebak, peserta mana yang akan keluar dari hutan lebat terlebih dahulu dengan gugupnya.      

Lalu, saat mereka belum selesai menebak-nebak dengan pasti menurut kuda dan para peserta tadi. Tiba-tiba seorang peserta sudah keluar dari hutan lebat dengan sangat cepat.     

Hal itu membuat mereka semua langsung tercengang dan berseru, "Sial! Cepat sekali! Bagaimana bisa ada kuda yang baru saja berlari masuk, tiba-tiba sudah keluar dengan cepatnya?! Bagaimana bisa secepat itu?!"      

Namun, begitu semua orang melihat orang yang lari dengan jelas, mereka lagi-lagi tercengang dengan bodohnya. "Hah?! Ternyata, ternyata, ternyata itu dia! Bagaimana mungkin bisa begini?! Menunggangi kuda jenis seperti itu, tapi bisa mendapatkan juara pertama?!"     

Lesung pipi kecil di pipi Liuli Guoguo yang lembut tiba-tiba muncul. Dia langsung menjatuhkan botol labu yang di dalamnya ada air delapan Dewa, ke atas meja marmer. Lalu, dengan cepat dia berlari ke arah Xuanyuan Pofan yang baru saja menghentikan kudanya, dan langsung berteriak untuk memanggilnya, "Kakak Po!"     

Si balita kecil Dandan memandang botol labu hijau di atas meja marmer. Matanya yang kecil berkedip, lalu berkedip lagi, dan tiba-tiba dia menangis dengan keras.      

Mendengar putranya menangis dengan keras, membuat tangan Na Lanyan yang mau bersiap melukis jadi berhenti. Setelah itu, seketika muncul tanda tanya besar di keningnya ketika melihat putranya itu.     

***     

Liuli Guoguo bergegas menghampiri kuda Xuanyuan Pofan dan kakak Po-nya, sambil melangkahkan dengan cepat kedua kaki kecilnya. Dia lalu membuka dua tangan kecil padanya dan berkata, "Kakak Po, peluk! Gendong!     

Hati Xuanyuan Pofan seketika bergetar, dan dengan cepat dia segera mengangkat gadis kecil berbaju merah muda itu naik ke punggung kuda.      

Setelah Liuli Guoguo digendong Xuanyuan Pofan dan diangkat sampai duduk ke punggung kuda. Kepala kecilnya menoleh ke Xuanyuan Pofan, kemudian dia bersandar ke dada kakak Po-nya dengan manis dan menyamankan dirinya. "Kakak Po! Kamu hebat sekali!" ucapnya.     

Xuanyuan Pofan melengkungkan bibirnya. Setelah memainkan sebentar telinga kecil istri kecilnya, perlahan dia mengibaskan cambuk dengan pelan, dan menunggangi kudanya yang sangat kurus di bawahnya. Kemudian dia membawa Liuli Guoguo pergi untuk menikmati pemandangan di sana.     

Semua orang yang hadir masih tercengang dan mulai menyesali keputusan mereka. Mereka sungguh tidak menyangka jika hasil akhirnya seperti itu. Kalau tahu dari awal akan seperti ini, mereka merasa kalau harusnya bertaruh ke pria berjubah hitam yang sangat tampan itu.      

Aduh sial! Padahal aku sudah kehilangan banyak sekali uang! batin mereka.     

***     

Di tengah keterkejutan semua orang, pria berjubah hitam itu kemudian membawa pergi gadis kecil berbaju merah muda dengan menunggangi kudanya. Untuk menuju ke danau yang sangat sepi dan tenang.     

Kemudian, seorang peserta berbaju hijau cerah bergegas keluar dari dalam hutan lebat, dan menjadi pemenang kedua dalam perlombaan ini. Lalu, peserta berbaju kuning gelap dan peserta berbaju kuning cerah juga bergegas keluar dari dalam hutan lebat, mereka sama-sama menjadi juara tiga dalam perlombaan ini.     

Setelah cukup lama berlalu, seorang wanita berbaju biru bergegas keluar dari dalam hutan lebat. Namun, siku dan pergelangan kakinya berlumuran darah, serta matanya yang indah masih berlinang air mata sedih.      

Tak lama kemudian, hanya sepuluh dari 15 peserta yang tersisa, dan satu persatu keluar dari dalam hutan lebat. Mereka semua memiliki beberapa luka di tubuhnya, dan beberapa dari mereka langsung terjatuh dari kuda begitu keluar dari dalam hutan lebat. Sisa orang yang gagal keluar bertahan hidup dari dalam hutan lebat, artinya semuanya telah meninggal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.