Istri Kecilku Sudah Dewasa

Tidak Boleh Mencium Si Putih (1)



Tidak Boleh Mencium Si Putih (1)

2"Pengawal kedua belas, kenapa kamu sedikit aneh bicaranya. Kakak Po memang kenapa?" tanya Liuli Guoguo yang masih bingung sambil tetap membawa piring mahoni.     

"Tuan… Tuan… Dia..." gumam pengawal kedua belas yang benar-benar tidak tahu sebaiknya harus berkata apa.      

Lalu, tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara yang cukup keras sekali.     

"Em? Suaranya berasal dari halaman belakang. Pengawal kedua belas, kenapa kamu begitu gugup? Kakak Po tidak melakukan hal buruk di halaman belakang, kan?" tanya Liuli Guoguo sambil tertawa nakal. Lalu, dia melangkahkan kakinya dan hendak pergi ke halaman belakang.     

"Eh! Nyonya kecil, jangan!" seru pengawal kedua belas yang bergegas menghalangi. Kemudian dia merentangkan lengannya untuk menghalangi Liuli Guoguo ke sana. Dia benar-benar tampak sangat gugup sekali. "Eh… Tuan sedang latihan pedang!" lanjutnya.     

"Em?" gumam Liuli Guoguo dengan bingung.     

"Tuan sedang latihan pedang, iya latihan pedang di halaman belakang. Nyonya kecil lebih baik kembali saja ke halaman Liuli Guoguo. Tuan khawatir kalau nanti dia tanpa sengaja melukai Nyonya kecil," kata pengawal kedua belas yang mencoba menjelaskan dengan sebisa mungkin sambil menyeka keringatnya yang sudah bercucuran.     

"Bukannya kakak Po berlatih pedangnya biasanya pagi hari, ya? Jam segini… Latihan pedang? Apa kamu yakin?" tanya Liuli Guoguo lagi yang semakin bingung.      

Karena itu kakak Po-nya, mana mungkin Liuli Guoguo tidak paham. Sebab, selama dua atau tiga tahun ini, jika dirinya tidak ada kelas atau tidak sedang pergi ke sekolah. Dia akan bangun bagi dan membawa berbagai macam alat musiknya. Lalu pergi ke tengah hutan untuk menemani kakak Po-nya berlatih pedang.      

Sedangkan Liuli Guoguo sendiri, dia berlatih alat musiknya sambil melihat kakak Po bermain pedang. Lalu, sekarang sudah mau sore, jadi mana mungkin kakak Po-nya masih berlatih pedang.     

"Eh… Tuan hari ini cukup bersemangat sekali. Ja… Jadi... Pokoknya Nyonya kecil hari ini lebih baik kembali ke halaman Liuli Guoguo saja. Tuan besok pasti akan menemui Nyonya," kata pengawal kedua belas dengan masih bertahan menghalangi Liuli Guoguo.     

Mata besar bagai anggur Liuli Guoguo berkedip. Lalu dia menyadari jalan kecil menuju ke halaman belakang kediaman sedang dijaga oleh beberapa pengawal. Apalagi, yang menjaga itu tampak sangat serius sekali. Kakak Po apa baik-baik saja di halaman belakang? batinnya.     

Setelah berpikir sejenak, entah kenapa Liuli Guoguo tiba-tiba merasakan firasat buruk di dalam hatinya. Namun, melihat pengawal kedua belas yang begitu kekeh untuk menghalanginya. Walaupun dia mau keras kepala untuk pergi ke sana hingga bisa melewati pengawal kedua belas.      

Tapi, tetap saja di jalan kecil itu dijaga oleh pengawal kelima dan pengawal keenam yang temperamennya sangat tidak baik. Jadi, mereka pasti juga akan menghalangi Liuli Guoguo.     

"Pengawal kedua belas, ini adalah bubur Baihuayu yang diantar oleh dapur. Karena kakak Po tidak ingin aku menemuinya, kalau begitu aku tidak akan pergi ke sana. Kamu bantu aku memberikan piring ini padanya, dan suruh dia memakannya ya. Biarkan dia menenangkan lambung dulu, baru setelah itu melanjutkan berlatih pedang."     

Pengawal kedua belas melihat Nyonya kecilnya yang tidak keras kepala dan tidak lagi bertanya-tanya. Serta, juga tidak lagi memaksa ingin pergi ke halaman belakang dan melihat ada apa di sana.      

Jadi, pengawal kedua belas pun segera mengambil piring mahoni dari tangan Liuli Guoguo, lalu tersenyum dan berkata, "Baiklah Nyonya kecil, hamba pasti akan memberikannya kepada Tuan."     

"Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu ya. Bilang ke kakak Po, jangan sampai merindukanku," kata Liuli Guoguo kepada pengawal kedua belas. Lalu dia mengibaskan roknya, melompat dengan riang, kemudian berbalik dan pergi. Namun, di wajahnya sekarang tengah menggantung senyuman nakal yang licik.     

"Siap Nyonya kecil, hati-hati ya," kata pengawal kedua belas. Akhirnya dia lega juga begitu melihat Liuli Guoguo pergi dan keluar dari pintu dinding bulan bangunan Chiming. Setelah itu, dia berbalik dan membawa bubur itu ke halaman belakang.     

Siapapun tidak tahu, begitu pengawal kedua belas berbalik, sebuah kepala tiba-tiba menjulur dari dinding bulan itu. Mata besar dan jernih di kepala kecil itu penuh dengan ide dan akal licik.      

Bagaimanapun, Liuli Guoguo adalah si kecil yang sangat ingin tahu segala hal. Jika semakin ada yang melarangnya ke sana, maka dia malah semakin ingin pergi. Kakak Po, sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan di halaman belakang? Sekarang juga aku ingin tahu! batinnya.      

Sehingga, Liuli Guoguo mencari cara untuk menyuruh Xiao Denglong yang mengikutinya, untuk kembali dulu ke halaman Liuli Guoguo. Lalu dia melangkahkan kakinya dan menggunakan teknik Qinggong yang dimilikinya, untuk terbang dan melompat melewati dinding bangunan Chiming.     

Ada dua jalan di dalam halaman yang dijaga sangat ketat oleh para pengawal. Jadi, Liuli Guoguo terpaksa hanya bisa lewat dinding terluar untuk bisa masuk ke halaman belakang.      

Tidak lama kemudian, Liuli Guoguo melompat dari luar dinding ke halaman belakang. Lalu, ketika dia mau melangkah lagi, tiba-tiba suara yang sangat keras dan kuat seperti tadi terdengar lagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.