Istri Kecilku Sudah Dewasa

Si Manis (1)



Si Manis (1)

1"Kakak Yan Wu?"     

Liuli Guoguo baru saja menggandeng Pao Baobao masuk dan melangkahkan kakinya ke dalam halaman dalam menara Ming Ying. Kebetulan dia melihat Yan Wu yang berbaju putih, keluar dari area kamar gratis.      

Yan Wu sekarang sama seperti mereka, yakni sedang berjalan naik menuju awan tangga. Jadi, Liuli Guoguo tanpa sadar langsung memanggilnya.     

Begitu mendengar ini, Pao Baobao jadi ikut menoleh dan melihat ke arah yang sama dengan Liuli Guoguo. Dan benar sekali, itu adalah kakak tabib Dewi yang secantik Dewi di langit. Jadi, dia pun juga ikut memanggilnya, "Tabib..."      

Namun, belum sempat mengucapkan kata 'Dewi', tapi tabib Dewi itu sudah lebih dulu pergi melewati mereka begitu saja dengan cepat. Bahkan, menoleh saja tidak. Dan dia langsung naik ke awan tangga.     

"Kakak Yan Wu kelihatannya sibuk sekali ya," gumam Liuli Guoguo.      

Pao Baobao juga menatap tabib Dewi yang kemudian menghilang di balik pintu awan tangga yang tertutup. Mata aprikotnya berkedip, lalu mengiyakan dengan hangat apa yang dikatakan Liuli Guoguo, "Em benar."     

***     

Begitu sampai di depan pintu kamar nomor enam di area kamar VIP, Liuli Guoguo tampak ragu-ragu sejenak. Setelah itu dia berkata pada Pao Baobao, "Xiao Bao, pengawal ketujuh, kalian masuk dulu saja. Aku ingin menemui kakak Po dulu."     

"Baiklah," jawab pengawal ketujuh dengan hangat.     

"Em em, baiklah," jawab Baobao juga. Wajah kecilnya terlihat memerah setelah mengambil lumpang kuali obat dari tangan pengawal kesatu. Setelah itu, dia berlari dengan gugupnya ke dalam kamar, dan bersiap untuk mulai merebus obat miliknya.     

Sedangkan Liuli Guoguo, dia kini sedang berjalan dan melompat dengan riangnya ke depan pintu kamar Xuanyuan Pofan. Setelah memanyunkan bibirnya, dia mulai ragu-ragu lagi, karena bingung memutuskan mau masuk menemui kakak Po atau tidak.      

Sudahlah, tidak usah pergi. Jadi orang harus tegas dan berpendirian dong. Karena jelas sekali kalau yang marah-marah ke diriku lebih dulu kan kakak Po! batin Liuli Guoguo.     

Dengan berpikir seperti ini, Liuli Guoguo lalu menoleh dan membalikkan badannya, kemudian berjalan selangkah demi selangkah untuk kembali ke kamarnya. Namun, setelah sampai di depan kamarnya sendiri, dia tidak juga masuk ke dalam. Lalu dia melirik ke buah delima besar dan merah yang ada di tangannya.      

Tidak boleh begini, jika kakak Po tidak sengaja lupa untuk membujuk dan menghiburku, kalau begitu delima ini harus dibiarkan saja sampai besok, dong? Tidak boleh! Aku ingin Kakak Po makan delima ini hari ini juga! Bagaimanapun, ini adalah buah delima yang masih sangat segar!      

Em baiklah. Demi tidak menyia-nyiakan delima merah yang sangat besar dan sangat merah ini. Aku harus merendah sedikit, deh. Em benar sekali! Memang harus seperti ini! batin Liuli Guoguo.     

Sehingga, seorang gadis kecil berbaju merah muda, dengan cepat kembali lagi ke kamar Xuanyuan Pofan. Hanya saja, begitu dia masuk ke dalam, dia tidak melihat Kakak Po-nya. Dia hanya melihat pengawal kesembilan yang berjaga di dalam kamar.     

"Nona Liuli Guoguo, Tuan pergi ke kediaman Raja Chao An," kata pengawal kesembilan yang langsung melapor begitu melihat Liuli Guoguo masuk ke dalam kamar.     

"Kediaman Raja Chao An? Kakak Po untuk apa pergi tempat itu?" tanya Liuli Guoguo dengan bingung.     

"Mengenai ini, hamba juga tidak tahu jelas," jawab pengawal kesembilan.     

"Oh oh, baiklah. Kalau begitu, aku menunggu di sini saja deh," kata Liuli Guoguo sambil memeluk delima merah besarnya. Kemudian dia duduk di samping meja di depan jendela, dan menaruh delima yang sangat berharga baginya itu di atas meja.     

Pengawal kesembilan melihat Liuli Guoguo yang sudah masuk ke dalam kamar. Lalu, dia pun bersiap keluar dari kamar dan berjaga di luar kamar. Namun, tiba-tiba Liuli Guoguo memanggilnya.     

Liuli Guoguo bersandar ke samping jendela dan memandangi pemandangan di luar. Lalu, dia menoleh dan berkata ke pengawal kesembilan, "Pengawal kesembilan, apa kamu bisa membantuku pergi ke kamarku dan minta seruling kayuku dan juga buku jurus seni musik yang ke sembilan belas di pengawal ketujuh? Kalau tidak seperti ini, aku pasti akan sangat bosan ketika menunggu Kakak Po kembali."     

"Baiklah," jawab pengawal kesembilan.     

***     

Ketika Xuanyuan Pofan kembali ke menara Ming Ying dari kediaman Raja Chao An, matahari sore masih tergantung kesepian di sana. Tergantung di langit biru yang tidak terlalu biru, bahkan tampak sedikit sedih.     

Setelah turun dari awan tangga, pria berjubah hitam itu mondar-mandir di depan pintu kamar. Ketika dia mau membuka pintu dan masuk, tapi dia kembali ragu-ragu. Alis tebalnya naik, keningnya mengkerut, lalu pada akhirnya dia berbalik dan pergi menuju ke kamar nomor enam yang ada di samping kamarnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.