Liuli Guoguo Sangat Sedih
Liuli Guoguo Sangat Sedih
Du Heng bahkan juga langsung menggigit puting susu bagai ceri kecil merah di tengah buah dada montok seputih salju itu.
"Jangan," teriak pengawal ketujuh sambil menggunakan seluruh kekuatannya untuk melawan Du Heng agar bisa membebaskan dirinya. Namun, pada akhirnya dia tidak bisa menolong dirinya sendiri dari pria yang ada di atas tubuhnya itu. Sebaliknya, tubuhnya malah menjadi lelah dan mulai melemah.
"Du Heng, jika kamu berani menyentuhku. Aku tidak akan pernah memaafkanmu seumur hidupku!" ucap pengawal ketujuh.
Pria yang terus menggigiti ceri yang lezat di tengah buah dada seputih salju itu sudah tenggelam di dalam nafsunya. Jadi dia sudah tidak peduli dengan semua kemarahan dan kesakitan seorang wanita di bawah tubuhnya.
Bibir tipis merah Du Heng ini juga terus mengulum dengan liarnya di sana. Tangannya pun sudah mulai berjalan menelusuri tubuh bagian atas wanita itu, dan terus berjalan ke bawah. Lalu, akhirnya telah sampai ke titik puncak yang ada di bagian tubuh wanita itu.
Kemudian Du Heng menelusuri ke tempat, di mana terdapat keindahan dan kenikmatan seperti kolam bunga, yang selama ini sangat dia dambakan. Setelah itu, dia langsung memasukkan jarinya ke dalam sana.
"Ahhhhh..." teriak pengawal ketujuh ketika merasakan sentuhan ini. Seluruh tubuhnya tiba-tiba bergetar, dan tanpa sadar dia mendesah dan menjerit. Tidak boleh! Tidak boleh! batinnya.
"Hei, Xiao Qiqi, di mulutmu memang bilangnya tidak mau, tapi tubuhmu sepertinya lebih jujur daripada mulutmu itu. Lihat, sudah sebasah ini, em?!" kata Du Heng dengan masih menggigit ceri di buah dada putih wanita itu dengan bibir merahnya. Lalu, bibir merah dan seksinya perlahan turun untuk menikmati tubuh pengawal ketujuh.
Tangan pengawal ketujuh yang diikat di atas kepala tampak mengepal dengan erat. Kukunya terasa menusuk kuat ke dalam daging di telapak tangannya. Dia bahkan juga menggigit bibir seksinya sendiri sampai berdarah. Sekarang, dia tidak hanya membenci pria yang bertindak tanpa pandang bulu di depannya ini. Tapi juga sangat membenci dirinya sendiri. Tidak berguna! makinya dalam hati.
Kepala Du Heng terus bergerak ke bawah, dengan terus menjulurkan lidahnya dan menjilati tubuh pengawal ketujuh. Lalu, kepalanya yang sudah berada di atas perut yang halus dan datar pengawal ke tujuh itu pun perlahan bergerak turun.
Lalu, ketika hendak melewati semak rambut bunga rahasia di tempat yang Du Heng dambakan. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu di kamar itu yang terasa seperti air dingin, dan menyiram api yang berkobar di dalam dirinya yang hendak menjilat semak rambut tersebut.
Wanita di bawah tubuh pria itu pun langsung menghela napas lega. Jantungnya saat ini benar-benar sedang berdebar-debar tidak karuan. Serta, dia hanya bisa menjerit di dalam hatinya, Tolong, tolong aku!
"Liuli Guoguo imut, apa kamu ada di dalam? Cepat bukakan pintunya! Aku kakak Xuanyuan Mingxin-mu ini sangat sangat sangat merindukanmu!" kata Xuanyuan Mingxin yang sudah sangat bersemangat ketika berada di depan pintu kamar.
Xuanyuan Mingxin juga terus berdoa di dalam hati, semoga adik keenamnya yang sedingin gunung es itu tidak ada di dalam kamar. Dengan begini, dia bisa mencium, mengelus dan memeluk Liuli Guoguo yang imut itu dengan sepuas-puasnya.
Wajah bulat yang imut, mata besar dan jernih bagai anggur itu, semuanya ini benar-benar sangat Xuanyuan Mingxin rindukan. Aduh! Cepat bukakan pintunya! batinnya.
Xuanyuan Mingxin sangat tidak sabar begitu memikirkan semua ini. Namun, dia masih tidak melihat seorangpun membukakan pintu untuknya. Bahkan, tidak terdengar suara apapun dari dalam, jadi dia memutuskan untuk mengetuk lagi pintu kamar itu.
"Xuanyuan Mingxin sayang, kamu jangan cemas dan terburu-buru seperti ini. Adikku mungkin sedang tidur dan masih linglung," kata Liuli Tian ketika melihat Xuanyuan Mingxin yang begitu terburu-buru, dan terus mengetuk pintu karena tidak sabar bertemu Liuli Guoguo.
Liuli Tian tampak tersenyum saat berusaha membujuk istrinya itu. Huh, andai saja kami punya satu bayi saja, itu pasti akan sangat bagus! Jadi, istriku Xuanyuan Mingxin ini tidak perlu terus mengingat dan merindukan adik iparnya yang imut ini. Karena sudah ada bayi imut yang akan menghiburnya, batinnya kemudian.
"Sialan!" gumam Du Heng. Dia lalu berjongkok dan menoleh ke belakang sambil tidak bisa berkata apa-apa. "Sialan, banyak sekali sih yang menyukai si gadis kecil itu! Baru saja Lu Ci pergi, dan sekarang datang lagi yang satunya!" lanjutnya.
"Liuli Guoguo imut cepat bangun! Matahari sudah terbit di atas langit! Cepat buka pintunya, ini kakak Xuanyuan Mingxin! Kakak Xuanyuan Mingxin-mu ini sangat merindukanmu!" teriak Xuanyuan Mingxin sekali lagi.
Hal tersebut membuat Du Heng hanya bisa menghela napas berat.
***
Di sebuah meja Ba Xian dekat jendela di lantai dua hotel dan restoran Huang Lin,
Liuli Guoguo yang berbaju merah muda tampak memandangi bagian atas meja besar yang penuh dengan hidangan-hidangan yang lezat. Dia juga mengedipkan mata besar bagai anggurnya. Tangan kecil putihnya lalu mengelus perut kecilnya yang agak membuncit karena baru saja makan banyak.
Liuli Guoguo benar-benar sangat sedih. Eh, kenapa aku bodoh ya?! Kenapa aku malah cari alasan buruk ini dengan mengatakan kalau aku lapar, sih?! Tapi, kakak Po sudah memesankan begitu banyak makanan lezat ini, bagaimanapun aku harus memakannya! batinnya.
Liuli Guoguo sudah makan sangat banyak tadi. Kalau semua masakan ini rasanya manis, mungkin dia bisa memaksakan diri untuk memakannya. Namun, makanan yang dipesan Kakak Po semuanya rasanya tidak kuat dan tampak hambar. Jadi, hal itu benar-benar membuatnya tidak sanggup untuk menggerakkan mulutnya, dan memakan semua makanan ini.