Raja Huayou Tersenyum
Raja Huayou Tersenyum
Namun sekarang, gadis kecilnya Xuanyuan Pofan yang dulu itu telah tumbuh dewasa hari demi hari. Hal ini membuatnya merasa kalau waktu yang indah terasa berlalu dengan sangat cepat. Dia pun diam-diam bersyukur sedalam-dalamnya atas semua ini.
***
Na Lanyan mencoba membujuk putra kesayangannya untuk tidak menangis lagi. Dia sangat takut dan khawatir jika tangisan putranya itu akan mengganggu yang mulia Raja Huayou. Dia pun langsung tertegun dan membeku begitu melirik ke arah Raja Huayou yang tidak jauh dari dirinya.
Karena Na Lanyan menemukan wajah yang ada di belakang topeng tengkorak perak itu tidak hanya tidak terlihat kesal, ataupun menunjukkan kebosanan. Tapi yang tidak disangka sama sekali adalah, bibir di bawah topeng tengkorak perak itu tampak melengkung dan menunjukkan senyum samar.
Hah? Apa mataku bermasalah, ya? Raja Huayou yang selalu dingin dan kaku sekarang malah tersenyum begitu mendengar tangisan putraku? batin Na Lanyan.
***
Dengan masih diiringi suara tangisan yang keras, pengawal kesebelas kini telah berjalan masuk ke dalam ruangan itu. Dia lalu melirik ke si kecil yang sedang menangis di pelukan Nyonya Na Lanyan, dan hanya bisa menggelengkan kepala karena sungguh mengagumi keterampilan hebat dari anak itu dalam menangis.
Setelah itu, pengawal kesebelas kemudian berjalan menghampiri Xuanyuan Pofan, lalu melapor kepadanya, "Tuan, putra mahkota sedang berkunjung kemari. Pangeran putra mahkota berkata kalau dia sudah datang dalam beberapa hari ini ke Penglaizhou. Dan hari ini dia datang ke sini untuk mengunjungi anda secara pribadi untuk mengobrol bersama Tuan."
"Sibuk, tidak punya waktu," jawab Xuanyuan Pofan. Ketika mengucapkan kata-kata ini, dia kelihatan tanpa berpikir dan bahkan tidak ragu sama sekali.
Pengawal kesebelas pun menenangkan diri, dia lalu mengiyakan, kemudian berbalik dan pergi untuk melaksanakan perintah. Setelah itu dia berpikir sejenak dan merasa kalau sebenarnya dia tidak perlu terkejut dan heran akan jawaban Xuanyuan Pofan ini.
Sebab, Raja Huayou bisa menjawabnya dengan langsung dan begitu cepat, bukan karena ada rasa kebencian ataupun permusuhan dengan pangeran putra mahkota. Tapi, karena memang karena karakternya yang acuh dan dingin sekali itu. Begitu Tuannya ini tidak suka atau tidak respek dengan seseorang, maka dia pasti sangat malas untuk banyak bicara omong kosong mengenai orang itu.
Meskipun yang menunggu di luar adalah yang mulia pangeran putra mahkota. Tapi, entah mau bagaimana lagi. Karena Tuan mereka ini bahkan tidak peduli dengan Tuhan ataupun Dewa, apalagi hanya dengan saudaranya ini, yaitu pangeran putra mahkota. Pengawal kesebelas hanya bisa berpikir seperti ini, jadi dia pun tak banyak bicara dan langsung berbalik untuk pergi.
Begitu sampai di gerbang kediaman Raja Huayou, pengawal kesebelas kemudian tampak menghela napas, lalu menyampaikan apa yang dikatakan oleh Raja Huayou kepada Xuanyuan Poteng.
Wajah Xuanyuan Poteng langsung muram dan begitu pahit seperti telah memakan pare yang pahit saat mendengar jawaban pengawal kesebelas. Hatinya yang membara seperti sedang diguyur dengan air dingin begitu saja. Tapi, dia menunjukkan sikap yang tenang dan biasa saja di luarnya.
"Oh baiklah, kalau memang adik keenam sibuk. Aku tidak akan mengganggunya," kata Xuanyuan Poteng yang terpaksa berkata seperti ini karena dia melihat tidak ada niat sama sekali dari pengawal kesebelas untuk membukakan pintu dan mempersilakan dia masuk.
Walaupun nada bicaranya begitu santai, tapi pengawal kesebelas tidak sengaja melirik ke arah bibir pangeran mahkota yang berkedut, yang menandakan kalau dia sedang kesal.
Pengawal kesebelas sebenarnya merasa tidak tega dan kasihan, karena melihat Xuanyuan Poteng sudah datang jauh-jauh ke sini, dan malah harus kembali pulang begitu saja. Namun, rasa kasihan dan tidak tega yang baru saja ada, tidak lama kemudian seolah hilang seperti telah ditiup oleh angin kencang.
"Tuan, kalau begitu sekarang kita..." kata pengikut Xuanyuan Poteng yang ada di sampingnya, ketika melihat wajah Tuannya yang tidak senang. Jadi, dia bertanya dengan suara sedikit gemetaran. Tapi benar saja, belum selesai dia bicara, tapi sebuah kaki tiba-tiba muncul dan menendang tepat di perutnya.
"Sekarang juga?! Sekarang juga aku benar-benar ingin memenggal seseorang!!" teriak Xuanyuan Poteng sambil langsung menendang serta memaki pengikut di sampingnya, seolah melampiaskan semua kekesalan dan amarahnya kepada pengikut itu. "Ayo pergi ke kantor gubernur pusat!" teriaknya kemudian setelah memukul keras dinding di sampingnya.
Sialan! Dasar sial sekali! Aku tidak menyangka kalau adik keenamku yang sudah bertahun-tahun ini, sifatnya masih saja seperti itu! Sedikitpun dia tidak akan menghargai atau menghormati saudara-saudaranya. Hanya dengan kata-kata 'sibuk dan tak ada waktu', dia bahkan langsung mengusirku begitu saja! Cih, sialan! batin Xuanyuan Poteng.
Pertama, Xuanyuan Poteng telah kehilangan cairan roh rubah air ajaib. Lalu, dia juga kehilangan wanita yang dia suka sekali karena kecantikannya. Bahkan dia belum berhasil bermain-main dengan wanita itu, tapi wanita itu sudah memukulinya duluan.
Setelah itu, Xuanyuan Poteng juga telah dipermalukan oleh Bos dari rumah lelang Yutang. Sekarang, dia malah dipermalukan juga oleh adik keenamnya yang begitu dingin, tak berperasaan, dan dan sombong itu. Benar-benar hari yang sangat sial untuknya.
Padahal, Xuanyuan Poteng jelas-jelas berkunjung secara pribadi dengan sengaja hari ini. Namun dia merasa beruntung karena gubernur tidak menemaninya mengunjungi kediaman Raja Huayou karena wajahnya yang bengkak. Kalau tidak, dia benar-benar tidak tahu, martabatnya sebagai pangeran putra mahkota yang sudah diinjak-injak ini harus disembunyikan di mana.