Temani Aku Sebentar
Temani Aku Sebentar
Setelah Chun Miao keluar dari bangunan dengan wajah yang memerah karena malu, Liuli Guoguo kemudian mengedipkan matanya yang besar bagai anggur itu. Dia pun langsung menghela napas dan membatin, Wow, si bakpao putih Chun Miao besar sekali! Eh, kapan aku bisa punya bakpao putih sebesar itu, ya? Aku juga ingin sekali bakpao putih kecilku ini jadi bakpao putih yang besar.
Jika Xuanyuan Pofan bisa mendengar apa yang dipikirkan Liuli Guoguo ini, dia pasti akan langsung punya banyak pikiran aneh tentang Liuli Guoguo.
***
"Liuli Guoguo sini," panggil Xuanyuan Pofan kepada Liuli Guoguo sambil melambaikan tangannya. Karena istri kecilku ini melupakanku hanya karena ada pelayannya datang, jadi dia wajib untuk mendapat hukuman, batinnya.
Liuli Guoguo segera datang dan langsung melompat dengan patuhnya ke dekapan Xuanyuan Pofan. "Kakak Po, ada apa? Apa ada hal yang mau dikatakan? Ayo cepat katakanlah, aku mau segera menemui Cui Le!" katanya setelah itu.
"Temani aku sebentar di sini, baru setelah itu kamu boleh pergi," kata Xuanyuan Pofan sambil mencubit pipi Liuli Guoguo. Setelah itu dia menepuk-nepuk dengan lembut wajah kecil istri kecilnya.
Liuli Guoguo kemudian segera melepaskan tangan Xuanyuan Pofan dari wajahnya, lalu berkata, "Aduh kakak Po, aku sekarang tidak punya waktu bermain denganmu. Aku sangat sibuk sekali. Nanti malam saja, aku akan menemuimu untuk merendam kaki bersama-sama. Aku sekarang mau menemui Cui Le dulu!"
Liuli Guoguo lalu melambaikan tangan, berbalik dan langsung berlari pergi dari tempat itu dengan sangat cepat. Setelah itu dia membatin, Kado Cui Le sudah menungguku! Makanan enak juga sedang menungguku!
Cui Le yang sedang membersihkan tempat tidurnya tiba-tiba langsung bersin terus-menerus. Seolah ada angin dingin yang berputar-putar di atas kepalanya, membuatnya sangat kedinginan. Aneh sekali, siapa yang sedang membicarakanku? batinnya.
***
Kota Yun Wu, Paviliun Lan Sang,
"Bebek Bobo kuning renyah," kata Hong Yun pelayan berbaju merah sambil menyajikan hidangan bebek berwarna kuning segar, ketika dia berjalan masuk ke ruang makan di paviliun Lan Sang.
Pemuda berbaju putih yang duduk di depan meja bundar warna-warni yang ada di ruang makan kemudian melihat Hong Yun yang masuk ke dalam dan membawakan hidangan di tangannya. Pemuda itu menelan ludahnya, tenggorokannya terasa tercekat dan perutnya tiba-tiba dengan tidak malunya berbunyi, seolah memanggilnya untuk segera makan.
Hong Yun pun menghidangkan piring berisi hidangan warna kuning itu ke meja bundar warna-warni itu. Kemudian dia menutup mulutnya dengan tangannya, mencoba menahan tawanya ketika melihat Xuanyuan Poxi yang kini mulutnya sedang terbuka dan terlihat sangat kelaparan. Ya ampun, pangeran kedelapan, kenapa kamu bisa selucu ini. Kamu bisa menyukai dan terpikat kepada siapapun, tapi kenapa bisa-bisanya anda malah memilih terpikat dengan pemilik dari paviliun Lan Sang ini, batinnya.
Xuanyuan Poxi adalah anak yang sangat suka sekali makan. Dia yang saat ini sedang diet sekalipun, pasti tetap akan menunjukkan sifat aslinya yang suka makan ketika melihat hidangan lezat dengan perpaduan warna yang indah tersebut diletakkan di depan matanya. Apalagi, dihadapkan dengan bebek bobo yang sangat terlihat renyah itu. Namun, ketika dia mau memasukkan hidangan itu ke mulutnya, tiba-tiba kakak pelayan cantik berbaju merah tiba-tiba menghentikannya.
"Ya ampun, pangeran kedelapan. Ini baru hidangan pertama. Setelah ini, masih ada enam hidangan yang belum disajikan. Semua hidangan ini harus disajikan lengkap dulu, baru bisa dicicipi!" kata Hong Yun sambil tersenyum.
Xuanyuan Poxi pun akhirnya terpaksa menaruh bebek bobo yang akan dimasukkan ke mulutnya itu kembali ke piring di atas meja makan. Hatinya sangat tersiksa, tapi jika dipikir-pikir, hal ini benar juga. Sepertinya kakak Dewi masih sibuk di dapur, bagaimanapun juga lebih baik menunggu kakak Dewi selesai di dapur, baru makan bersama. Kalau tidak begitu, bisa saja akan memberikan kesan yang tidak baik untuk kakak Dewi.
Hong Yun ingin tertawa lagi ketika melihat pemuda di depannya itu terlihat sangat kelaparan dan menderita, namun dengan sabar masih harus menunggu hidangan yang lain. Tidak lama kemudian, teman baik Hong Yun, Cheng Xiang datang dengan membawa hidangan selanjutnya, lalu menyajikannya.
"Bubur tujuh macam beras dan biji-bijian," kata Cheng Xiang, pelayan yang berbaju oranye ketika menyajikan makanan ini di atas meja bundar.
"Cumi gulung tornado," kata Huang Yi, pelayan berbaju kuning saat menyajikan makanan ini di atas meja bundar.
"Ampela ayam goreng Dong Feng," kata Lu Shang, pelayan yang berbaju hijau saat menyajikan makanan ini di atas meja bundar.
"Tahu Mafu seputih salju," kata Qing Hua, pelayan yang berbaju hijau cerah ketika menyajikan makan ini di atas meja bundar.
"Sup kuning telur kelopak bunga krisan," kata Lan Xiang, pelayan yang berbaju biru ketika menyajikan makanan ini di atas meja bundar.
"Siput merangkak perlahan pengaduk rebung," lanjut Zi Rong, pelayan yang berbaju ungu saat menyajikan makanan ini di meja bundar.