Tidak Nyata
Tidak Nyata
"Hahahahahhaha! Benar sekali, bebek tadi itu juga bukan benar-benar seekor bebek. Sebenarnya, itu adalah tahu yang dicampur dengan asinan sayur! Hahahahaha! Hahahahahaha! Lumayan kan rasanya? Hahahahahahaha," kata Yan Wu sambil terus tertawa dan menepuk-nepuk meja bundar di depannya.
Xuanyuan Poxi dan Xi San sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Xi San yang sedari tadi ikut menemani Xuanyuan Poxi, yang berharap Tuannya itu pada akhirnya akan mencapai apa yang diinginkannya jadi ikut kecewa.
Awalnya, walaupun menunggu sangat lama dan juga banyak sekali rintangan, tapi setidaknya Tuannya ini berhasil membuat kakak Dewi itu memasakkan hidangan langsung untuknya. Apalagi, hidangan-hidangan itu kelihatannya benar-benar cantik dan lezat. Tapi sayangnya, kini Xi San harus melihat Tuannya yang terlihat sedikit menyedihkan.
Aduh, benar-benar sulit diungkapkan semua ini! Wanita ini, benar-benar keterlaluan! batin Xi San.
Setelah Xuanyuan Poxi menelan bir yang ada di mulutnya dan meletakkan botol bir itu di atas meja bundar, kemudian dia berkata "Tabib Dewi, em, aku, aku masih ada urusan lain. Kalau begitu, aku akan pergi dan tidak akan mengganggu tabib Dewi lagi." Setelah itu, dia langsung mengepalkan tangannya untuk memberi salam.
Setelah memberi salam, Xuanyuan Poxi pun langsung pergi dengan cepat, dia berlari bagaikan hembusan angin yang tidak membawa pergi gumpalan awan. Lalu, terasa hembusan angin lain yang ikut menyusul, itu adalah pengawal pangeran arogan tersebut, yaitu pengawal Xi San. Tuan tunggu aku! batinnya.
"Hahahahahaha, hahahahahaha! Hahahahahahaha! Hahahahahahaha!"
Setelah dua orang itu pergi, Yan Wu masih saja tertawa terbahak-bahak secara tidak terkendali. Seolah dia ingin tertawa sampai akhir bumi, tertawa sampai langit menjadi gelap, tertawa sampai bumi dan langit tertutup.
"Nona, kamu sudah keterlaluan. Bagaimanapun juga, pangeran Xuanyuan Poxi sudah mengunjungi anda dengan membawa sepuluh lebih kotak kristal," kata Zi Rong yang kemudian maju untuk menasehati Yan Wu.
Begitu mendengar suara manis dari pelayannya itu, Yan Wu pun akhirnya berhenti tertawa. Dia kemudian mengangkat bir Bo He-nya, lalu meremas dagu Zi Rong dan berkata dengan suara jernihnya, "Zi Rong, apa kamu tidak bisa melihatnya? Bocah tengik itu, dia ingin menggodaku!"
"Karena ingin menggodaku, maka dia sudah seharusnya datang dengan membawa setengah nyawanya kemari. Apalagi, jika aku berhasil digoda olehnya dan jadi miliknya, bukannya kamu nanti malah jadi sedih, ya? Em?" lanjut Yan Wu sambil mendekatkan wajah pelayan itu ke dirinya. Setelah bicara begitu, dia langsung meneguk sampai habis bir yang ada di tangannya.
"Aku, aku..." gumam Zi Rong, wajahnya langsung memerah begitu ditanya seperti itu oleh Yan Wu. Akhirnya dia hanya bisa menundukkan kepala dan menjawab dengan terbata-bata.
Begitu melihat pelayannya yang jadi malu-malu. Yan Wu pun lagi-lagi tertawa, lalu merangkul pinggang ramping Zi Rong. Dia kemudian menoleh ke arah enam pelayan yang ada di belakangnya, setelah itu berkata, "Hidangan-hidangan yang tidak dimakan oleh bocah tengik tadi, aku akan menghadiahkan kepada kalian, tidak boleh sampai ada yang tersisa, ya! Bagaimanapun itu adalah karya pertamaku dalam memasak di dapur!"
Keenam pelayan itu tertegun, setelah itu mereka membatin, Nona, Nona, jangan dong. Tolong jangan begini dong! Tapi, ketika mereka semua mau menolak perintah itu, Nona mereka malah sudah memeluk adik mereka Zi Rong dan pergi ke ruang utama Yan Wu. Mereka hanya meninggalkan bayangan putih samar yang semakin lama semakin menghilang.
***
Di jalan panjang yang dikelilingi oleh pohon-pohon di kota Yun Wu yang berkabut, tampak ada kereta kuda yang mewah. Di dalam kereta, Xuanyuan Poxi mengangkat tirai dan memandangi pemandangan paviliun Lan Sang yang semakin lama semakin samar. Lingkungan yang dikelilingi tumbuhan dan pepohonan hijau, serta bangunan yang tidak terlalu tinggi berangsur-angsur menghilang dalam kabut.
Hal itu membuat Xuanyuan Poxi tiba-tiba merasa kalau semua yang terjadi barusan hanyalah sebuah mimpi yang benar-benar tidak nyata. Meski begitu, hal tersebut bukanlah mimpi yang indah.
"Pangeran, apa Tuan merasa kalau semua yang ada di paviliun Lan Sang itu sedikit aneh, ya?" tanya Xi San secara tiba-tiba kepada Xuanyuan Poxi.
Xuanyuan Poxi kemudian menurunkan tirai kereta, lalu dia menatap pengawal Xi San yang ada di depannya dengan wajah memerah. "Benarkah?" tanyanya.
"Hamba merasa seperti itu, pangeran coba anda lihat saja, contohnya para pelayan di dalam sana. Pakaian yang mereka kenakan, sikap dan tingkah lakunya, semuanya sangat aneh. Senyum dan cara bicara mereka juga cukup aneh, ada lagi..."