Istri Kecilku Sudah Dewasa

Kamu Jangan Mendekat



Kamu Jangan Mendekat

2"Siap!" jawab ketiga pelayan itu sambil tertawa senang. Nyonya kecil selalu saja ingat dengan Raja Huayou, benar-benar istri yang baik, batin mereka.     

Setelah menyuruh pelayan yang berada tidak jauh darinya, Liuli Guoguo lalu bertanya kepada pelayan yang ada di sampingnya sekarang, "Ding Xiang, dua si abu-abu kecil itu apa sudah tidur?" Karena dia mendapatkan lagi dua ekor peliharaan yang sangat imut sekali, dan itu sangat berharga baginya.     

"Sepertinya sudah tidur. Mereka juga makan banyak sekali tadi, makan banyak sampai perut mereka buncit seperti Nyonya kecil sekarang," jawab Ding Xiang dengan tertawa sambil menutup mulutnya.     

Liuli Guoguo kemudian memanyunkan bibirnya, lalu dia berkata, "Ding Xiang, kamu menertawakan aku!"      

Mendengar itu, Ding Xiang pun langsung berhenti tertawa. "Nyonya kecil, mana berani hamba melakukan itu? Hamba ini bicara sesuai kenyataannya. Hahahahahaha!" katanya. Begitu selesai mengatakan kalimat terakhir, dia pun langsung berlari pergi dan melarikan diri dari samping ranjang Liuli Guoguo.     

"Ding Xiang, berhenti kamu. Kamu menjengkelkan sekali! Kamu mengejekku makan banyak! Kamu jahat! Xiao Denglong tangkap dia!" teriak Liuli Guoguo kepada Xiao Denglong yang ada di samping meja mahoni sambil mengelus perutnya yang buncit.     

"Siap Nyonya kecil! Hamba pasti laksanakan perintah Nyonya kecil!" jawab Xiao Denglong. Dia pun langsung meletakkan mangkuk dan juga sumpit yang sedang dibereskannya, lalu melingkis lengan bajunya sambil melirik ke Ding Xiang. Setelah itiu dia berteriak dengan keras, "Ding Xiang, aku datang ya!"     

"Huwaahh! Tidak mau!" teriak Ding Xiang, dia pun kemudian bersembunyi di belakang kipas angin.     

"Hahahahaha! Hahahahahah!"      

Liuli Guoguo tertawa terbahak-bahak seperti orang bodoh sambil memegang perutnya ketika melihat adegan di depannya. Cui Le dan Mo Li hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum tak berdaya saat melihat ketiga orang yang sangat kekanak-kanakan itu. Tapi mereka tetap meneruskan membereskan mangkuk dan sumpit yang ada di meja.      

Tidak lama kemudian, terdengar suara teriakan yang memekikkan telinga, sehingga membuat mangkuk dan sumpit yang ada di tangan mereka hampir jatuh karena kaget.     

"Huwaahhh! Astaga! Xiao Denglong kamu jangan mendekat, ya! Kalau kamu ke sini, aku akan teriak, loh!" ancam Ding Xiang.     

"Teriak saja! Hehehehe, Ding Xiang, kamu hari ini tidak akan bisa melarikan diri dari genggaman tanganku Hahahahahaha!" jawab Xiao Denglong.     

"Huwaaahh jangan! Huwaaah hahahahhahah! Hahahahahhaha! Xiao Denglong jangan gelitiki aku lagi! Hahahahahaha! Cui, Cui Le, Mo Li, tolong selamatkan aku! Hahahahahahaha!" kata Ding Xiang yang sudah terlentang di atas lantai papan karena digelitik habis-habisan oleh Xiao Denglong.      

Cui Le dan Mo Li pun saling memandang, kemudian mereka meletakkan sumpit dan juga mangkuk yang ada di tangan mereka, lalu langsung pergi. Tapi sayangnya, mereka tidak berlari ke arah Ding Xiang, melainkan berlari menghampiri Liuli Guoguo.     

Liuli Guoguo yang awalnya tertawa terbahak-bahak karena begitu puas menikmati pemandangan Ding Xiang yang sedang dikelitiki oleh Xiao Denglong. Dia langsung tertegun saat melihat dua pelayannya yang tiba-tiba datang ke arahnya dengan berwajah galak dan menakutkan.      

"Cui Le, Mo Li, apa, apa, apa yang mau kalian lakukan?" tanya Liuli Guoguo dengan segera. Kemudian dia merangkak ke ujung ranjang sambil memegangi perutnya yang buncit, seperti seorang ibu yang sedang melindungi kandungannya.     

"Hehehehe, Nyonya kecil, kami datang!" kata Cui Le dan Mo Li yang saat ini terlihat seperti seekor serigala yang mau menerkam Liuli Guoguo. Tidak lama kemudian, terdengar lagi suara teriakan yang memekikkan telinga dari bangunan Liuli Guoguo. Selanjutnya, terdengar juga suara tawa terbahak-bahak yang begitu jernih dan manis.     

"Hahahahahahha! Huwaaahhh! Hahahahahhaha! Xiao Denglong, cepat selamatkan aku!" teriak Liuli Guoguo.     

***     

Dunia adalah seperti seorang wanita palsu yang setengahnya terang dan setengahnya gelap.     

Di malam hari, ada beberapa bintang yang berkelip indah, sepoi-sepoi angin dingin berhembus, air hujan yang dingin juga tampak menetes dan membasahi bumi. Benar-benar malam yang dingin bagaikan es.     

***     

Kediaman Tuan Pao,      

Di halaman depan, ada sekelompok pelayan yang sedang membawa sapu dan seruk dan sedang membersihkan halaman yang sangat berantakan. Bintik-bintik darah hijau samar di tanah, terlihat seperti cat warna hijau yang ditinggalkan oleh seorang pelukis hebat.      

Tapi kenyataannya, bau tajam dari 'cat warna hijau' itu menunjukkan kalau itu sama sekali bukan cat warna, melainkan darah yang langka dan berharga, namun terlihat menyedihkan.     

***     

Di ruang penyimpanan kayu bakar,     

"Xiao, Xiao Bao… Anak yang baik, minumlah sedikit air ini," kata nenek Ye sambil menyeka air matanya. Kedua tangan keriputnya yang gemetaran terlihat menyerahkan semangkuk air kepada Pao Baobao yang sedang berbaring lemah dan kesakitan di tumpukan jerami.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.