Siap Berhubungan Seks
Siap Berhubungan Seks
"Istriku! Ya itu sudah pasti lah. Manusia kecil satu ini adalah orang kota. Paling banyak uang bajanya, mana mungkin bisa kekurangan makan dan minum untuk kita!" kata si suami chinchilla kepada istrinya yang bodoh.
"Wow! Han Zi! Aku senang sekali!" jawab istri chinchilla. Dengan raungan kegembiraan, si istri chinchilla itu melompat ke arah suaminya dan ingin menggulung diri ke selimut. Dia lalu bercinta dengan suaminya yang tampan untuk mengekspresikan kegembiraannya dan semangat barunya.
Liuli Guoguo kini sedang berlutut di samping ranjang bambu, dia terlihat sedang memandangi dua ekor chinchilla di atas ranjang bambu itu dengan mata bulat besarnya yang seperti anggur.
Liuli Guoguo sedang menikmati memandangi tubuh kecil berbulu yang begitu bulat dan imut di depan matanya itu. Dia juga terus melihat dua ekor chinchilla itu, tapi dia malah menemukan kalau salah satu dari chinchilla itu berteriak dan mau menindih ke chinchilla yang satunya.
Liuli Guoguo pun terkejut, maka dari itu dia langsung menarik chinchilla yang mau menindih ke atas tubuh chinchilla yang lain. Setelah itu dia memeluk chinchilla itu ke dalam dekapannya, dan berkata dengan suara jernih dan manisnya, "Ya ampun, kalau ada yang mau dibicarakan, silakan bicarakan dengan baik-baik dong."
"Kenapa tiba-tiba bertengkar begitu? Apakah kakak laki-lakimu itu mengganggumu, ya? Nanti aku akan membantumu menasehati dan memarahinya, oh!" kata Liuli Guoguo sambil mengelus kepala berbulu si istri chinchilla.
Dua ekor chinchilla itu pun kemudian membatin, Heh gadis kecil, kami ini suami istri! Bukan kakak beradik!
Awalnya, si suami chinchilla itu mau menerima pelukan istrinya yang bodoh, lalu dia juga bersiap untuk menunggangi punggung istrinya untuk berhubungan seks. Namun, siapa sangka kalau tiba-tiba istrinya itu dibawa pergi oleh gadis kecil di depan matanya.
Si suami pun rasanya ingin menangis dan merintih dalam hati. Sedangkan si istri chinchilla yang ada di dekapan Liuli Guoguo. Keningnya tampak berkeringat tidak karuan dengan ekspresi kecewa dan juga tidak tahu harus bilang apa lagi.
"Nyonya kecil, anda masih belum memberikan nama kepada dua ekor chinchilla ini. Cepat segera namai mereka," kata Cui Le yang menghampiri Liuli Guoguo sambil melihat ke arah dua ekor chinchilla yang imut itu setelah selesai merapikan dan membereskan meja.
"Em Em!" gumam Liuli Guoguo yang mengiyakan, lalu menggendong si istri chinchilla itu ke pelukannya. Dia juga membelai kepala kecil berbulu chinchilla itu, setelah itu mulai mondar-mandir ke sana kemari di ruangan tersebut.
Liuli Guoguo memiringkan kepalanya, karena dia terus memikirkan nama yang cocok untuk dua peliharaannya. Lalu, muncul beberapa nama di lubuk hatinya, tapi kemudian menghilang terbang begitu saja. Dia terus berpikir, tapi tetap saja tidak menemukan nama yang cocok.
"Uh… Sulit sekali, sih. Nanti biar aku minta Kakak Po saja yang memikirkan nama yang cocok. Kakak Po pasti bisa menemukan nama yang lebih bagus daripada aku. Jika kakak Po tidak bisa mendapatkan nama yang cocok juga, kalau begitu nanti aku akan mengadakan pertandingan besar pemberian nama untuk chinchilla!" ucap Liuli Guoguo.
"Boleh! Boleh!"
"Em! Em!"
Cui Le dan Mo Li, keduanya pun seketika langsung mengiyakan ide Liuli Guoguo.
***
Di kediaman Pao, danau Jing,
Nenek Ye menatap Pao Baobao yang sangat kasihan dan menyedihkan itu. Diam-diam dia keluar dari ruang penyimpanan kayu bakar dan berjalan kembali ke ruang pelayan. Namun, perasaan di dalam hatinya semakin lama menjadi semakin kuat.
Hari ini Nona kelima terlalu kejam memukul Xiao Bao. Lebih kejam dan bengis dari pada hari-hari biasanya. Jika tidak mengoleskan obat ke luka-luka Xiao Bao. Nanti luka-luka di kulit Xiao Bao itu bisa infeksi dan akhirnya… batin nenek Ye.
Begitu memikirkan semua ini, nenek Ye membulatkan tekad dalam hatinya. Karena dia sudah tidak tahan dengan semua ini. Tidak boleh begini! Aku tidak mau membiarkan Xiao Bao menerima kepahitan dan kesakitan dari infeksi luka seperti itu! batinnya.
Dengan pemikiran seperti ini, nenek Ye pun melangkahkan kakinya keluar dari ruang pelayan. Lalu, dia berbelok ke arah gudang penyimpanan di kediaman tersebut. Sebab, dia ingin mencuri sebotol obat mempercepat penyembuhan untuk dioleskan ke luka Pao Baobao agar lukanya cepat sembuh.
Nenek Ye setelah itu mendorong tubuhnya yang kurus sekali itu melalui jendela jeruji di gudang penyimpanan. Dia lalu menyalakan lilin yang disembunyikannya secara diam-diam, kemudian dengan segera dia mulai mencari obat tersebut.
Cahaya lilin berwarna kuning redup terpantul di wajah tua nenek Ye yang keriput. Mata kuningnya yang sudah buram dan tubuhnya yang kurus sedikit gemetar, entah karena takut atau karena kedinginan. Akhirnya, di laci ketiga rak kotak kayu, dia menemukan obat mempercepat penyembuhan yang sama, seperti yang dia curi sebelumnya.
Kemudian nenek Ye pun langsung mengambil obat itu. Namun, baru saja bersiap untuk memasukkan obat itu ke dalam saku lengannya, tiba-tiba terdengar suara pintu gudang penyimpanan yang didobrak hingga terbuka.
Nenek Ye sangat terkejut hingga botol obat di tangannya langsung jatuh ke lantai, dan botol itu pun pecah. Bubuk di dalam botol itu juga langsung tersebar di lantai dengan membentuk rasa keputusasaan.