Istri Kecilku Sudah Dewasa

Jangan Bersandar Terlalu Dekat Denganku



Jangan Bersandar Terlalu Dekat Denganku

0"Siapa kamu?! Berani-beraninya kamu masuk ke paviliun Lan Sang tanpa izin, akan aku ambil nyawamu," ancam Qing Hua yang langsung terbang menghampiri Xuanyuan Poxi. Dia lalu membuat gerakan yang ditujukan untuk menyerang Xuanyuan Poxi.     

Xuanyuan Poxi dengan cepat langsung kayang untuk menghindarinya. Dia pun buru-buru berkata, "Tolong belas kasihannya, aku ini adalah pangeran Xuanyuan Poxi!"     

Apa? pangeran Xuanyuan Poxi? batin Qing Hua. Dia pun kemudian menarik tangannya kembali, lalu wajah kecilnya yang awalnya begitu galak langsung berubah tersenyum dan menjadi wajah yang menyenangkan. Setelah turun dengan baik di tanah, tepat di depan Xuanyuan Poxi. Dia tampak masih tersenyum dan berkata, "Oalah, anda ternyata pangeran Xuanyuan Poxi, ya. Maaf sudah bersikap kasar dan tidak sopan. Hehehehe."     

Barusan, Huang Yi dan Lu Shang telah memberitahu mereka. Mereka bilang kalau ada tamu penting yang datang berkunjung ke paviliun mereka, dan namanya adalah Xuanyuan Poxi. Ternyata orang itu adalah pria muda di depannya sekarang ini, lumayan tampan juga menurut Qing Hua.     

Xuanyuan Poxi kemudian berkata, "Tidak masalah." Dia merasa sedikit canggung ketika kakak cantik berbaju hijau cerah itu memandanginya dari atas sampai ke bawah. Dia pun berdeham, lalu bertanya dengan sopan, "Permisi, Nona pemilik paviliun kalian ini, apa sedang meneliti pil obat di rumah bambu yang berada tidak jauh di depan itu?"     

"Iya benar sekali. Pangeran Xuanyuan Poxi benar-benar pandai, karena bisa menebak kalau tempat itu adalah ruang penelitian obat," jawab Qing Hua sambil tersenyum.     

"Oh, kalau memang benar begitu, aku akan..." belum selesai Xuanyuan Poxi bicara, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang besar disertai dengan cahaya api yang juga besar sampai ke langit. Suara itu berasal dari rumah bambu yang ada tidak jauh darinya. Selanjutnya, terdengar suara bambu-bambu yang mulai berjatuhan dan berantakan.     

Xuanyuan Poxi panik. Seketika itu juga dia teringat kalau kakak Dewinya itu masih berada di dalam rumah bambu itu. Dia pun langsung melangkahkan kaki dan berlari dengan cepat menuju rumah bambu itu. Mulutnya langsung terbuka dengan lebar sambil berteriak, "Kakak Dewi!!!"     

Sedangkan Qing Hua yang ada di belakangnya terlihat sangat santai. Dia pun kemudian memegangi kepalanya sambil menghela napas dan membatin, Huh, pasti Nona gagal lagi.     

Xuanyuan Poxi rasanya sudah hampir gila saja. Kakak Dewi itu pernah menyelamatkan hidupku. Aku pun mencintainya, sangat mencintainya. Dia tidak boleh mati. Jika dia mati, aku tidak tahu harus mencari ke mana lagi calon istri yang tersayang. Jadi kakak Dewi tidak boleh mati, dia tidak boleh mati, batinnya.     

Pemuda berbaju putih itu tidak takut sama sekali kalau rumah itu akan meledak lagi. Dia segera menuju ke dalam rumah bambu yang runtuh, berteriak sambil meminggirkan bambu gosong yang berserakan. "Kakak Dewi! Huwaaaaah! Kakak Dewi, kamu tidak boleh mati! Ka..." teriaknya.     

Baru saja masuk dan belum terlalu lama, suaranya tiba-tiba sudah terhenti di tenggorokan. Xuanyuan Poxi kemudian melihat ada seorang wanita yang badannya sudah berwarna hitam tidak karuan dengan rambut berantakan seperti kandang ayam, yang merangkak dari tumpukan bambu gosong berantakan yang ada di sana. Melihat hal itu, panggilan 'Kakak Dewi' yang sering dikatakan olehnya pun seolah tidak bisa terucap lagi dengan baik.     

Yan Wu memuntahkan beberapa potong bambu hitam yang gosong dan hancur di dalam mulutnya. Lalu, meminggirkan bambu-bambu yang ada di depan keningnya. Setelah itu, dia merapikan rambutnya yang berserakan di depan wajahnya ke belakang kepalanya.      

Yan Wu pun mengangkat pandangan matanya dan melihat ke pemuda yang tadi bergegas datang sambil berteriak 'Kakak Dewi'. Kemudian dia melengkungkan bibirnya untuk tersenyum, lalu berkata dengan suaranya yang begitu jernih, "Yoh, pangeran Xuanyuan Poxi?"     

Xuanyuan Poxi yang terdiam sambil berdiri dengan bodoh di tempatnya sebentar, lalu setelah mendengar suara jernih Yan Wu, dia pun langsung tersadar dalam keterkejutannya. Setelah itu dia menghampiri wanita yang tubuhnya sekarang begitu hitam.     

"Tabib Dewi, kamu menakuti aku saja!" kata Xuanyuan Poxi sambil memeluk Yan Wu. Dia tadi benar-benar mengira kalau kakak Dewinya mati karena terkena ledakan saat meneliti pil obat. Karena bagaimanapun, selama ini sudah tidak terhitung berapa banyak tabib yang meninggal dalam lautan api karena meneliti pil obat.     

Yan Wu mengerutkan keningnya, lalu mendorong pemuda yang memeluknya sampai terlepas darinya. Dia pun kemudian berkata dengan tidak senangnya, "Hei, yang mulia pangeran kedelapan, apa aku sangat akrab denganmu? Apa kamu tidak tahu kalau aku punya OCD (gangguan mental yang sangat mencintai kebersihan), hah? Masih saja bersandar begitu dekatnya. Cih!"     

Yan Wu bicara sambil mengeluarkan sapu tangan dari sakunya yang sudah penuh dengan abu gosong. Dia lalu mengusapkannya ke pundaknya yang mengeluarkan darah hijau.     

Xuanyuan Poxi seketika tertegun, O-OCD? Kamu sudah hitam gosong seperti ini, masih tidak senang denganku dan menganggapku jijik? Tunggu, tunggu dulu deh. Baru saja kamu memanggilku apa? 'Yang mulia pangeran kedelapan'? batinnya. Setelah berpikir begitu, dia yang awalnya jengkel mendadak menjadi sangat bahagia. Bagus sekali, ternyata dia masih mengingatku, batinnya lagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.