Ilution master
Ilution master
Tetapi, tiba-tiba, di depannya, ada sebuah jurang yang amat besar di depannya. Jurang itu menyedot semua orang dan reruntuhan bangunan.
"Apa ini?" Kejut Denzel.
Denzel pun mulai tersedot.
"A-TOLONG! TOOOLOOONG!" Teriak Denzel.
"Pufufufu.. dasar pengecut. Meminta tolong? Justru kau akan membuat lebih banyak orang tersedot ke sana juga."
"Kau? Kau sumbernya?" Tanya Denzel.
"Hehehe.. demi menyelamatkan semuanya."
"MENYELAMATKAN APANYA? KAU MEMBUAT BANYAK ORANG TERBUNUH!" Teriak Denzel.
"Ya, selamat, dengan tenang. Pergi ke alam baka."
Denzel pun menggunakan sihirnya,
"Technology, scan!"
Tetapi ia tidak mendapatkan informasi apapun.
"Mengapa? MENGAPA?" Kejut Denzel.
"Itu bearti kau terlalu lemah.."
Tiba-tiba, jurang itu menghilang sekejap, semua orang yang tersedot menghilang. Tampaklah Denzel sedang ditarik oleh seorang gadis berambut keunguan.
"Kok?" Kejut Denzel.
"Dia tidak sadar. Cepat pergi!"
"Zen?" Kejut Denzel.
"Cepat! Sebelum ia tersadar lagi!" Kata Zen.
Akhirnya Denzel berlari meninggalkan Zen.
"Ooh?" Tanya gadis itu.
Zen pun ketakutan, karena ia hanyalah seorang mc pertandingan.
"Kekuatanmu gelembung ya? Aneh.." kata gadis itu yang terjebak di dalam gelembung.
"Tetapi itu tidak bisa meletus, dan kau tidak bisa menggunakan sihirmu di dalam gelembung itu!" Kata Zen meyakinkan.
Tetapi,
"Anehnya... aku bisa membaca semua pikiranmu. Ini adalah sihir dari ayahku. Dan ilusi, itu adalah sihir dari ibuku. Aku bisa membaca pikiranmu dengan sangat jelas. Kau ketakutan. Kau sangat ketakutan, bahkan lebih ingin mati. Kau ketakutan, hingga rasanya mual sekali. Kau ketakutan, karena kau berpikir bahwa kau hanyalah seorang mc pertandingan saja. Kau ketakutan, karena kau pernah tidak lulus sekolah sihir kepahlawanan, karena kau tidak berhasil menyelamatkan seorang korban di dalam sebuah latihan." Kata gadis itu.
Zen pun tambah takut. Keringat dinginnya mulai keluar.
"O.. manisnya.. kau ketakutan.. seperti semut yang hendak dibunuh dan sudah pasrah.." kata gadis itu.
"Aku harus apa.." pikir Zen.
"Sampai kapan kau akan menahan ini? Sepertinya, jika kau bertambah takut, sihirmu akan melemah. Lihat, aku bisa membaca pikiranmu lebih dalam." Kata gadis itu.
Zen pun makin ketakutan.
"Lebih baik aku perkenalkan diriku, sebelum kau mati. Aku adalah Shinoka, anak buah Rei, sumber masalah di dalam kehancuran ini. Aku adalah seorang ahli dalam membuat ilusi dan membaca pikiran. Meskipun aku sudah memberitahumu ini, tetapi kau tetap akan ketakutan jika aku memberikan ilusi milikku, karena itu terlihat.. sangat nyata~" kata Shinoka, gadis itu.
Zen pun mencoba untuk memberanikan diri, tetapi ia malah semakin ketakutan.
"Yah, lihat, jariku sudah bisa keluar." Kata Shinoka.
"T-tidak mungkin!" Kata Zen.
"Kau melemah.." kata Shinoka sambil tersenyum kejam.
"Aku harus apa? Kumohon! KUMOHON! SESEORANG TOLONG AKU!" Jeritnya di dalam hati.