Kannoya Academy

The lemon disaster



The lemon disaster

2Setelah beberapa hari berlalu pun, Yukina lebih suka berdiam diri.     

Akhirnya, teman-temannya menemukan sesuatu dari Yui.     

"Biji?" Tanya Asuka.     

"Yah, mungkin kita bisa menanamnya di halaman." Kata Nera.     

"Biji apa ini?" Tanya Rheinalth.     

"Ini adalah biji lemon." Kata Nera.     

Mereka menanamkannya di halaman.     

Beberapa hari kemudian, pohon itu tumbuh dan berbuah.     

"Aneh.. baru beberapa hari saja, ia sudah berbuah." Kata Nera curiga.     

"Yah! Baguslah! Kita bisa buat jus atau kue!" Kata Kurosa.     

"Benar juga." Kata Asuka.     

Mereka pun membuat jus lemon dari buah itu.     

Setelah beberapa menit,     

"TADAAA! SUDAH JADI! JUS LIMUN!" Seru Kurosa.     

"Waah, enak pasti!" Kata Ermin.     

"Oh! Yukina! Mau satu?" Tanya Kurosa saat melihat Yukina baru saja keluar dari kamarnya.     

"Apa?" Tanya Yukina.     

"Ini, jus limun!" Kata Kurosa.     

"... baiklah." Kata Yukina.     

Yukina pun mengambil segelas limun.     

"Waah, segarnya!" Seru Kurosa saat meminum satu gelas. Ia segera mengambil gelas lain.     

"Ah.. aku mau deh.." kata Denzel.     

Denzel mengambil satu gelas.     

"DENZEEEEEEEL~~"     

"OH! Junko! Mau satu?" Tanya Kurosa.     

"Eh? Apa itu?" Tanya Junko.     

"Jus limun! Enak lho!" Kata Kurosa.     

"Hm.. baiklah.." kata Junko.     

Junko mengambil satu gelas.     

"Aku mau!" Kata Alvina.     

Alvina segera mengambil satu gelas.     

"Huaa! Segarnya!" Kata Alvina.     

"Aku mau juga." Kata Ermin.     

Ermin mengambil satu gelas.     

Setelah beberapa saat, muka Kurosa menjadi merah, begitu juga dengan yang meminum jus limun itu.     

"Eh? Kurosa? Mukamu merah sekali." Kata Asuka.     

"Hoo? Aku kepanasan.. aku ingin jus limun lagi." Kata Kurosa.     

"Eh? Apakah enak?" Tanya Asuka.     

"Waah! Enak sekali! Aku mau lagi!" Kata Kurosa sambil mengarahkan gelasnya kepada Asuka.     

"K-kau jelas-jelas mabuk." Kata Asuka.     

"Hoee? Mabuk? Tidak! Aku hanya bahagia! Heheheh!" Kata Kurosa.     

Yukina hanya berdiam diri di sudut ruangan.     

Asuka yang melihat itu terheran-heran. Asuka mendatangi Yukina.     

"Ada apa Yukina?" Tanyanya.     

Yukina menjawab,     

"Di sini nyaman."     

"Eh? Nyaman?" Kejut Asuka.     

"Ya." Kata Yukina.     

"Apakah kamu mabuk, Yukina?" Tanya Asuka.     

Yukina terdiam sejenak, lalu menjawab,     

"Ya. Aku jelas-jelas mabuk."     

Asuka bingung.     

"Dia sangat jujur ya?" Pikirnya.     

Asuka mengajak Yukina ke kamarnya. Nera dan Alexa mengikuti Asuka.     

"Baiklah, aku penasaran satu hal. Apakah kamu sejujur itu?" Tanya Asuka.     

"Ya." Jawab Yukina.     

"Baiklah, katakanlah mengapa kamu tidak berbicara banyak kemarin?" Tanya Alexa.     

"Aku hanya lelah. Aku ingin menghemat energi." Kata Yukina.     

"Baiklah, aku ingin bertanya, apakah rahasia terbesarmu?" Tanya Nera penasaran.     

Yukina hanya terdiam     

"Wah, dia merasa keberatan ya?" Bisik Nera ke Asuka.     

"Aku tidak punya rahasia, itu adalah rahasia terbesarku." Jawab Yukina.     

Semuanya pun terdiam.     

"Baiklah, giliranku. Menurutmu, siapakah lelaki yang paling kau sukai?" Tanya Asuka.     

"Hiih.. mulai deh.." kata Nera.     

"Habis aku penasaran sekali.." kata Asuka.     

"Aku juga.." kata Alexa.     

Yukina terdiam, lalu berkata,     

"Ayahku."     

"Ehm.. bukan.. maksudku di sekolah ini?" Kata Asuka.     

"..... kepala sekolah kita." Kata Yukina.     

"Bukan.. tidak harus disekolah deh.. yang jika kau berada di dekatnya kau akan merasa tenang, bahagia, malu-malu mungkin, dan hangat." Kata Asuka berusaha menjelaskan.     

...     

"... kalian semua." Kata Yukina.     

"Ehm.. terimakasih.. tetapi, mohon, seseorang saja, lelaki." Kata Asuka mencoba memastikan. Nera dan Alexa tertawa.     

"...."     

"...."     

".... Nuicirou." Kata Yukina.     

Asuka sedikit kecewa, Nuicirou adalah karakter dari sebuah kartun Jepang.     

"Hm.. yang nyata.. kumohon.." kata Asuka.     

"Itu nyata." Kata Yukina.     

"Ehm.. bukan dari kartun Jepang dong.." kata Alexa.     

"Ini pasti tertular oleh kebiasaan Denzel.. menonton kartun Jepang.." pikir Asuka.     

"Siapa? Siapa?" Tanya Nera.     

"Ehm.. aku tidak tahu.." kata Yukina.     

"Begini deh.. yang cocok untuk menjadi keluarga bersamamu." Kata Nera.     

"... semuanya." Kata Yukina.     

"Yah.. satu orang deh, lelaki." Kata Asuka.     

"..."     

"Sepertinya kita tidak akan mendapatkan jawaban deh.." bisik Alexa.     

"A... a... a..." kata Yukina.     

"A a a?" Tanya semuanya.     

"R.. r.. r.." kata Yukina.     

"...."     

"....."     

"...."     

"....."     

"H... h... h.."     

"Apa ini?" Kejut Asuka.     

"Ya, dia." Kata Yukina.     

"Yah... kita tidak mendapatkan jawaban, tetapi kita mendapatkan teka-teki.." kata Alexa.     

Sementara itu,     

"H-hoi... Denzel.. sedang apa kau?" Tanya Ardolph.     

"Haaa? Aku sedang melakukan penelitian." Kata Denzel.     

"Ehm.. maaf.. tapi komputer penelitianmu sepertinya rusak parah deh.." kata Ardolph.     

Denzel melihat komputer yang ia pegang (sebenarnya itu bukanlah komputer, tetapi hanya sebuah keyboard).     

"Komputer ini baik-baik saja kok.. tak usah khawatir." Kata Denzel.     

"Eh?" Kejut Ardolph.     

"Denzel.. cobalah soal matematika yang sangat sulit ini." Kata Ardolph sambil memberikannya sebuah kertas bertuliskan '1-1=…'     

"Ah... hm.." kata Denzel yang mulai berpikir secara keras.     

"Sepertinya ia menjadi lebih bodoh dari biasanya?" Pikir Ardolph.     

Denzel pun menuliskan sesuatu di kertas itu.     

"Ini." Kata Denzel memberikannya kembali kertas itu.     

Ardolph membacanya, dan melihat jawabannya.     

'1-1= 1×0 = 3 × 10 - 30 = 9/9 = 1/1 × 0 = 50×2-100= 100% = 100/100 = 0 (57428361+475299377) = 0'     

Ardolph pun sangat terkejut. Ia bahkan membuka mulutnya.     

"Entah apa yang terjadi padanya.." pikirnya.     

"Junko? Tidak seperti biasanya kamu memeluk erat Denzel." Kata Ardolph.     

"Seseorang gadis harus menjaga kesopanannya." Kata Junko.     

"Hah?" Kejut Ardolph.     

"Ya, seorang gadis itu haruslah anggun dan sopan." Kata Junko.     

"... dia aneh.." kata Ardolph.     

"Apa yang terjadi?" Pikir Ardolph.     

"Yang jelas ini tidak baik." Kata Ardolph.     

Ardolph berusaha untuk mencari tahu apa penyebabnya.     

"HOIIIIII! ALFREEEEEEEEEEDDDDDDIOOOOOOOO!" Jerit Alvina sangat keras.     

"WOIIIIII! ALVINNNN! JANGAN BERTERIAK-TERIAK!" Balas Alfred.     

"DASAAAAR MABUK! NAMAKU BUKAN ALVINA! TAPI CALVINA!" Balas Alvina lagi.     

"BAGAIMANA MUNGKIN NAMAMU BERGANTI?" Tanya Alfred dengan suara keras.     

Alfred berpikir sejenak.     

"Kau mabuk, Alvina." Kata Alfred setelah berpikir sambil melihat Alvina.     

"MABUK?! KAMU YANG MABUK! DASAR DIIOOOO!" Teriak Alvina.     

"SEJAK KAPAN NAMAKU MENJADI DIO?!" Kejut Alfred.     

"Benar-benar kacau..." pikir Asuka setelah keluar dari kamar Yukina dan menyaksikan teman-temannya yang mabuk.     

"Bagaimana cara mereka mabuk.. aneh sekali.." kata Alexa setelah melihat teman-temannya itu.     

"Nyaa~"     

"Hah? Siapa?" Kejut Asuka saat mendengar suara kucing dari belakang.     

"Mio?" Pikir Asuka.     

Saat Asuka melihat ke belakang,     

"ERMIN? KOK JADI KUCING?" Kejutnya.     

"Nyaa~ aku adalah kucing." Kata Ermin.     

"INI TIDAK LUCU, ERMIN!" Kata Asuka panik.     

"Nyaaa~ mana ikan?" Tanya Ermin.     

"KAMU MENJADI SEPERTI NYAN!" Kata Alexa.     

"Mengapa ini terjadi? Oi!" Kata Rheinalth panik.     

"Oh.. Rheinalth, kita juga kurang tahu. Setelah mereka meminum jus limun, mereka menjadi seperti ini." Kata Asuka.     

Ermin memeluk kaki Rheinalth dengan sangat erat.     

"Nyaaaa~ Nyaaa~"     

"Astaga Ermin." Kata Rheinalth saat ia menyadari bahwa ada sesuatu di kakinya.     

"Bagaimana ini..." kata Alexa.     

"Mungkin cara terbaik yang kita bisa lakukan adalah mencari tahu tentang biji itu. Maksudnya adalah kita harus mencari penawarnya, dan mencari tahu mengapa lemon ini bisa memabukkan." Kata Nera.     

"Waah, benar juga. Nera cerdas." Kata Asuka.     

"Hehe.." tawa Nera malu-malu.     

"Mungkin kita bisa mencarinya di buku?" Tanya Asuka.     

"Cobalah." Jawab Rheinalth.     

"Biar kita yang urus mereka." Kata Nera.     

Asuka segera pergi ke perpustakaan. Ia mencari-cari buku yang mungkin akan membantunya. Tetapi, tidak ada satupun buku yang bisa membantunya.     

"Aduh.. bagaimana ini..." kata Asuka panik.     

"Pertama, kita harus memusnahkan pohon lemon ini." Kata Alexa.     

"Baiklah." Kata Rheinalth.     

Rheinalth membekukan pohon itu. Lalu Nera memukul pohon itu dengan sihir alamnya, "Roots punch!"     

Pohon itu hancur di dalam kepingan-kepingan es itu.     

"Kedua..."     

"Aku tidak tahu harus berbuat apa." Kata Rheinalth.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.