Be ready
Be ready
Toshiko masih menunggu jawaban mereka, tetapi mereka merenung sangat lama. Toshiko memutuskan untuk diam agar tidak mengganggu mereka.
Tapi, justru ada hal lainnya yang menganggu mereka,
"Oi! Kurosa! Alvina! Toshiko!"
"HOEEEEEEEEEEEEE JANGAN GANGGUUUUU!" Kurosa berteriak dan mendorong Alvina.
"HOOIII! KAMU MEMBUAT KONSENTRASIKU BUYAR!" Alvina membalas berteriak pada Kurosa.
"TUH! KAMU MENGGANGGU ALVINA!" Keluh Kurosa.
"Hoi... bukan Ardolph tahu.... itu karena kamu mendorongku, semua yang kupikirkan hilang." Keluh Alvina.
"Oh ya, di mana Yukina?" Tanya Ardolph.
"Eeeeeh.... yang dicari Yukina mulu..." kata Alvina sambil menggoda Ardolph.
"Eh? Bukan begitu! Kita kan.... best partner di sekolah soalnya." Jawab Ardolph.
"HOE?! KALIAN PACARAN?!" Kejut Kurosa.
"DUUUH KUBILANG BUKAAN!" Keluh Ardolph.
"TAPI YANG DICARI YUKINA TERUS! YANG DIPIKIRIN YUKINA TERUS! DIOMONGIN YUKINA TERUS! YUKINA! YUKINA! YUKINA! YUKINAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Keluh Toshiko dengan suara keras. Spontan Kurosa dan Alvina terkejut.
"KAN AKU TEMANNYA, TIDAK APALAH..." Keluh Ardolph malu-malu.
"TAPI SUDAH TIDAK KAYAK TEMAN TAHU! SUDAH KELIATAN KALAU KAMU ITU SUKA SAMA DIA!" Balas Toshiko.
"TAPI KARENA OTAK BODOHNYA DIA TIDAK TAHUUUU!" Keluh Ardolph.
"Eh.. Ardolph..." kejut Alvina.
"Barusan kau berkata-kata... seperti sedang menyatakan perasaan." Sambung Kurosa.
"BENAR KAN?!" Jawab Ardolph. Lalu Alvina dan Kurosa tersenyum jahil. Ardolph menyadarinya dan ia menjadi sangat malu.
"Sudahlah... Yukina memasuki jurusan perguruan, bukan kepahlawanan." Kata Toshiko.
"APA?! DIA TIDAK BILANG!" Kejut Ardolph.
"Mungkin dia tidak bilang agar kamu tidak ikutan menjadi guru dan meninggalkan mimpimu." Jawab Alvina.
"Benar-benar... menjadi jembatan.... tidak hanya untuk muridnya, tetapi untuk orang lain..." tangis Kurosa terharu dengan gaya dan muka yang aneh.
"Menjadi.... jembatan?" Tanya Ardolph kebingungan.
"DUUUH! KAMU TIDAK MENGENAL DIA! SUDAH SANA PACARAN BIAR SALING MENGENAL!" Keluh Toshiko.
Ardolph ter-jlep (maaf aku tidak tahu bahasa lainnya apa).
"Sayang sekali.... dia berpikir bahwa yang paling mengenal Yukina adalah dirinya.... xixixi." Tawa Alvina kecil.
"OH NO! Sebentar lagi!" Kejut Kurosa.
Lalu mereka menjadi sangat panik.
"Eeh? Oh, sebentar lagi dimulai ya... aku pergi dulu ya." Kata Ardolph sambil meninggalkan mereka.
"HOIIIIIIII! MELARIKAN DIRIII!" Teriak Alvina.
.
.
Lalu mereka kembali merenung.
"Apa ya alasannya?"
.
.
Toshiko menjadi sedikit khawatir dengan mereka,
"B-Bagaimana jika kalian mengingat-ingat kenapa kalian ingin menjadi seorang pahlawan?"
Lalu Alvina dan Kurosa memikirkan dan merenungkan hal itu.
Dan mereka sadar
.
.
.
Jika alasan mereka sebenarnya banyak.
.
.
.
"Oh ya, sudah mulai tuh." Kata Toshiko dengan tenang.
"HOEEEEEEEEE?!" Kurosa terkejut, lalu segera menggeret Toshiko dan Alvina.
.
.
Lalu mereka baru sadar,
"Aku baru sadar...." kata Alvina.
"Eh?" Kejut Kurosa.
"Ini kan kuliah.... karena murid banyak.... perkenalan tidak mungkin terjadi.... lihatlah aula ini." Kata Alvina.
Lalu mereka semua sadar. Kurosa dan Alvina kecewa karena telah memusingkan hal itu.
"S-Sudahlah... ki-kita nikmati saja." Kata Toshiko.
Lalu mereka mendengarkan ucapan dari pengurus universitas, para dosen, dan kakak-kakak kelas.
.
.
.
Setelah itu, mereka bertiga bernaung di bawah sebuah pohon.
"Aaaah... akhirnya istirahat...." keluh Alvina.
"Benar...." keluh Kurosa.
"Tapi aku baru menyadari.... bahwa tidak semuanya masuk pada jurusan kepahlawanan. Yukina tidak ada, Asuka juga... Nera juga.... begitu juga dengan Denzel dan Albern dan juga Odelia.... Osamu juga tidak ada, begitu juga dengan Lucianna... Alexa juga.... rupanya banyak juga ya..." keluh Toshiko.
"9 orang tidak masuk jurusan kepahlawanan ya...." kata Alvina sambil menatap ke arah daun-daun pohon.
"Yaah... apa sih yang mereka pikirkan?" Keluh Kurosa.
"Mungkin mereka ingin menjadi pahlawan di balik layar, seperti Yukina." Jawab Toshiko.
Lalu mereka terdiam.
.
.
"Toshiko, kamu terlihat lebih cantik dengan model rambut itu, tetapi kamu terlihat manis dengan model rambutmu dahulu.." kata Kurosa membuka percakapan.
"Eh? Be-Begitu..." jawab Toshiko sedikit malu.
"Kalau Alvina jelas terlihat keren.... tetapi desain pakaianmu harus diubah Alvina...." keluh Kurosa sambil melihat selembar kertas yang Kurosa bawa.
"Heh? Sejak kapan itu di tanganmu?" Kejut Alvina.
"Kita harus berkenalan dengan yang lainnya juga lho.... jangan bertiga begini terus..." kata Toshiko berharap mereka akan mendapatkan lebih banyak teman.
"Yahhh.... tentu saja kita akan berkenalan dengan yang lainnya...." keluh Kurosa.
.
.
"Woi! Kalian mau berkenalan bagaimana jika tidur-tidur terus!" Keluh Toshiko.
"Habisnya.... aku mau kue...." keluh Kurosa.
"Ga nyambung sama sekali.." keluh Toshiko.
.
.
Tak lama, sekelompok gadis datang kepada mereka.
"HOOOH! HARAPAN!" Kejut Kurosa secara tiba-tiba sambil berdiri dengan tiba-tiba dari posisi tidurnya.
"Eits! Jangan mengejutkan begitu dong!" Keluh Toshiko.
.
"Apakah kalian dari sekolah Kannoya Academy?" Tanya salah satu gadis itu.
"Benar, kelihatan ya? Ehehe..." tawa Toshiko malu-malu.
Lalu sekelompok gadis itu tertawa. Lalu Toshiko ikut tertawa.
"Weeh...." kejut Alvina.
"Padahal sebenarnya kita lagi diledek tapi tidak apalah..." bisik Kurosa pada kuping Alvina.
"Benar-benar mengherankan jika ada sekelompok murid Kannoya Academy yang berhasil diterima di universitas ternama ini! Bagaimana mungkin murid-murid sampah bisa masuk ke mari?"
Lalu mereka tertawa, Toshiko juga tertawa.
"Yah, dia benar-benar tidak tahu...." bisik Alvina.
"Polos sekali.... murni hatinya.... seperti aku dahulu..." tangis Kurosa secara perlahan dengan gaya yang aneh.
"Sejak kapan-" kejut Alvina.
"Eh.... apakah aku boleh mengenal kalian?" Tanya Toshiko.
"Maaf, kami tidak berteman dengan sampah!"
Lalu Toshiko tertawa kecil,
"Benar juga, siapa yang ingin berteman dengan sampah. Maaf jika di dekat kami ada tong sampah, aku singkirkan dulu." Kata Toshiko dengan polosnya.
"Dia benar-benar murni...." tangis Alvina yang mulai tertular dengan keanehan Kurosa.
"Harus dilindungi...." tangis Kurosa.
"Hoi hoi, tidak paham juga dia..."
"Mari kita beri sedikit pelajaran."
Lalu salah satu gadis itu menendang tubuh Toshiko, sehingga Toshiko terjatuh ke atas tanah. Lalu mereka menertawakannya. Kurosa dan Alvina mulai kesal,
"Hoi..."
Tapi, tak lama,
"Apa yang kalian lakukan?"
Seorang gadis berambut pirang datang.
"Oh, Stormy."
"Stormy?" Kejut Kurosa.
"Hah? Murid rendahan tahu apa tentang kebanggaan Kenichi Kitaro, Stormy?" Kata salah satu gadis.
Lalu,
"Hei, kalian." Kata Stormy dengan tatapan garang. Toshiko, Kurosa, dan Alvina mulai gemetar.
".... bukan kalian." Kata Stormy.
Lalu Stormy menggenggam bahu salah satu gadis itu.
"Kalian dari sekolah mana?" Tanya Stormy.
"K-Kenichi Kitaro kan? Memang kita berbeda kelas tetapi-"
Stormy menggenggam bahu gadis itu lebih erat.
"Berani-beraninya menodai nama sekolah Kenichi Kitaro dengan perbuatanmu yang menjijikan itu? Bukankah kalian sudah sering diberi pelajaran pada sekolah kalian sebelumnya? Atau jangan-jangan.... kalian tidak pernah diberi pelajaran? Apakah aku perlu memberikan pelajaran pada kalian?" Tanya Stormy dengan garang.
"T-Tentunya kami belajar...."
Stormy melanjutkan kata-katanya lagi,
"Jika kalian belajar.... kenapa kalian melakukan hal tadi? Meminta maaflah, atau akan kuberi pelajaran." Kata Stormy sambil melepaskan genggamannya.
"S-Stormy, tenanglah.... kami hanya bermain-main-"
"Bermain-main bagaimana? Menodai nama sekolah lain dengan sampah? Justru kalian telah menodai nama kalian sendiri! Sudahlah, aku sedang malas memberi kalian pelajaran! Jangan lakukan hal itu lagi!" Kata Stormy dengan garang.
Lalu para gadis itu segera meninggalkan mereka.
"Eeeeeeh?!" Toshiko terkejut. Ia belum mengetahui apapun yang terjadi sebelumnya.
Lalu, tak lama, Stormy membungkuk.
"Maaf atas kekasaran tadi. Bisa-bisanya mereka melakukan hal itu pada kalian... "
"Eeh... tidak apa." Jawab Alvina.
"B-Benarkah?" Kejut Stormy.
"Tentu saja." Jawab Kurosa.
"Baiklah kalau begitu.... apakah kau baik-baik saja?" Tanya Stormy sambil membantu Toshiko untuk berdiri.
"Yah... tidak apa-apa." Jawab Toshiko.
Akhirnya mereka berbincang panjang.
"Stormy, apakah kamu memiliki sebuah alasan mengapa ingin menjadi pahlawan?" Tanya Toshiko.
Stormy berpikir sebentar, lalu ia menjawab,
"Jika alasan yang dahulu adalah.... aku ingin menjadi nomer satu dan aku ingin menjadi yang terhebat. Tetapi sekarang, aku ingin menyelamatkan sebanyak-banyaknya orang agar tidak banyak serangan-serangan pada sekolah-sekolah.... rupanya penjahat sekarang mengincar anak-anak..." kata Stormy.
"Begitu..." jawab Alvina.
"Pedofil! Cuh!" Keluh Kurosa saat mendengar kata-kata Stormy.
"Kalau kalian?" Tanya Stormy.
"HOEEEEEEEEEEEEE!" Kurosa berteriak lagi.
.
.
"Sebenarnya banyak sekali alasan kita...."kata Alvina. Lalu Kurosa mengangguk dengan cepat.
"Eh? Kalau begitu, kenapa?" Tanya Stormy yang masih penasaran.