Searching
Searching
"Yang lainnya di mana?" Pikir Yukina.
"Sampai sekarang kita tidak mendapatkan kabar dari Denzel dan Junko..." pikir Yukina khawatir.
.
"Aku akan coba mencari tahu..." pikir Yukina. Yukina memejamkan kedua matanya dan mulai berfokus. Meskipun keadaannya buruk, ia masih ingin membantu.
.
"Teman-teman... semuanya bernafas.... kecuali...." pikir Yukina.
Lalu Yukina tersontak terkejut.
"Denzel dan Junko! Begitu juga dengan Ni Wayan Galuh..." pikir Yukina.
"Toshiko juga? Dan ketiga adiknya..." pikir Yukina.
Yukina sangat terkejut dan tertekan.. ia segera duduk dari tempat tidurnya, tetapi kedua kakinya rasanya sangat sakit.
"Y-Yukina?" Kejut Ardolph.
"Ini... masalah..... besar! Uhuk! Aku.... harus..." kata Yukina berusaha untuk berdiri dari tempat tidurnya. Setelah kedua kakinya tersentuh dengan lantai, ia segera terjatuh di atas lantai.
"Yukina! Jangan..." kata Ardolph khawatir.
"T-Tidak! Aku... sudah... membaik... semuanya... berkat.... sihir penyembuh para dokter.... aku.... masih... bisa!" Kata Yukina.
Yukina berusaha untuk menggapai dinding rumah sakit dan memaksakan dirinya untuk berjalan.
"Yukina...." kata Ardolph.
"Tenang saja..... luka ini.... tidak sebera... pa.... dibandingkan..... dahulu..." kata Yukina yang akhirnya berhasil untuk berdiri dengan topangan pada dinding.
"Yukina." Kata Ardolph sambil menggenggam tangan kanan Yukina yang tidak bertopang pada dinding. Yukina menoleh dan melihat ke arah Ardolph dengan tatapan kekhawatiran.
"... kamu tahu apa yang terjadi kan? Ini." Kata Ardolph sambil memberikan kepada Yukina kapak tanah miliknya.
"Ini... adalah kekuatan terakhirku." Kata Ardolph.
".. baiklah... aku akan gunakan sebaik mungkin..." kata Yukina.
"Yukina.. jangan memaksakan diri ya." Kata Asuka perlahan.
"Baiklah." Jawab Yukina.
Lalu Yukina berjalan keluar dengan topangan kapak Ardolph.
"Aku yakin dia akan memaksakan dirinya...." kata Asuka perlahan.
.
.
.
.
"Odelia, mendapatkan kabar?" Tanya Albern.
"Tidak... tidak ada pergerakan dari musuh dan pahlawan... aku tidak merasakannya... dan juga... aku tidak merasakan keberadaan I Made Arnawa... ia pasti dikurung di suatu tempat tanpa akses apapun selain dari udara.... atau bahkan tidak ada udaranya juga." Kata Odelia.
"Tch... astaga.... kenapa...." keluh Albern sambil menggaruk kepalanya dengan kedua tangannya. Ia terlihat sangat kesal.
Odelia melihat ke arah Albern.
"Padahal kita bertugas untuk menjaganya.... pada akhirnya.... kita tidak melakukan apapun sampai I Made Arnawa tertangkap.." keluh Albern.
Odelia memegang pundak temannya itu.
"Albern!" Kata Odelia tegas. Albern mulai melepaskan tangannya dari kepalanya.
"Ini.... belum berakhir!" Kata Odelia dengan tegas lagi.
Albern memandang pada Odelia dengan kagum. Angin berhembus menghembusi mereka berdua.
"Saat angin ini masih berhembus, saat air masih mengalir, saat burung-burung di udara masih berterbangan, dan juga.... saat jantung kita berdetak dan darah mengalir pada tubuh kita, Ini Belum Berakhir!" Kata Odelia dengan sangat tegas, terutama pada kata-kata terakhirnya.
"Odelia..." kata Albern.
Odelia merentangkan tangannya pada Albern,
"Ayo, Albern. Kita akan melanjutkan usaha dan kerja keras semuanya semaksimal mungkin... sampai.... jantung dan darah kita berhenti." Kata Odelia dengan senyuman yang hangat dan dengan nada yang tidak setegas tadinya.
Albern tersenyum kembali,
"Lucu sekali.... beberapa bulan yang lalu, kita adalah rival... tapi..."
"Itu kan dulu. Sekarang sudah berbeda." Kata Odelia sambil tersenyum.
"Ya... sangat.... berbeda..... " jawab Albern. Baru kali ini ia melihat Odelia tersenyum dengan tulus, begitu juga dengan Odelia.
.
.
"Kurosa, padahal kamu sudah terluka cukup banyak, tetapi kamu tetap membantu ya." Kata Scorpio dengan nada datar.
"Tentu saja...." jawab Kurosa dengan riang.
"Kenapa? Kenapa kalian semua ingin membantunya? Padahal kalian sedang berlibur lho." Kata Scorpio penasaran.
Kurosa tersenyum hangat sambil melihat ke bawah.
"Karena.... I Made Arnawa mengingatkan kami pada seseorang.... bahkan seseorang itu teringat akan dirinya saat melihatnya.... sebenarnya, seseorang itu yang sangat ingin untuk membantu, karena ia telah merasakannya sendiri. Dia juga membagikan perasaannya itu pada kami beberapa bulan yang lalu. Kami jadi ikut merasakannya.... jadi, kami ingin membantu sebisa kami." Kata Kurosa.
"... begitu." Jawab Scorpio dengan nada yang sangat datar.
Kurosa melihat ke arah langit.
"Aku juga merasakan apa yang dirasakan oleh I Made Arnawa... hanya sedikit.... yaitu... kehilangan seseorang yang dikasihi... aku bisa melihatnya dari kedua matanya yang tanpa harapan itu..... ia pasti sudah kehilangan lebih banyak dariku..." pikir Kurosa.
Kurosa mengarahkan tangannya ke arah langit.
"Tenang saja.... aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi pada I Made Arnawa..... pada siapapun!" Pikir Kurosa dengan kuat sambil menggenggam tangannya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Tuan sudah berada di sana. Tidak sesuai dengan rencana, tetapi.... masih bisa." Kata Reflectia dari tempat yang tidak diketahui.
"Kekuatan I Made Arnawa siap digunakan oleh tuan." Kata Hard Rock.
"Kalau begitu... mari kita mulai!" Kata Reflectia.