I'm going to finish it, sooner
I'm going to finish it, sooner
"A-Apa-"
Butterfly tersenyum,
"Kamu meremehkan kekuatan muridku... sihir darah."
"Begitu.... sihir darah?" Kata Diamo.
"Ya, dan lihatlah." Kata Butterfly dengan percaya diri akan kekuatan muridnya, Junko.
Tak lama, air laut mulai menurun,
"A-Apa?!" Kejut Diamo.
"Benar.... sihir darah dapat mengendalikan apapun yang sedang dikendalikan oleh tubuhmu." Kata Butterfly.
"... begitu...." kata Diamo yang tiba-tiba tersenyum. Tak lama ia dapat bergerak juga, hal itu membuat Butterfly terkejut.
"Kamu kira aku tidak mengambil sihir muridmu juga? Bodohnya kamu..." kata Diamo dengan puas.
"Begitu...." pikir Butterfly yang mulai goyah. Tetapi saat ia goyah, tiba-tiba ada banyak tangan yang menyentuh bahunya dengan lembut. Tak lama, Butterfly tersenyum tenang, lalu ia kembali menatap ke arah Diamo dengan tajam.
"Dan juga.... yang mengendalikan air laut itu dan tanah ini bukanlah aku secara seutuhnya.... aku hanya menyuruh I Made Arnawa sedikit, sehingga ia yang melakukan hal ini. Jadi, jika ribuan nyawa ini melayang, ini adalah salah I Made Arnawa, bukan diriku!" Kata Diamo dengan kejam.
"Bukan.... jika hal itu terjadi...." kata Butterfly.
"Itu adalah salahku karena aku membiarkanmu melakukan hal itu! I Made Arnawa adalah korban!" Kata Butterfly dengan tegas.
Lalu Diamo segera menerjang ke arah Butterfly, begitu juga dengan Butterfly.
.
.
Tak lama, baru saja Diamo menerjang 4 langkah ke depan, Butterfly sudah berada di belakangnya. Diamo tentu sangat terkejut, dan saat ia hendak berbalik tubuhnya sudah terserang oleh tebasan-tebasan pedang.
"Ergh! Ini-" kejut Diamo.
Tak lama saat ia masih terkejut, Butterfly sudah berada di depannya dan ia sudah terjatuh di atas tanah. Tubuhnya terasa sangat sakit dan terbakar.
"A-Apa-"
Butterfly sudah berada di sampingnya, tubuhnya sudah tertahan dan tertusuk oleh kristal.
"Apa ini-"
Butterfly sudah berada di sisi samping yang lainnya. Tubuh Diamo sudah diikat oleh sihir gelap.
"Baiklah.... aku sudah menyelesaikannya dengan cepat. Kamu bisa menyerah, maka aku akan mengampuni nyawamu.... sebagai gantinya, kamu akan dipenjara di penjara tengah laut atas tindakan kriminal yang mengerikan ini." Kata Butterfly dengan lembut.
"...."
.
.
.
"Aku paham..."
Tiba-tiba, Diamo sudah berdiri di belakang tubuh Butterfly.
"Dia... menyadarinya?!" Kejut Butterfly.
Tak lama tubuhnya sudah mengeluarkan banyak darah.
Dengan sihir Junko, Butterfly dapat memulihkan dirinya sementara.
"Sihir penghenti waktu.... menarik.... kalau begitu aku dapat menggunakannya untuk menghancurkan pulau ini secara instan! Beruntungnya aku mengambil kekuatan muridmu!" Kata Diamo yang disambung oleh tawa yang keras.
"Tak akan kubiarkan!" Butterfly membantah, lalu ia menyatukan kedua tangannya.
Tak lama, waktu berhenti. Butterfly membawa Diamo bersama dalam dunia di mana waktu berhenti. Tetapi Diamo tertawa.
"Bodoh sekali kau, Butterfly.... membawaku pada saat waktu berhenti bersamamu? Bukankah aku dapat menyerang rakyat itu kapanpun tanpa mereka sadari?" Tanya Diamo sambil tertawa.
Butterfly tersenyum,
"Kamu belum tahu rahasianya.... sekarang, lawanmu adalah aku!"
"Hoo? Aku dapat menyerangmu dengan lautan besar ini dan dengan tanah pulau ini dengan sedikit memerintah kepada I Made Arnawa.... dan itu juga akan membahayakan nyawa rakyat.... bukannya kamu menyelamatkan dirimu tetapi kamu datang menantangku pada dunia ini?" Kata Diamo dengan sombongnya.
"Benar... aku akan datang lebih dekat lagi agar dapat menyerangmu dan mencegah dirimu untuk melakukan itu!" Kata Butterfly dengan tegas sambil berjalan ke arah Diamo secara perlahan.
"Baiklah! Mendekatlah sedekat mungkin!" Kata Diamo sambil berjalan mendekat ke arah Butterfly.
Mereka berjarak 6 langkah satu dengan yang lainnya. Lalu Butterfly dan Diamo segera menerjang satu dengan yang lainnya.
"Serang dia!"
Tiba-tiba air laut membelok dan hendak menghantam tubuh Butterfly, dengan cepat Butterfly menghindar. Tanpa disadari, air laut mulai menggulung ke arah pulau itu.
"Sun Hero...."
Tubuh Butterfly pada sebelah kiri mulai bersinar terang dan membara. Butterfly memutar dirinya, matahari yang terbenam itu bersinar bagaikan pada siang hari. Lalu, api yang sangat panas dan besar berkumpul pada tangan kiri Butterfly. Lalu Butterfly melemparkan api itu pada lautan itu, sehingga air laut segera menguap.
Tak lama, awan berkumpul. Diamo mengangkat tongkatnya sehingga petir yang besar menyambar ke arah Butterfly. Butterfly menangkap petir itu dengan tangan kanannya, lalu menembakkan petir itu ke arah Diamo. Diamo menangkapnya dan menembakkannya ke arah pulau itu. Dengan cepat, Butterfly memerintahkan sedikit air laut agar terpisah dari air laut lainnya yang sedang meninggi. Butterfly menangkap petir itu di dalam air, lalu membawa air itu kembali pada Butterfly. Butterfly memutuskan untuk menyimpan petir itu.
"Kamu memutuskannya untuk menyimpannya? Pilihan yang kurang cerdas.... kamu bukanlah pengguna sihir petir ataupun listrik, kamu akan kesakitan." Kaya Diamo.
"Benar..... sakit yang kurasakan tidak setara dengan sakit di dalam hati muridku ataupun I Made Arnawa. Ini terlalu ringan!" Kata Butterfly dengan tegas.
"Kamu mengejekku ya?" Tanya Diamo dengan serius.
"Aku takut jawabannya iya." Jawab Butterfly.
Sebelum Diamo melancarkan petir lainnya, Butterfly mengangkat tangannya ke atas, awan mulai menitikkan air dengan deras dan berhenti tertahan pada ketinggian di atas kepala Butterfly.
"Kamu mengumpulkan air?" Tanya Diamo.
"Kamu berisik." Jawab Butterfly dengan lembut.
Dengan kesal Diamo mengangkat tongkatnya ke atas, dan tanah yang rata mulai menjadi gunungan-gunungan tanah yang tidak normal, tapi tak lama tanah itu kembali rata.
"Hah?" Kejut Diamo.
Diamo melakukannya lagi, tetapi tanah itu kembali rata lagi.
"Aneh.." pikir Diamo.
Setelah awan menghilang, Butterfly membekukan air yang berada di atas kepalanya itu. Lalu Butterfly melemparkan bongkahan es yang sangat besar itu. Dengan cepat Diamo menghindar,
"Bodohnya dia, dia akan menghancurkan pulau ini dengan tangannya sendiri!" Pikirnya.
Tapi saat bongkahan es itu meleset, mereka kembali menjadi air dan mengalir di udara ke arah Diamo.
"H-Ha-"
Butterfly mengendalikan air itu, sehingga tubuh Diamo terjebak pada air itu dan air itu kembali membeku.
"T-Tidak mungkin.... membekukan air dan melelehkan es secepat itu..." pikir Diamo.
"Benar.... sihir Lou memang unik." Kata Butterfly.
"Hm... begitu." Kata Diamo.
Tak lama es kembali menjadi air.
"Hm... kamu mendapatkan sisa-sisa milik Junko juga rupanya." Kata Butterfly.
.
.
Saat Diamo hendak menyerang, tiba-tiba tubuhnya tertebas oleh sihir dan tubuhnya terasa sakit dan panas lagi.
"Apa? Aneh sekali... teleportasi?" Pikir Diamo.
Tubuhnya terluka lagi. Lagi. Dan lagi.
"Aneh sekali..." pikir Diamo.
Lalu Diamo mulai berlari ke arah Butterfly, tetapi tiba-tiba ia terjatuh. Ia melihat, bahwa kaki kanannya tertebas hingga terlepas. Lalu Diamo mengambil kaki kanannya dan menempelkannya pada sendi kakinya dan dengan sihir Junko ia dapat menyambung kakinya kembali. Saat ia hendak berdiri, kedua tangannya tertusuk oleh kristal yang tajam sehingga ia tidak dapat berdiri.
"Apa ini?" Kejut Diamo.
"Diamo..... aku beri kesempatan lainnya..... menyerahlah..... aku tidak akan menghabisimu." Kata Butterfly dengan lembut.
Diamo kembali menerjang lagi, tetapi sesuatu menghentikan Diamo. Diamo berhenti sebentar dan melihat ke arah air laut, rupanya air laut tetap naik. Saat ia memperhatikan laut itu, tubuhnya terluka lagi. Diamo menyadari rahasia ruang itu.
"Begitu.... aku paham, Butterfly! Ini adalah ilusi!" Teriak Diamo.
"Sayangnya kamu baru sadar..." kata Butterfly.
"Tetapi.... jika begini..... bukankah air laut sudah sangat tinggi? Baiklah!" Kata Diamo dengan senang.
Lalu Diamo mengangkat tongkatnya dan mulai menggulung pulau itu secara perlahan.
"Apa yang akan kau lakukan, Butterfly?!"