Chapter 72 : Renungan Hilda
Chapter 72 : Renungan Hilda
Bahkan sekarang dia sedang dalam misi untuk menaklukkan beberapa goblin yang meneror sebuah desa kecil. Para goblin sedikit liar belakangan ini, ini terjadi sejak lich dari quest sebelumnya menghilang. Monster di sekitarnya tampaknya berada dalam kondisi mengamuk, karena sebelumnya mereka tidak bisa mendekati pemukiman manusia tapi sekarang mereka bebas.
Setidaknya tidak peduli seberapa agresif goblin ini, mereka masih bukan tandingan Hilda, yang mampu dengan cepat mengirim mereka ke neraka. Hilda yang sedang dalam mood yang sangat buruk, memutuskan untuk tidak hanya membunuh para goblin, tetapi menemukan sarang mereka dan menghancurkan mereka di dalam rumah mereka sendiri.
Sangat mudah bagi Hilda untuk menemukan gua goblin karena dia dulu sering berurusan dengan goblin. Dia tidak memusnahkan semua goblin yang dia temui tapi membiarkan satu yang masih hidup, sehingga dia bisa mengikutinya. Ketika goblin terluka parah, dia akan kembali ke sarang mereka karena insting.
Sekarang setelah Hilda menemukan gua tempat persembunyian goblin, dia masuk dan membantai mereka semuanya. Dia memotong beberapa telinga mereka, sebagai bukti penaklukan. Saat Hilda berkelana lebih jauh ke dalam gua yang dilihatnya, ia melihat beberapa wanita telanjang.
Seperti yang di pikirkan Hilda, tentu akan ada banyak perempuan yang diculik. Karena goblin adalah ras yang hanya terdiri dari pria, mereka harus menculik wanita dari ras lain untuk berkembang biak. Setiap kali Hilda melihat kejadian seperti ini, dia merasa sedikit marah. Membayangkan keluarganya sendiri dalam situasi serupa membuat darahnya mendidih.
...
Hilda kemudian melanjutkan untuk membebaskan para wanita yang ditangkap. Dia berjanji untuk membawa mereka kembali ke desa mereka, tetapi beberapa dari mereka yang sudah mengandung anak goblin meminta untuk dibunuh. Sebenarnya kebanyakan dari mereka yang sedikit lebih tua meminta Hilda untuk membunuh mereka juga.
Bahkan jika mereka diselamatkan, setelah dikotori oleh goblin pada dasarnya berarti mereka sudah mati bagi orang-orang di desa mereka. Bahkan jika mereka kembali, tidak ada yang peduli pada mereka, dan hidup mereka akan menjadi sulit. Hilda pernah mengalami situasi yang sama sebelumnya ketika dia memulai sebagai seorang petualang.
Saat itu dia ingin menyelamatkan para wanita, dan bukan membunuh mereka. Namun begitu dia membawa mereka kembali ke desa mereka, mereka dijauhi. Hanya para orang tua korban yang menerima mereka kembali, tapi masih ada juga beberapa orang tua yang justru menjauhi anaknya sendiri. Hal ini mengakibatkan para wanita meninggalkan desa mereka, beberapa menjadi pelacur sementara yang lain bunuh diri.
Mengetahui hal ini Hilda memutuskan untuk memenuhi keinginan para wanita tersebut. Pertama dia meminta mereka yang ingin pulang untuk menunggu di luar. Saat yang lain pergi, Hilda melihat para wanita yang tersisa.
"Apakah kalian punya kata-kata terakhir."
"Terima kasih."
Para wanita yang telah diperkosa berkali-kali tidak bisa berkata apa-apa kecuali ucapan terima kasih mereka. Ekspresi lega yang mereka rasakan saat pedang Hilda memotong kepala mereka sungguh memilukan. Wanita ini memiliki orang yang dicintai, memiliki kehidupan yang belum dijalani sepenuhnya, dan sekarang mereka berdiri di sini untuk berterima kasih kepada orang yang akan mengakhiri hidup mereka.
Hilda telah memenggal kepala mereka dan membuat satu doa terakhir untuk mereka, agar suatu hari dalam kehidupan baru mereka, mereka akan menemukan kebahagiaan kemanapun mereka pergi.
...
Hilda yang telah memenuhi keinginan wanita yang tersisa untuk kembali ke rumah mereka, melihat pemandangan yang yang sudah dia duga. Reaksi penduduk desa tidak begitu baik. Para orang tua menerima putri mereka kembali, tetapi beberapa dari mereka tidak. Tidak peduli seberapa banyak wanita itu merendahkan diri dan menjerit, orang tua mereka mengabaikan mereka.
Hilda mengertakkan gigi, tetapi dia tahu dia tidak memiliki kemampuan untuk menyelamatkannya. Ini meninggalkan rasa tidak enak hati bagi Hilda.
...
Hilda yang kembali ke guild petualang untuk melaporkan penyelesaian quest, menyerahkan bukti penaklukannya. Setelah dia selesai dengan semua yang dia lakukan dia duduk di salah satu kursi di bar guild. Dia merasa quest sederhana ini lebih melelahkan dari yang seharusnya.
'Ini bukan yang aku harapkan ketika aku aktif menjadi petualang lagi. Ini semua salah pria itu, mengapa dia meninggalkan partynya sendiri dan menjadi petualang solo. Kita baru saja menyelesaikan satu misi dan begitu saja. Jadi ini tidak adil karena aku terpaksa meninggalkan pekerjaan lama ku. Walaupun ini keinginanku, tapi tidak seperti ini juga... '
Hilda lalu menghela nafas lalu memesan segelas anggur.
'Bukankah tujuan utamaku bergabung dengan partynya itu untuk melihat apakah dia benar-benar orang yang dapat dipercaya. Tapi apa yang sebenarnya aku lakukan sekarang? "
Hilda kemudian mengingat semua yang dia perhatikan tentang Ren selama quest terakhir mereka. Dia sama sekali tidak seperti yang dia pikirkan. Awalnya dia mengira dia adalah salah satu dari orang-orang hebat yang mengira mereka bisa melakukan apa saja. Kemudian dia sadar bahwa dia hanyalah petualang bebas yang suka berperang.'
Sebenarnya sekarang setelah dia memikirkannya, tentang Ren, kepribadiannya, intinya tampaknya keinginannya berputar di sekitar pertempuran. Dia ingat saat dia melawan raja drake, di mana dia berterima kasih pada monster itu setelah membunuhnya. Dia juga ingat saat bertarung dengan lich, ketika dia terpaksa mundur untuk menyelamatkannya dan Lara. Perasaan kecewa terlihat jelas di matanya, tapi dia tetap menyelamatkan mereka.'
'Ini tidak seperti dia orang jahat, yah, dia juga tidak seperti orang baik. Rasanya lebih seperti dia hanya peduli tentang orang-orang yang entah bagaimana terkait dengannya, dan semua hal lain yang tidak pantas diperjuangkan tidak ada apa-apanya di matanya. Yah aku rasa itu tidak ada yang istimewa karena semua orang entah bagaimana seperti itu, hanya peduli pada orang-orang yang dekat dengan mereka. Sebenarnya lebih tidak normal bagi seseorang untuk memperhatikan orang lain yang tidak mereka ketahui. '
'Aku masih bertanya-tanya apa yang diperintahkan Ren untuk dilakukan Lara. Selama tidak terlalu berlebihan dan tidak mengacaukan kehidupan keluarga ku, maka mungkin tidak apa-apa membiarkannya. Orang itu sepertinya punya alasan yang bagus untuk melakukan hal-hal yang dia lakukan ... Heh, kurasa aku juga orang yang egois, sama seperti orang itu. '
Hilda yang sedang memegang birnya mulai minum. Dia tidak menyadari bahwa selama beberapa hari terakhir dia tidak melihat Ren, saat itulah dia mulai lebih memikirkannya. Pada titik inilah, dia tidak menyadari bahwa itu hanya masalah waktu sebelum obsesinya akan berubah menjadi sesuatu yang lain.