My Husband from My First Love

Ada pencuri (part 2)



Ada pencuri (part 2)

2Daffin membuka topeng keduanya dan mereka adalah orang yang bekerja di rumahnya sendiri. Yang satu adalah tukang kebun dan satu lagi adalah penjaga rumahnya.     

"Kalian!" Teriak Daffin. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.     

Pencuri itu adalah orang uang bekerja di rumah nya sendiri.     

"Gila! Ini sungguh gila! Ternyata Kalianlah pencurinya?!" Teriak Daffin dan dia langsung mendorong kedua pencuri itu ke tanah. Daffin yang tadinya tidak terlalu marah bahkan tidak menganggap serius pada pencuri itu. kini dia merasa sangat marah karena merasa sudah dikhianati oleh mereka.     

Mereka berdua semakin ketakutan saat melihat ekspresi wajah Daffin yang semakin menakutkan.     

Dari belakang Sinta dan kakek Wijaya pun keluar dan datang menghampiri Daffin.     

"Daff, ada apa?" Tanya kakek Wijaya yang sudah berada disamping Daffin.     

Kakek Wijaya melihat kearah dua orang itu dan dia melihat ada banyak barang-barang yang sudah berada diatas mobil pick up.     

"Ini … ini apa maksudnya? Kamu mau pindah rumah Daff?" Tanya kakek Wijaya, dia mendadak mengeluarkan pertanyaan yang menurut Daffin ingin tertawa.     

Daffin menoleh kearah kakeknya dan berkata, "mana mungkin aku pindah rumah tengah malam begini kakek! Ya Tuhan! Kakek memang sudah tua tapi pertanyaan kakek benar-benar diluar logika," ucap Daffin sambil menepuk dahinya. Sinta tertawa dan langsung menutup mulutnya.     

Sinta memeluk lengan Daffin dan ikut bertanya juga, "sayang. Apakah mereka yang tadi kamu katakan ada penyusup itu?" Tanya Sinta, dia menatap kedua orang yang sangat dia kenal.     

"Iya! Mereka ingin mencuri semua barang berharga di rumah kita. Aku tidak menyangka orang kepercayaan kita telah berkhianat seperti ini," ucap Daffin dengan nada kecewa.     

Keduanya merasa sangat menyesal karena sudah melakukan hal buruk seperti ini tapi mereka melakukannya dengan terpaksa.     

"Pak Daffin, kami minta maaf karena kami melakukan ini karena terpaksa," ucap salah satu pencuri itu yang tidak lain adalah tukang kebun di rumah Daffin.     

Sinta merasa sedih saat mendengarnya. Dia juga pernah dalam keadaan terpaksa sehingga dia akhirnya bisa bertemu dengan Daffin.     

"Pak? Kenapa bapak terpaksa melakukannya? Kenapa bapak tidak mengatakannya sejujurnya. Mungkin mas Daffin bisa membantu kesusahan bapak," ucap Sinta. Dia merasa sangat penasaran kepada dua orang yang sekarang berada tepat didepannya. Dia ingin tahu alasan apa yang membuat mereka bisa melakukan hal semacam ini.     

Pria yang menjadi tukang kebun di rumah Daffin pun akhirnya membuka mulutnya untuk bercerita.     

"Kami melakukan hal ini karena. Anak saya sedang sakit parah dan membutuhkan biaya yang cukup banyak. Anak saya menderita tumor di lehernya sehingga harus secepatnya dioperasi dan temanbya saya, istrinya jatuh dari kamar mandi dan membutuhkan banyak uang untuk biaya operasinya. Kami sudah meminta bantuan kepada saudara dan teman-teman kami. Tapi mereka tidak ada yang memberi kami pinjaman jadi kami terpaksa melakukan ini semua. Pak Daffin dan Bu Sinta, saya mohon untuk tidak melaporkan kami ke kantor polisi. Saya tahu jika perbuatan kami ini salah tapi kami melakukannya dengan terpaksa. Kami mohon pengampunan dari pak Daffin dan Bu Sinta."     

Mendengar itu, Sinta merasa hatinya sangat tersentuh. Dia juga seperti mereka dan tahu bagaimana rasanya harus melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan itu rasanya sangat sulit.     

Sinta menoleh kearah Daffin dan menatapnya.     

"Sayang, bagaimana? Kasihan mereka. Aku juga pernah merasakan apa yang mereka rasakan. Hhhmmm … bolehkah kita memaafkannya?" Ucap Sinta, matanya berkaca-kaca. Terlihat membantu kedua orang itu untuk meminta maaf kepada Daffin.     

Daffin tersenyum dan mengangguk.     

"Iya sayang, aku akan memaafkan mereka sesuai permintaan kamu," ucap Daffin. Dia mengusap punggung tangan Sinta dan tersenyum padanya.     

Mendengar itu kedua orang itu langsung mendekati Daffin dan segera mencium tangannya. Mereka sangat berterima kasih karena Daffin mau memaafkannya.     

Setelah menyentuh tangan Daffin, mereka ingin menyentuh tangan Sinta tapi Daffin langsung meraih tangan Sinta dan melotot kearah keduanya.     

"Sudahlah, kalian boleh bangun sekarang. Ingat! Jangan mengulanginya lagi dan saya akan memberikan kalian pinjaman uang, bagaimana?" Ucap Daffin. Dia melirik kearah Sinta dan tersenyum padanya.     

Sinta membalas senyuman Daffin karena Daffin mengerti apa yang dia inginkan. Padahal Sinta belum meminta itu padanya.     

Mendengar itu, kedua orang itu pun tersenyum gembira dan sekali lagi mereka mengucapkan terima kasih kepada Sinta dan juga Daffin.     

"Terima kasih pak Daffin, terima kasih Bu Sinta, semoga Tuhan membalas semua kebaikan kalian!" Ucap kedua orang itu. Mereka menangis terharu karena masih ada orang kaya yang mau meminjamkannya uang.     

Daffin menanyakan uang yang mereka butuhkan.     

"Berapa uang yang kalian butuhkan?" Tanya Daffin.     

"Saya sepuluh juta dan mang Ujang tujuh juta, ya kan mang Ujang?" Tanya pria yang bernama mang Udin.     

Mang Ujang pun menganggukkan kepalanya.     

"Iya, saya membutuhkan uang sebanyak tujuh juta," Jawa. Mang Ujang.     

Daffin mengerti. Dia pun melihat kearah Sinta dan berkata, "sebentar ya sayang. Aku ambil uangnya dulu. Kamu tunggu disini bersama kakek," ucap Daffin. Dia mengusap lembut rambut Sinta dan pergi masuk ke dalam untuk mengambil uang.     

Kakek Wijaya merasa sangat senang karena cucunya benar-benar sudah dewasa. Dia sangat baik dan tidak ada kesombongan dalam dirinya. Daffin berbeda dengan pria kaya lainnya. Dia bersyukur telah memiliki cucu paling terbaik dari semuanya.     

Tidak lama kemudian, Daffin pun datang kembali sambil membawa dua gepok uang.     

Daffin menyerahkan satu gepok untuk mang Ujang dan satu lagi untuk mang Udin.     

"Ini untuk kalian. Tidak perlu dikembalikan. Gunakan uang ini sebaik-baiknya. Mudah-mudahan anak dan istri kalian bisa secepatnya sembuh," ucap Daffin sambil memeluk Sinta kembali.     

Kedua orang itu kembali menangis bahkan bersujud syukur sambil menyentuh kaki Daffin.     

"Terima kasih pak, terima kasih. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan bapak dan kami berjanji akan mempergunakan uang ini sebaik-baiknya," ucap keduanya secara bersamaan.     

Daffin membantu keduanya bangun dan menatap keduanya dengan senyum yang ramah.     

"Terima kasih atas dia kalian. Ngomong-ngomong kalian masih boleh bekerja disini dan jangan sekali lagi kalian melakukan hal semacam ini. Jika saya tahu kalian melakukan hal ini lagi. Saya tidak segan-segan memasukkan kalian kedalam penjara kelas bawah yang semuanya berisi orang-orang jahat yang tingkat levelnya kelas berat," ucap Daffin dengan nada mengancam.     

Mendengar itu, kedua merasa ketakutan dan juga mereka tidak mungkin melakukan hal semacam itu." Baik pak Daffin. Kami berjanji tidak akan melakukan hal itu," ucap keduanya dengan janji yang memang akan mereka tepati.     

Daffin orang yang sudah menolong mereka dan mana mungkin mereka akan menggigitnya.     

Setelah saling berbicara dan urusan mereka pun sudah selesai. Keduanya memasukkan kembali barang-barang nya . Kakek Wijaya kembali masuk ke kamarnya dan sebelum masuk dia melihat dileher Daffin terdapat tanda cinta disana.     

"Kamu mendapat serangan dadakan dari Sinta ya, daff?" Tanya kakek Wijaya sambil tertawa keras.     

"Hhhmmm … sangat menyenangkan. Aku mau memintanya lagi ahhhh …," ucap Daffin, dia menyeringai evil dan sengaja mengatakan itu agar kakeknya merasa kesal.     

"Baiklah! Kamu mau tidur. Cepatlah berikan kakek cicit supaya kakek tidak kesepian lagi!" Ucap kakek Wijaya m sambil tertawa dia pun masuk ke dalam Kamarnya dan langsung menutup pintu kamarnya.     

Daffin hanya tertawa melihat tingkah kakeknya.     

"Sial! Otak pria tua itu selalu membicarakan cicit dan cicit. Aku belum menginginkannya. Hehehehhe, aku masih ingin menghabiskan semua waktuku bersama dengan Sinta. Uhhh … aku mau memakannya lagi ahhh," ucap Daffin, dia menyeringai evil dan langsung bersemangat. Bukannya hanya dirinya tapi miliknya juga ikut bersemangat jika sudah berurusan dengan namanya bercinta.     

Daffin bersiul gembira dan dia pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan tanpa pikir panjang lagi. Dia pun langsung menerkam Sinta dan memulai kembali percintaannya di putaran kedua dengan gaya lebih panas lagi dari sebelumnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.