percayakan hatimu (part 2)
percayakan hatimu (part 2)
Daffin merasa sedih, kenapa Sinta masih saja memiliki pikiran seperti itu, padahal dia sudah mengatakan padanya jika dia sangat mencintainya, cinta dia tulus dan untuk pandangan semua orang Daffin tidak peduli sama sekali, karena baginya memiliki Sinta sudah satu-satunya dunia yang indah yang dia miliki setelah bertahun-tahun harus bergulat dengan kehidupan yang gelap dan membosankan, kali ini dia ingin merasakan indahnya dunianya bersama cinta sejatinya yaitu Sinta, istrinya dan wanita yang dia miliki satu-satunya didunia ini.
Daffin memegang dagu Sinta, dia memaksa Sinta untuk melihat wajahnya saat ini.
Sinta menatap wajah Daffin dari dekat dan detak jantungnya berdetak dengan cepat, dia merasa gugup dan bukan karena dia takut Daffin marah, tapi Sinta tidak tahan dengan pesona suaminya sendiri, dia ingin menciumnya sekali lagi.
Namun Sinta masih harus menahan dirinya, dia masih takut jika Daffin marah lagi padanya.
Daffin menatap kedalam mata Sinta dan bertanya "sayang, kamu tidak percaya dengan cintaku?"
Sinta menggelengkan kepalanya dan menjawab "aku percaya jika kamu mencintai aku, aku juga mencintai kamu sayang!" jawab Sinta dan dia pun mengulurkan tangannya dan mengusapnya dengan lembut.
Daffin meraih tangan Sinta dan mencium punggung lengannya.
"jika kamu percaya aku, kenapa kamu masih berpikiran ragu, kenapa? apa karena aku pria kaya dan kamu berasal dari orang miskin, sehingga kamu berpikir jika aku tidak boleh menikah dan memilki istri dari kalangan biasa seperti kamu, sayang!" ucap Daffin dengan nada sedih.
"sayang, aku? aku lah yang tidak layak untuk kamu, aku mencintai kamu tapi aku juga sadar siapa aku, jadi aku ...," sebelum Sinta menyelesaikan ucapannya, Daffin sudah menutup bibirnya dengan bibirnya.
"uuhhmm ...," Sinta terkejut karena Daffin melakukannya secara tiba-tiba.
ciuman itu sangat lembut membuat Sinta tidak ingin melepaskannya.
setelah menghabiskan waktu cukup lama, Daffin pun melepaskannya.
"sayang, jangan katakan itu lagi, aku tidak mau mendengarnya lagi, kamu istriku kamu cucu menantu dari keluarga Narendra, jadi! aku tidak mau mendengar apapun tentang itu, kamu harus dengar, aku sangat mencintai kamu dan tidak ada satu pun yang bisa memisahkan kamu dari aku, jika ada yang berani mengambil kamu dari aku, aku tidak akan segan-segan lagi, untuk membunuh orang itu!" ucap Daffin dan dia memeluk Sinta dengan erat lalu meneruskan ucapannya,
"jadi aku mohon jangan merendahkan diri kamu lagi, aku tidak suka mendengarnya, lebih baik kamu fokus mencintai aku saja jangan memikirkan hal yang lain, mengerti!" ucap Daffin, dia memeluk Sinta dengan erat.
Sinta mengangguk dan membalas pelukannya dengan erat pula.
"sayang, aku percaya kamu, mulai saat ini aku hanya akan fokus mencintai kamu saja, aku tidak akan memikirkan siapapun lagi, hanya kamu yang akan pikirkan. hhmmm ... aku minta maaf, karena tadi aku pergi dari rumah ya!" ucap Sinta, ada masalah satu lagi yang belum selesai.
dia takut jika Daffin marah padanya.
Daffin melepaskan pelukannya dan melihat wajah Sinta dan menyentuh pipinya.
"tidak perlu minta maaf, kamu melakukannya karena ingin menolong teman kamu kan sayang? aku tahu jika kamu sebenarnya enggan pergi tapi kamu melakukannya dengan terpaksa. aku minta maaf tadi ponselnya aku matikan karena sedang meeting jadi aku tidak segera membalasnya, disini aku juga ikut bersalah, sayang." ucap Daffin sambil mengecup kening Sinta, dia tersenyum lembut dan meneruskan ucapannya "jadi, apakah kamu mau memaafkan aku?"
Sinta tersenyum dan mengangguk, dia mana mungkin marah pada Daffin.
"sayang, kamu tidak perlu minta maaf, aku tidak menganggap jika kamu yang salah, hehehe ...," jawab Sinta dan dia memeluk Daffin.
"sayang, besok kan hari Minggu, selama kita menikah kamu belum pernah mengajak aku jalan-jalan atau berkencan. huummm ... bolehkah aku meminta itu? aku ingin pergi bersama kamu," ucap Sinta dengan suara manja.
Daffin merasa sangat senang, karena Sinta sudah menunjukkan keinginannya dan berani mengatakannya secara langsung tanpa memendamnya lagi, didalam hatinya.
"tentu saja sayang, kamu mau kemana? permintaan kamu adalah kewajiban untuk aku," ucap Daffin, dia tersenyum bahagia.
"hehehehe, ke pantai sayang atau ke pegunungan, ya yang sejuk dan jauh dari keramaian saja, pokoknya aku ingin bersama kamu sayang," ucap Sinta, dia melihat kearah Daffin dan mencium pipinya.
Daffin tertawa senang karena Sinta benar-benar bisa mencintainya, mempercayainya dan memberikan hatinya kepada dirinya.
malam semakin larut, acara itu pun ternyata sudah selesai, Daffin dan Sinta yang masih didalam mobil terkejut saat mereka hendak pergi dari tempat itu, melihat ada pria tampan yang sedang menelpon disamping mobilnya.
Sinta mengingat wajah pria tampan itu, dia bertemu di pesta itu.
dalam panggilan telpon itu, Daffin yang adalah jenderal dari tentara khusus di Rusia memiliki pendengaran yang tajam dan insting yang kuat, dia mendengar pria itu sedang menelpon seseorang dan menyebutkan nama Sinta.
Daffin terkejut dan melihat kearah Sinta yang sedang berada dalam pelukannya.
Sinta tersenyum dan bertanya "ada apa sayang?"
"kamu mengenal pria yang diluar tidak?" tanya Daffin.
Sinta mengangkat wajahnya dan berusaha melihat pria yang berada diluar mobilnya.
Sinta menggelengkan kepalanya dan menjawab "tidak! tapi saat di pesta tadi dia memanggil aku dan mengatakan jika dia mengenal aku, tapi dia memperkenalkan dirinya siapa ya namanya, aku kok bisa lupa ya?!" Sinta memegang dahinya dan berusaha mengingatnya.
"ahhh, iya! namanya Benard, iya itu namanya sayang!"
Daffin mengerenyitkan dahinya, dia pun berkata "kamu yakin tidak mengenalnya, sayang?"
"iya, aku benar-benar tidak mengenalnya, aku saja terkejut tadi saat dia memanggil nama aku." jawab Sinta, dia terus menganggukkan kepalanya berkali-kali. dia benar-benar tidak mengenalnya sama sekali.
Daffin mendengar jika orang diluar itu mengatakan jika dia sedang mencari informasi tentang Sinta dan harus mendapatkan semuanya tentang dia.
setelah mengakhiri panggilan telepon itu, Benard menyeringai dan dia pun masuk ke dalam mobilnya.
menyalakan mesin mobilnya dan mobil itu pun pergi meninggalkan mobil Daffin dan dia tidak mengetahui jika Sinta dan Daffin ada disana.
Daffin merasa sangat penasaran dengan pria ini.
Daffin merasa pria itu akan menjadi salah satu saingan cintanya lagi setelah Jeffery.
Sinta merasakan hawa yang tidak enak dan raut wajah Daffin terlihat sangat mengkhawatirkan.
"sayang, ada apa?" tanya Sinta, dia menatap Daffin dengan tatapan yang dalam.
"oh, tidak apa-apa, pria tadi sepertinya akan menjadi pengganggu kita, tapi kamu tenang saja sayang, aku akan menjauhkan dia dari kamu."
Sinta semakin tidak mengerti dan bertanya "memangnya ada apa sayang? dia apa hubungannya dengan aku?" tanya Sinta dengan heran.
"tadi dia menyuruh seseorang untuk mencari tahu semua tentang kamu, aku akan menutupi semuanya agar dia tidak menemui kamu lagi, sudahlah! ayo kita pulang, aku ingin tidur sambil memeluk kamu sayang!" ucap Daffin, dia bangun dan pindah ke kursi depan, Sinta menyusul dari belakang dan duduk disebelah Daffin.
dia kembali memeluk Daffin dan seolah-olah jika Sinta tidak ingin lepas dari Daffin.
Daffin tertawa karena inilah yang dia inginkan, istri yang mencintainya, manja dan hanya fokus untuk memikirkan dirinya dan tidak ada yang lainnya.
mobil Daffin pun mulai bergerak dan melaju menuju rumah mereka. surga cinta yang akan memberikan banyak kebahagiaan yang akan mereka ciptakan bersama didalam rumah itu.