My Husband from My First Love

Misi pembebasan (3)



Misi pembebasan (3)

2Mobil Daffin berhenti tepat didepan pintu masuk perusahaannya.     

Daffin pun turun dan berjalan masuk kedalam gedung perusahaannya.     

Karena hari sudah memasuki waktu sore hari. Banyak karyawan dari perusahaannya sudah mulai bersiap-siap untuk memasuki jam waktu pulang kerja.     

Daffin berjalan lurus dan dia masuk ke dalam lift khusus presiden Direktur yang tentunya.     

Saat Daffin hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.     

Daffin menoleh dan melihat jika itu adalah sahabat terdekatnya yaitu Nick.     

"Kamu! Kenapa kamu ada disini?" Tanya Daffin, dia menatap Nick dengan tatapan anehnya.     

Nick terlihat sangat kelelahan, wajahnya basah oleh keringat dan nafasnya tersengal - sengal.     

Nick mencoba menghirup nafas dalam-dalam agar dia bisa menstabilkan nafasnya secara perlahan.     

Daffin mengerenyitkan dahinya dan terus menatap Nick yang masih saja sibuk dengan dirinya.     

"Hei, kamu kenapa? Kalau kamu tidak mau bicara, aku mau pergi sekarang juga," ucap Daffin. Dia merasa sangat kesal dan dia langsung membalikkan badannya. Daffin hendak masuk ke dalam lift namun tangannya diraih oleh Nick.     

"Tunggu Daff, aku ikut dengan kamu," ucap Nick dan dia pun menarik tangan Daffin untuk masuk ke dalam lift.     

Mereka berdua pun saling diam tanpa bicara saat berada didalam dan Daffin melirik kearah Nick yang dalam keadaan kacau dan tidak terlihat biasa saja.     

Ding …     

Pintu lift pun terbuka.     

Keduanya masuk ke dalam ruangan Daffin dan saat Daffin masuk. Ada Arya yang sudah menunggunya bersama Marco. Mereka sedang sibuk mengerjakan pekerjaan yang belum mereka selesaikan.     

Saat melihat Daffin, keduanya bangun dan memberi hormat kepadanya.     

"Bos, anda sudah datang," ucap Marco, dia bangun dan mempersilahkan Daffin untuk duduk di tempat dia duduki saat ini.     

Daffin pun mengangguk dan dia pun segera duduk disana.     

Nick mengikutinya dan dia duduk tepat disebelah Daffin.     

Marco mengerenyitkan dahinya, dia merasa tidak nyaman setiap ada Nick disekitarnya saat ini.     

Arya hanya melihat kearah Nick dan Daffin, tersenyum ramah dan tidak memiliki pikiran aneh seperti Marco saat ini.     

"Bos, saya baru saja mengerjakan ini, errr … bisakah anda memeriksanya? Saya takut ada yang salah dari pekerjaan pertama saya ini," ucap Arya. Dia menyerahkan berkas yang dia kerjakan kepada Daffin.     

Daffin meraihnya dan dia membaca semuanya. Tidak lama kemudian Daffin tersenyum puas dan dia kembali melihat kearah Arya.     

"Bagus, kerja kamu memang sangat bagus! Arya kamu memang sangat hebat, saya bangga pada kamu. Ini hari pertama kamu bekerja disini tapi kamu langsung bisa mengerjakannya," ucap Daffin. Dia memuji Arya dan Arya hanya tersenyum malu.     

"Bos, semua berkat ajaran kak Marco, kalau tidak ada dia, mana mungkin saya bisa mengerjakan semua itu," ucap Arya. Dia menatap kearah Marco sambil tersenyum. Marco merasa malu saat mendengar pujian yang Arya berikan padanya, apalagi dia memujinya tepat didepan Daffin saat ini.     

Daffin mengangguk dan dia melihat kearah Marco dan bergantian kearah Arya.     

"Bagus! Hasil kerja kalian memang sangat bagus, tidak sia-sia saya memiliki asisten seperti kamu Marco dan juga kamu Arya," ucap Daffin, dia terus memuji keduanya sehingga keduanya semakin merasa bahagia karena bisa membuat bosnya merasa bangga kepadanya.     

Nick masih saja murung. Dia hanya bisa tersenyum lemah dan tatapannya kini menjadi kosong.     

Nick yang ceria dan selalu bercanda dengannya kini tidak ada. Hanya ada Nick yang tiba-tiba berubah jadi pendiam dan sangat berantakan.     

Daffin melihat kearah Nick dan bertanya, "Hei kamu, ada apa? Kenapa kamu seperti itu? Sedang ada masalah kah?" Tanya Daffin sambil mengerenyitkan dahinya. Dia merasa penasaran dengan sikap Nick yang tiba-tiba berubah dan tidak terlihat seperti biasanya.     

Nick menatap kearah Daffin dan hanya bisa mendesah pelan.     

"Nanti aku akan menceritakan semuanya, lebih baik kamu fokus dengan rencana malam ini saja Daff dan aku ingin sekali ikut dengan kamu," ucap Nick. Matanya sayu dan terlihat ada masalah yang berat yang dia tanggung sendirian.     

Daffin tidak bisa memaksa Nick untuk menceritakan semuanya saat ini dan Daffin akan menunggu dengan sabar sampai Nick mau bercerita kepadanya.     

Setelah pembicaraan itu. Daffin mengerjakan seluruh pekerjaannya hingga selesai.     

Arya dan Marco juga sibuk mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.     

Sedangkan Nick.     

Dia hanya duduk di sofa sambil menyesap minuman dingin yang ada didepannya. Sesekali dia terlihat menyedihkan dan sesekali juga, dia terlihat frustasi dan putus asa.     

Daffin melirik kearah Nick dan dia hanya menghela nafas pendek. Daffin mengerti tentang Nick karena mereka telah bersama dalam waktu yang lama.     

Jadi Daffin mengerti apa yang Nick rasakan saat ini.     

Waktu pun terus berlalu dan hari sudah mulai gelap.     

Daffin selesai dengan pekerjaannya dan dia pun bangun dari tempat duduknya.     

Daffin melihat kearah jam dinding dan disana sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit.     

"Baiklah, sepertinya misi kita sudah bisa di mulai. Ayo Arya, kita persiapkan diri kita," ucap Daffin. Dia berjalan dan membuka lemari rahasia yang ada dibalik rak bukunya.     

Dia membuka kuncinya dengan sandi yang cukup rumit dan setelah menekan sandinya, pintu lemari itu pun terbuka.     

Marco, Arya bahkan Nick merasa sangat terkejut saat melihat isi lemari itu.     

Bahkan Nick yang tadi terlihat putus asa langsung bangun dan terlihat sangat bersemangat.     

"Daff, sejak kapan kamu menyimpan benda semacam itu? Kalau kamu ketahuan pemerintah, kamu bisa ditangkap polisi dan lebih buruknya lagi adalah. Kamu akan masuk ke dalam penjara," ucap Nick, dia berjalan mendekati lemari dan melihat banyak senjata dan ada beberapa jenis serta model berbeda.     

Daffin tertawa dan melihat kearah Nick.     

"Tidak akan ada yang bisa menangkap aku. Apakah kamu lupa Nick. Siapa aku sebenarnya, hhhmm?" Ucap Daffin sambil tertawa kearah Nick.     

Nick ikut tertawa dan dia tahu semuanya tentang sahabatnya ini.     

Daffin mengambil tiga buah pistol berukuran kecil dan memberikannya kepada Nick dan juga Arya.     

Daffin menyerahkan pistol itu kepada Nick dan setelah itu dia memberikannya kepada Arya sambil menatap kearahnya.     

"Ambillah ini. Kamu bisa menggunakannya kan? Atau kalau kamu tidak bisa menggunakannya, kamu tidak perlu memakainya," ucap Daffin sambil menyerahkan pistol itu kepada Arya.     

Arya tertawa dan dia melihat pistol yang ada ditangannya saat ini.     

"Ini benda yang sangat bagus, aku belum pernah menyentuhnya tapi sepertinya aku bisa menggunakannya. Hehehe … bos! Anda sangat keren, bisa memiliki benda semacam ini. Padahal di negara ini sangat sulit untuk memiliki benda semacam ini," ucap Arya, dia tertawa karena bisa menjadi salah satu orang kepercayaan dari pria hebat semacam Daffin.     

Daffin tertawa dan menepuk bahu Arya yang saat ini berada tepat didepannya.     

"Bagus! Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang juga. Waktu kita tidak banyak lagi," ucap Daffin. Dia pun melepaskan tangannya dan berjalan terlebih dahulu dan yang lainnya mengikutinya dari belakang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.