Legenda Futian

Pembantaian



Pembantaian

2Jika mereka membuka segelnya, Ye Futian bisa meninggalkan tempat ini kapan saja, dan keenam Klan Dewa Kuno tidak akan bisa menahan pergerakannya.     

Namun, jika mereka menolak untuk membuka segel tersebut, nyawa para kultivator yang bersedia melaksanakan perintah pembunuhan untuk menghancurkan Pecahan Ziwei dan memburu Ye Futian akan berada di dalam genggamannya.     

Ye Futian kini telah menempatkan enam Klan Dewa Kuno itu dalam situasi yang menyulitkan.     

Bagaimana sebaiknya mereka menangani masalah ini?     

Tidak ada satu pun dari keenam kultivator kuat itu yang menarik kembali area Jalur Agung mereka maupun segel yang mereka tempatkan di Kota Haotian.     

Mereka semua tidak ingin membiarkan Ye Futian pergi begitu saja.     

Anggota inti dari keenam Klan Dewa Kuno tampak membantu mereka sekarang. Mereka tidak akan menghadapi bahaya apa pun. Orang-orang yang dihadapkan dengan risiko besar sekarang adalah para kultivator dari Prefektur Ilahi dan sosok-sosok yang tidak penting itu. Bagaimana mungkin nyawa mereka bisa lebih berharga daripada nyawa Ye Futian?     

Ada terlalu banyak orang yang berkumpul di Kota Haotian hari ini. Orang-orang ini semuanya berkumpul di sini karena undangan dari Klan Haotian, dan dampak yang ditimbulkan akibat kehilangan mereka akan menjadi terlalu besar. Kalau tidak, jika mereka hanyalah sekelompok orang yang tak dikenal, keenam Klan Dewa Kuno tidak perlu mempertimbangkan dampaknya sama sekali. Jika mereka bisa mengorbankan nyawa orang-orang ini dengan imbalan kematian Ye Futian, mereka tidak akan ragu-ragu untuk menggunakan cara tersebut!     

Melihat bahwa enam Klan Dewa Kuno itu tidak tergerak, ekspresi mengejek terlintas di mata Ye Futian. Para kultivator ini sebelumnya menyatakan bahwa mereka menjunjung tinggi kebenaran dan menuduhnya membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Kemunafikan mereka sungguh menggelikan. Dia hanya perlu melakukan sebuah tes sederhana untuk mengungkap sifat asli mereka.     

Ye Futian mengulurkan tangannya, dan sebuah tombak perak muncul dalam genggamannya. Itu adalah Senjata Sub-divine yang dia menangkan ketika dia berada di 13th Flight di Kota Tianyan. Dia mengangkat lengannya dan mengarahkan tombak itu kepada para kultivator dari Klan Haotian. Suaranya sedingin es saat dia berkata, "Klan Haotian telah mengumpulkan para kultivator dari Prefektur Ilahi di sini, dan para kultivator itu menanggapi panggilan kalian. Namun, seperti inikah cara kalian dalam memperlakukan mereka?"     

Penolakan Klan Haotian untuk membuka segel di kota ini menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak peduli dengan nyawa para kultivator yang menanggapi panggilan dari mereka.     

"Jika kalian tetap tidak berniat membuka segel ini, maka aku akan mulai melakukan pembantaian," ancam Ye Futian saat dia mengacungkan tombaknya ke depan. Dalam sekejap, seberkas cahaya penghancur bersinar di sana. Seolah-olah dia akan menyerang pasukan lawan pada detik berikutnya.     

Dengan kemampuan menakjubkan yang dimiliki oleh Ye Futian, berapa banyak kultivator di kota kuno ini yang mampu menerima satu serangan darinya?     

Para kultivator itu setidaknya harus sudah mengalami Ujian Para Dewa agar bisa selamat dari serangan yang dilancarkan oleh Ye Futian. Tidak ada satu orang pun yang kultivasinya di bawah Tribulation Plane yang bisa selamat dari serangannya. Mereka pasti akan mati.     

Bahkan para kultivator yang telah melewati Ujian Para Dewa tahap pertama juga menghadapi risiko yang sama.     

Menurut sepengetahuan mereka, Wang Xiao—sosok yang dianggap tak tertandingi sekaligus penerus dari Kota Tianyan—bahkan tidak mampu menerima satu serangan dari Ye Futian.     

Melihat bahwa pihak lawan tidak berniat untuk menanggapi ucapannya, Ye Futian mendengus, dan tubuhnya menghilang dari tempatnya. Dalam sekejap, dia muncul di area lain. Kerumunan kultivator hanya bisa melihat seberkas cahaya yang melintas sebelum tombaknya diayunkan di udara. Pada saat itu juga, aura tombak yang dihasilkan menusuk semua kultivator di area itu. Tubuh mereka hancur, dan mereka tewas secara tragis di tempat masing-masing.     

Para kultivator ini adalah orang-orang yang ikut menanggapi perintah pembunuhan sebelumnya.     

Setelah membunuh mereka semua, Ye Futian kembali ke atas langit dan berdiri di tempatnya semula. Dia mengacungkan tombak di tangannya ke arah enam sosok terkemuka di hadapannya dan bertanya, "Kalian masih belum berniat membuka segelnya?"     

Keenam sosok terkemuka itu masih tidak memberikan tanggapan. Tampaknya mereka sedang berdiskusi secara telepati, membahas mengenai langkah yang harus mereka ambil selanjutnya.     

Namun, mereka tidak dapat menemukan solusi yang tepat. Mereka tidak bisa membuka segel itu begitu saja. Jika mereka melakukannya, mereka akan kehilangan kesempatan untuk membunuh Ye Futian. Namun, jika mereka tidak membuka segelnya, maka situasi di Kota Haotian akan tetap berada di luar kendali mereka. Mereka hanya bisa menyaksikan Ye Futian membantai orang-orang yang ada di sini, dan mereka tidak akan bisa menyelamatkan siapa pun.     

Sosok Ye Futian kembali menghilang dan muncul di lokasi lain. Sama seperti sebelumnya, dengan satu ayunan tombaknya, semua kultivator di area itu tewas seketika. Dia benar-benar menepati kata-katanya. Dia mengingat semua kultivator di Kota Haotian yang mengaku ingin menghancurkan Pecahan Ziwei dan membunuhnya.     

Wajah mereka semua sudah terukir di dalam ingatannya.     

Kota Haotian City menjadi sunyi senyap saat Ye Futian membuktikan ancamannya ini.     

Dia akan menghentikan upaya pembunuhan dengan cara membunuh!     

Hari ini, enam Klan Dewa Kuno telah meresmikan perintah pembunuhan di Kota Haotian. Namun, Ye Futian juga datang kemari dengan membawa sebuah tombak dan melakukan pembantaian. Siapa pun yang telah menanggapi perintah pembunuhan itu akan dibunuh olehnya!     

"Senior, tolong bukakan segel ini dan izinkan kami pergi dari sini," seseorang berteriak dari dalam Kota Haotian, memohon kepada enam kultivator dari Klan Dewa Kuno tersebut.     

"Senior, tolong bukakan segel ini," kultivator lainnya ikut memohon.     

Banyak orang mulai melakukan hal yang sama. Tidak lama kemudian, ada begitu banyak kultivator di Kota Haotian yang memohon kepada enam Klan Dewa Kuno agar membukakan segel ini.     

Orang-orang yang angkat bicara ini tentu saja merupakan para kultivator yang ikut menanggapi perintah pembunuhan sebelumnya.     

Dan sekarang, mereka menyesali tindakan tersebut.     

Bahkan di dalam mimpi mereka, mereka tidak pernah membayangkan bahwa Ye Futian akan berani memulai pembantaian hanya dengan sebuah tombak tepat di hadapan enam Klan Dewa Kuno dan tidak ada yang bisa menghentikannya.     

Sekarang, nyawa mereka berada dalam bahaya. Jika mereka sejak awal mengetahui bahwa situasinya akan menjadi seperti ini, maka mereka tidak akan menanggapi perintah pembunuhan itu, yang sama saja menggali lubang kubur mereka sendiri.     

"Agar bisa melarikan diri, kau rela membantai orang-orang yang tidak bersalah. Apakah kau sedang menyandera kami dengan memanfaatkan nyawa para kultivator dari Prefektur Ilahi?" ujar Pemimpin Klan Haotian sambil memandang Ye Futian dengan tatapan dingin di matanya. Sepertinya dia tidak berniat untuk membuka segel dan membiarkan Ye Futian melarikan diri.     

Pada kenyataannya, di antara enam Klan Dewa Kuno, Klan Haotian menghadapi tekanan terbesar. Bagaimanapun juga, ini adalah wilayah kekuasaan mereka, dan Pemimpin Klan Haotian adalah orang yang telah mengundang semua kultivator dari Prefektur Ilahi untuk datang kemari.     

Selain itu, Kota Haotian pada dasarnya berada di bawah kendali Klan Haotian. Banyak cabang industri di dalam kota ini adalah milik mereka. Ada banyak pula kultivator kuat yang berasal dari pasukan bawahan mereka.     

Oleh sebab itulah, Klan Haotian memikul tanggung jawab terbesar di sini.     

Beberapa saat yang lalu, ketika mereka saling berkomunikasi secara telepati, lima Klan Dewa Kuno lainnya sepakat untuk menentang dibukanya segel ini. Bahkan jika dia ingin membuka segelnya, hal itu tidak akan ada gunanya. Selama lima Klan Dewa Kuno lainnya tidak setuju untuk melakukannya, maka hasil akhirnya akan tetap sama.     

Saat ini, dia hanya bisa memutarbalikkan fakta. Dia tahu bahwa kata-katanya terdengar konyol, namun nada bicaranya sangatlah tegas dan serius.     

Seolah-olah semua kesalahan dibebankan pada Ye Futian. Bahkan jika mereka tidak membuka segel ini untuk membiarkan Ye Futian keluar dan mengakibatkan para kultivator lainnya tewas terbunuh, semua ini adalah kesalahan Ye Futian dan tidak ada hubungannya dengan dirinya.     

Sekarang, dia hanya bisa mempertahankan pendapatnya ini.     

Pemimpin Kota Tianyan menyeringai dalam hati. Tentu saja, dia juga menentang dibukanya segel ini. Dia hanya ingin melihat Ye Futian mati. Adapun nyawa para kultivator di Kota Haotian, kenapa dia harus memedulikan mereka?     

Kota Tianyan bukanlah pasukan yang mengundang mereka semua kemari. Itu adalah Klan Haotian!     

Menetapkan perintah pembunuhan juga merupakan ide dari Klan Haotian. Ini juga yang menjadi alasan kenapa Pemimpin Kota Tianyan tidak mengambil tindakan dan lebih memilih untuk menunggu dengan sabar.     

Ketika Ye Futian mendengar kata-kata konyol yang diucapkan oleh Pemimpin Klan Haotian, dia tidak memberikan tanggapan. Sosoknya kembali menghilang. Kali ini, dia muncul di lokasi lain di Kota Haotian. Kilatan cahaya yang mengerikan terus menerus bersinar dari tombaknya saat dia membantai orang-orang di sekelilingnya. Setiap kilatan cahaya itu muncul secara acak.     

Banyak kultivator binasa satu per satu. Tidak ada seorang pun yang mampu menerima satu serangan dari tombak Ye Futian. Dimana pun tombak itu melintas, para kultivator akan tewas seketika dan binasa di Kota Haotian.     

Saat jumlah korban tewas terus bertambah, enam Klan Dewa Kuno itu tetap tidak melakukan apa pun. Kepanikan mulai melanda Kota Haotian. Orang-orang yang menanggapi perintah pembunuhan itu bisa merasakan ajal yang telah menanti mereka.     

Tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahui apakah mereka yang akan menjadi korban tewas selanjutnya.     

Ye Futian masih melayang di udara. Saat ini, dia tampak seperti dewa kematian yang mengenakan jubah berwarna putih. Tombak perak yang ada di tangannya itu meneteskan darah segar. Sedangkan di bawah tempat Ye Futian berdiri, tubuh semua orang merinding tak terkendali saat tatapan mata mereka dipenuhi oleh ketakutan.     

Beberapa saat yang lalu, mereka juga menanggapi perintah pembunuhan tersebut.     

Saat ini, Ye Futian berada di atas mereka. Apakah itu berarti mereka akan menjadi target selanjutnya?      

Jika Ye Futian melancarkan serangan, mereka pasti akan mati.     

"Kami datang kemari hanya untuk ikut bersenang-senang. Kami tidak berniat menanggapi perintah pembunuhan itu. Renhuang Ye, kami mohon ampun!" ujar banyak orang sambil menundukkan kepala. Mereka membungkuk hormat ke arah Ye Futian di atas langit, berharap agar Ye Futian bersedia mengampuni nyawa mereka.     

Mereka semua sangat ketakutan.     

*Whoosh* Sosok Ye Futian menghilang dalam sekejap. Ketika sosoknya muncul kembali, banyak orang langsung memandang ke bawah. Mereka mendapati bahwa para kultivator yang sebelumnya memohon ampun pada Ye Futian kini telah tewas terbunuh.     

Mereka semua tewas seketika!     

Ye Futian sama sekali tidak memberi mereka kesempatan untuk bertahan hidup.     

Apa gunanya memohon ampun dan mengakui kesalahan mereka sekarang? Bukankah semua orang akan melakukan kejahatan dan bertindak semena-mena apabila kesalahan mereka dapat diselesaikan dengan mudah?     

Demi keuntungan pribadi, orang-orang ini bersedia untuk menghancurkan Pecahan Ziwei dan membunuh Ye Futian. Sekarang, saat nyawa mereka berada dalam bahaya, tiba-tiba mereka tidak ingin menanggapi perintah pembunuhan itu?     

Hari ini, dia akan membunuh para kultivator dari Prefektur Ilahi sebanyak mungkin agar dia bisa menanamkan rasa takut di dalam benak semua orang.     

"Senior, apakah kalian benar-benar hanya akan menonton dan tidak melakukan apa-apa?" seseorang bertanya dengan tatapan mata penuh amarah. Tidak hanya dia, kerumunan kultivator kini menatap tajam ke arah para kultivator dari enam Klan Dewa Kuno. Keenam kultivator kuat itu ikut menyaksikan Ye Futian membunuh para kultivator lainnya, namun mereka tidak melakukan apa pun untuk memberikan bantuan.     

Para kultivator dari enam Klan Dewa Kuno itu menyaksikan kultivator lain tewas terbunuh satu per satu. Sampai saat ini, mereka masih memikirkan apa tindakan selanjutnya. Mereka hanya bisa menyaksikan pembantaian ini terjadi di depan mata mereka.     

Semakin banyak suara yang bergema di udara, memaksa enam Klan Dewa Kuno itu untuk membuka segel ini.     

Pemimpin Klan Haotian akhirnya mengumumkan dengan nada dingin, "Perintah Pembunuhan telah dikeluarkan dan berlaku secara resmi. Karena Ye Futian sudah datang kemari hari ini, ketentuan yang diuraikan dalam perintah pembunuhan berlaku bagi siapa pun yang dapat membunuhnya. Kondisi yang sama berlaku bagi siapa pun yang dapat membunuh para kultivator dari Pecahan Ziwei."     

Dia kembali mengumumkan bahwa perintah pembunuhan telah ditetapkan secara resmi.     

Tidak peduli apa pun yang terjadi hari ini, hal itu tidak akan memengaruhi berlakunya perintah pembunuhan. Tentu saja, Ye Futian harus bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini terlebih dahulu.     

Kali ini, mereka akan memastikan bahwa Ye Futian tidak bisa pergi hidup-hidup dari sini. Selama Ye Futian tewas di tangan mereka, maka segala sesuatunya akan berakhir.     

"Kalian memang Klan Dewa Kuno, pasukan yang sangat bermartabat dan tangguh dari Prefektur Ilahi," Ye Futian mengejek dengan suara keras. Suaranya bergema ke seluruh tempat. Dengan satu perintah dari dalam pikirannya, puluhan ribu tangan tiba-tiba muncul di belakang tubuhnya. Setiap tangan itu mengandung aura pedang yang mengerikan di dalamnya.     

Dalam sekejap, sebuah aura penghancur yang dipenuhi oleh keinginan membunuh di dalamnya telah menyelimuti seluruh penjuru kota kuno ini.     

'Apa yang sedang dia rencanakan' para kultivator bertanya-tanya sambil memandang Ye Futian dengan takjub. Mereka yang menanggapi perintah pembunuhan sebelumnya masih merinding ketakutan. Apakah Ye Futian akan memulai pembantaian secara besar-besaran?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.