Kau Harus Kuapakan?
Kau Harus Kuapakan?
Ye Futian dan dua rekannya telah tiba di titik ini dari Dunia Bawah, tetapi mereka mungkin akan menemui akhir yang tragis.
Saat melihat Ye Futian terdorong ke belakang, tentu saja Pei Qianying tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Aura Pedang yang tak terhitung jumlahnya melesat dari atas langit dan dia terus bergerak ke depan. Di atas panggung pertempuran, bilah-bilah pedang bayangan bermunculan dengan diselimuti oleh cahaya mistis di sekitar mereka.
"Serang!" Pei Qianying menunjuk ke arah Ye Futian dan dalam sekejap, puluhan ribu bilah-bilah pedang bayangan menebas ke arah Ye Futian. Dia tidak mungkin bisa menangkis semua pedang tersebut.
Cahaya bintang bersinar di sekitar Ye Futian dan terus melindunginya. Dia sudah berulang kali terdorong ke belakang, dan rentetan suara gemuruh bisa terdengar saat bilah-bilah pedang itu terus menebas ke arahnya, yang pada akhirnya mampu menembus cahaya bintang yang melindungi tubuhnya dan mencabik-cabiknya.
Dia terus menerus ditekan. Ada banyak kultivator di Lapisan Langit Kesembilan yang menyaksikan pertempuran itu, dan mereka semua tampak terkejut saat mereka melihat pemandangan tersebut. Putra dari Saint Jueying sekaligus murid dari Istana Pedang Lihen, Pei Qianying, bukanlah seseorang yang bisa dikalahkan oleh seorang kultivator dari Dunia Bawah, meskipun Ye Futian menyatakan bahwa dia adalah sosok yang tak tertandingi di Dunia Bawah.
Apakah perbedaan antara Lapisan Langit Kedelapan dan Kesembilan benar-benar sebesar itu?
Pada saat itu, Li Qingyun yang sedang menyaksikan pertempuran di Lapisan Langit Kesembilan mengerutkan keningnya. Dia telah melihat bagaimana Ye Futian bertempur hingga akhirnya mencapai Lapisan Langit Kesembilan dan dia telah merasakan seperti apa kekuatan Ye Futian secara langsung. Sudah jelas dia tidak selemah itu. Meskipun panggung pertempuran ini memiliki sebuah matriks yang menyembunyikan aura mereka berdua dan mereka hanya bisa melihat tetapi tidak bisa merasakan aura keduanya, tetap saja dia merasa ada sesuatu yang aneh.
Di atas panggung pertempuran, cahaya bintang bersinar dan berkumpul di sekitar Ye Futian. Qi Pedang yang tak terhitung jumlahnya menebas ke arahnya. Pei Qianying berdiri di atas Ye Futian, sambil menatap ke arah lawannya. Pedang di tangannya bergerak saat puluhan ribu Aura Pedang menebas di daerah sekitarnya, menghantam cahaya bintang dan terus menerus menghancurkannya.
Saat menyaksikan cahaya bintang itu terus menerus meledak dan Ye Futian yang tampak kewalahan, Pei Qianying berjalan melintasi udara dan berkata dengan nada sombong, "Ternyata kau jauh lebih lemah dari yang kubayangkan. Mari kita akhiri pertempuran ini." Saat dia selesai berbicara, seberkas cahaya yang menyilaukan melesat dari belakang Pei Qianying dan muncul sebilah pedang. Seperti sebuah bayangan, bilah pedang itu mampu menembus ruang hampa dan melewati celah-celah yang ada. Pedang itu telah mengumpulkan semua Aura Pedang di area tersebut dan dikerahkan menuju kepala Ye Futian, sambil mengeluarkan puluhan ribu bayangan pedang.
Sebuah gelombang dari kekuatan penghancur terpancar dan menghancurkan semua kekuatan yang berasal dari Aura Spiritualnya. Bilah-bilah pedang itu saling berdentangan satu sama lain saat semua pedang itu melayang di atas kepala Ye Futian dan menciptakan sebuah pemandangan yang menakjubkan untuk dilihat.
"Turun." Saat Pei Qianying selesai berbicara, dia menatap ke arah Ye Futian dengan ekspresi mengejek. Seolah-olah dia sedang melihat orang yang sudah mati.
Para penonton hanya bisa melihat seberkas cahaya yang melesat dari atas langit seperti kilatan petir. Seluruh panggung pertempuran dipenuhi dengan pedang cahaya dan banyak orang tidak tega untuk menyaksikan pemandangan tersebut.
Bagaimana cara Ye Futian untuk bisa menangkis serangan ini?
Cahaya yang menyilaukan bersinar saat bilah-bilah pedang cahaya itu menembus cahaya bintang, menyebabkan area dimana Ye Futian berada disinari oleh cahaya. Mungkin tidak lama lagi, dia akan menghilang untuk selama-lamanya.
Banyak orang memiliki pemikiran yang sama. Namun, Sword Saint, Zhuge Mingyue, Hua Jieyu, dan orang-orang dari Negeri Barren lainnya menyaksikan pertempuan itu dengan tenang. Terlihat kepercayaan diri yang luar biasa di dalam ekspresi mereka.
Tidak ada orang lain yang mengetahui dan percaya pada kekuatan Ye Futian melebihi mereka.
Memangnya kenapa jika ini adalah Lapisan Langit Kesembilan dari Kuil Jiutian?
Bahkan jika ada Lapisan Langit Kesepuluh, Ye Futian akan menaklukkannya dengan mudah.
Cahaya yang menyilaukan terpancar di atas panggung pertempuran dan banyak orang yang berada di dalam Kuil Jiutian menatap dimana bilah-bilah pedang cahaya itu berada. Pei Qianying masih berdiri di atas langit dengan penuh percaya diri. Begitu pedangnya menyerang, orang yang mengaku sebagai sosok yang tak tertandingi di Sembilan Negara itu akan mati.
"Oh?" Pada saat itu, Pei Qianying mengangkat alisnya. Sepertinya dia telah menyadari sesuatu karena ekspresinya kini menjadi serius. Dengan satu perintah di dalam pikirannya, Qi Pedang bergejolak di atas langit, mencabik-cabik segalanya. Namun, sepertinya Roh Kehidupannya telah terperangkap.
Di balik serangan pedang cahaya itu, sosok Ye Futian perlahan-lahan mulai terlihat jelas. Dia masih berdiri di tempatnya dengan tenang, sambil mengangkat kepalanya ke udara. Di atas kepalanya, terdapat sebilah pedang, tetapi pada saat itu, pedang tersebut bergetar tak terkendali diikuti dengan suara pedang yang berdentangan.
Di sekitar pedang tersebut, cahaya bintang kembali bersinar dan area itu tampaknya telah membeku. Pedang tersebut telah terperangkap dalam Hukum Bintang.
"Apa yang sedang terjadi?" Banyak orang yang berada di dalam Kuil Jiutian menyaksikan pemandangan itu dan tampak tercengang. Mereka menatap ke arah tempat dimana Ye Futian berada, melihat dia sedang mengangkat tangannya. Pada saat itu, pedang bayangan yang tampak tak terkalahkan itu bergetar hebat, tidak dapat melepaskan diri dari kekuatan hukum yang mengekangnya.
Tampaknya pedang itu telah terperangkap.
Keinginan membunuh terpancar dari mata Pei Qianying. Dia melangkah ke depan dan menunjuk ke arah Ye Futian. Dalam sekejap, Aura Pedang membanjiri area itu dan menghancurkan Aura Spiritual yang ada di sana. Pedang bayangan yang telah terlepas dari kekuatan hukum kini melanjutkan serangannya.
Namun pada saat itu, sebuah ilusi bintang muncul di belakang Ye Futian, seolah-olah semua rasi bintang yang berada di atas langit kini mengelilinginya sementara cahaya dari bintang-bintang bersinar terang. Pedang dan sinar-sinar cahaya itu bertabrakan satu sama lain dan berusaha menghancurkan satu sama lain dalam waktu singkat, tetapi Aura Pedang itu pada akhirnya tidak mampu mencapai tubuh Ye Futian.
Pada saat itu, di atas deretan kursi terhormat, Saint Jueying menunjukkan ekspresi serius di wajahnya, begitu pula dengan Mo Li dan Feng Xiao.
Ye Futian telah menyembunyikan kekuatannya yang sebenarnya. Ditambah lagi, dia melakukan hal itu untuk memancing Pei Qianying agar dia mengeluarkan Roh Kehidupannya.
Kenapa dia melakukan hal tersebut?
Para kultivator di Lapisan Langit Kesembilan tampak terkejut. Mereka ingat bahwa penyebab terjadinya konflik antara Pei Qianying dan Ye Futian adalah karena Ye Wuchen.
Pei Qianying telah mengambil Roh Kehidupan milik Ye Wuchen.
Ketika mereka mengingat hal ini, hati banyak orang berdebar kencang.
Suara raungan yang memekakkan telinga terdengar saat seekor Kera Suci raksasa muncul di belakang Ye Futian. Kedua lengannya yang berukuran sangat besar dikerahkan menuju Roh Kehidupan milik Pei Qianying, mencengkeram seluruh area itu dalam genggamannya.
Roh Kehidupan milik Pei Qianying juga terperangkap dalam genggaman Kera Suci tersebut.
Pada saat itu, tubuh Ye Futian mulai melayang ke udara. Pergerakan Aura Pedang tak berbatas yang dikerahkan padanya kini tampak melambat dan tidak lama kemudian ditangkis oleh cahaya bintang. Seolah-olah menangkis serangan lawannya itu adalah sebuah tugas yang tidak penting bagi Ye Futian, benar-benar berbeda dari penampilannya sebelumnya.
Tidak lama kemudian, Ye Futian terbang ke atas hingga dia berdiri sejajar dengan Pei Qianying. Roh Kehidupannya kini dipegang oleh Kera Suci di sampingnya.
"Urusanku sudah selesai," ujar Ye Futian. Namun, kata-katanya itu jelas tidak ditujukan untuk Pei Qianying.
"Baiklah." Di medan pertempuran lainnya, Gu Dongliu merespon dengan menganggukkan kepalanya.
Pada saat itu, Qin Qi masih berdiri tegak di udara, sambil mengeluarkan Teknik Overbearing miliknya dan menghancurkan segalanya. Naga berdarah murni dan Pagoda Sembilan Lantai itu dikerahkan ke bawah, menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalan mereka. Selama ini dia terus bertahan, sama seperti Ye Futian, seolah-olah dia telah ditekan dan terpojok.
Pada saat itu, Roh Kehidupan milik Gu Dongliu terlihat semakin menyilaukan, seolah-olah cahaya suci telah dipancarkan untuk menyelimuti area tersebut. Sembilan dewa perang berdiri di sembilan arah utama, tetapi pada saat itu, mereka telah bergabung menjadi satu kesatuan dan muncul di belakang Gu Dongliu, menyatu ke dalam Roh Kehidupannya.
Pada saat itu, Gu Dongliu mengeluarkan auranya dan kekuatan langit telah beresonansi dengan auranya. Dia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Qin Qi di udara. Kuji-In Sembilan Segel Kekuatan Spiritual miliknya terlihat sangat menakjubkan saat melayang ke udara, seolah-olah tekniknya itu berada dimana-mana.
Qin Qi mengerutkan keningnya dan ekspresinya telah berubah. Pada saat itu, dia merasa seolah-olah sosok Gu Dongliu berada dimana-mana. Tentu saja dia mengetahui bahwa ini adalah efek dari Aura Spiritual Gu Dongliu yang telah beresonansi dengan langit. Seolah-olah semua energi yang ada di area itu dapat digunakan olehnya.
Kemampuan macam apa ini?
Dengan mengerahkan kekuatan Teknik Overbearing hingga batas maksimal, Qin Qi kembali melangkah ke depan, menginjak-injak permukaan tanah dan menekan ruang dan waktu. Naga berdarah murni dan pagoda sembilan lantai miliknya menerjang ke arah Gu Dongliu, sementara itu sembilan kata kuno di sekitar Gu Dongliu kini telah berubah menjadi sebuah tirai cahaya dan melesat ke atas langit. Kedua serangan itu bertabrakan satu sama lain dan diiringi dengan suara yang memekakkan telinga, dua serangan itu hancur tak bersisa.
Gu Dongliu mengangkat kepalanya. Pada saat itu, pola pikirnya sempurna dan sosoknya berada dimana-mana. Jalur Agung telah beresonansi dengannya dan kehendaknya tak tergoyahkan. Di atas langit, sinar-sinar cahaya yang tak terhitung jumlahnya terpancar dari sembilan kata kuno dan melesat dari atas langit.
"Serang!" ujar Gu Dongliu. Dalam sekejap, Qin Qi merasa seolah-olah ada banyak sosok Gu Dongliu berada sekitarnya. Cahaya dari sembilan kata kuno itu diarahkan padanya dengan membawa kekuatan Hukum Tekanan, Hukum Gaya, Hukum Pengoyak dan banyak kekuatan hukum lainnya.
Ekspresi Qin Qi menjadi sangat suram. Naga berdarah murni itu mengelilingi tubuhnya, dan sinar-sinar cahaya yang tak berbatas terpancar dari Pagoda Sembilan Lantai. Namun, cahaya dari sembilan kata kuno terus bersinar ke arahnya tanpa henti.
Pada saat itu, Gu Dongliu terlihat seperti seorang dewa dan dia melayang di hadapan Qin Qi, sambil mengerahkan telapak tangannya ke depan. Di belakangnya, bayangan suci telah muncul dan energi yang berada di sekitarnya tampaknya juga ikut menyerang. Kata-kata kuno yang tak terhitung jumlahnya dikerahkan menuju Qin Qi dan dia mengeluarkan suara raungan yang kencang dan mencoba menangkisnya, tetapi telapak-telapak tangan itu sudah menghantamnya.
*Brak* Diikuti dengan suara keras, tubuh Qin Qi terhempas dan menghantam tribun penonton, organ dalamnya terluka parah dan dia memuntahkan darah.
"Tidak ada batasan dalam kultivasi. Mengapa orang-orang dari Dunia Bawah tidak bisa menaklukkan Sembilan Lapisan Langit di Kuil Jiutian?" Suara Gu Dongliu bergema di seluruh penjuru Kuil Jiutian saat tatapan mata semua orang tertuju pada sosoknya yang tak tertandingi.
Mereka semua telah ditipu. Qin Qi yang namanya tertera dalam Peringkat Jiutian telah dikalahkan.
Pada saat yang sama, di medan pertempuran lainnya, Yu Sheng tidak lagi melarikan diri setelah mendengar kata-kata Ye Futian. Seberkas cahaya yang menyilaukan terpancar di sekitar tubuhnya saat dia berubah bentuk menjadi sosok bertarungnya. Sinar-sinar berwarna emas terpancar dari tubuhnya dan kini sosoknya terlihat seperti seorang dewa perang yang tak tertandingi.
*Brak* Terdengar suara gemuruh saat kepalan tinju Xing Sen mendarat di sosok petarung milik Yu Sheng. Namun kali ini, tubuh Yu Sheng hanya sedikit goyah saat dia berdiri tegak dan menatap ke arah Xing Sen di depannya.
"Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?" Xing Sen tertegun saat dia memandang ke arah Yu Sheng. Namun, Yu Sheng menatapnya dan berkata, "Kultivator yang lemah sepertimu tidak berhak untuk mendapatkan kesempatan, bahkan untuk merampasnya dari orang lain." Saat dia selesai berbicara, Yu Sheng mengerahkan kepalan tinju emasnya. Pada kepalan tinjunya, muncul seberkas cahaya yang menyilaukan. Tampaknya kepalan tinjunya dilengkapi dengan cahaya dari para dewa sekaligus raungan iblis.
Xing Sen bergegas mundur saat dia kembali mengerahkan kepalan tinjunya. Kedua kepalan tinju itu bertabrakan satu sama lain, hingga menimbulkan suara gemuruh yang keras. Meskipun kepalan tinju milik Xing Sen dikerahkan secara beruntun, tetapi pada saat itu, rentetan kepalan tinjunya telah dihancurkan dan sebuah kekuatan yang mengerikan menyelimutinya, melahap semua kekuatannya. Kepalan tinju itu menembus tubuhnya dan menghancurkan tulang-tulangnya.
Darah mengalir di sudut mulut Xing Sen.
*Brak* Yu Sheng melangkah ke depan dan kembali mengerahkan tinjunya ke depan. Hanya satu kepalan tinju saja sudah cukup untuk menghempaskan tubuh Xing Sen ke bagian tepi panggung pertempuran. Dia merasa seolah-olah organ tubuhnya telah dihancurkan. Tubuhnya yang kekar terbaring tak berdaya karena tulang-tulangnya telah hancur.
Semua orang yang berada di dalam Kuil Jiutian tertegun saat mereka menyaksikan dua pertempuran itu dengan penuh perhatian.
Situasi telah berbalik dalam sekejap.
Ye Futian telah naik ke udara sementara Gu Dongliu dan Yu Sheng baru saja mengalahkan Qin Qi dan Xing Sen dengan cara yang sangat mengintimidasi.
Jantung mereka berdegup kencang saat mereka melihat ke arah pertempuran terakhir yang berlangsung di bagian tengah panggung pertempuran. Roh Kehidupan milik Pei Qianying masih berusaha melepaskan diri meskipun upayanya itu berakhir sia-sia. Pada saat itu, kepercayaan diri di wajah Pei Qianying telah menghilang. Dua pertempuran yang terjadi di sekitarnya telah membuatnya mengerti bahwa selama ini Ye Futian telah mempermainkannya.
Pei Qianying memandang ke arah Ye Futian tetapi dia hanya bisa melihat ejekan dan hawa dingin di dalam matanya. Seolah-olah Ye Futian tidak pernah memperlakukannya dengan serius.
"Jadi, kau harus kuapakan?" Ye Futian bertanya dengan tenang.
Pei Qianying telah mengatakan sebelumnya bahwa dia akan mengetahui apa itu rasa hormat setelah pertempuran hari ini. Dia mengatakan bahwa Ye Wuchen tidak tahu diri, jadi dia mengambil Roh Kehidupannya. Dia juga telah bersikap tidak tahu diri, jadi Ye Futian akan melakukan hal yang sama padanya.