Siapa yang Lebih Kejam?
Siapa yang Lebih Kejam?
Pemandangan mengerikan itu membuat Ye Futian mengerutkan keningnya. Dia melangkah ke depan secara perlahan-lahan dan Huang Jiuge mengikutinya dari belakang. Mereka bergerak dengan kecepatan yang sangat lambat sambil terus memancarkan aura mereka, tetap bersikap waspada terhadap kedua Saint tersebut. Pada saat itu, tekanan yang dahsyat menimpa tubuh mereka, dimana tekanan itu terasa semakin bertambah saat mereka terus bergerak ke depan.
Ye Futian dan Huang Jiuge menatap ke arah bayangan Renhuang yang menjulang tinggi dan tampak menakjubkan tersebut. Dalam sekejap, sosok itu muncul di dalam pikiran mereka, membuat mereka sulit untuk bernapas. Sosok Renhuang yang berada di kejauhan itu kini seperti berada tepat di depan mata mereka.
*Boom* Aura spiritual mereka terguncang. Ye Futian merasa seolah-olah auranya akan dihancurkan. Dia mengerang kesakitan saat tubuhnya terjatuh, sehingga kini dia duduk di permukaan tanah. Segala sesuatu yang ada di dunia tampaknya telah berubah, dan bayangan Renhuang itu tampaknya sedang berdiri tepat di hadapan mereka seperti seorang dewa.
"Apakah pola pikirmu sudah cukup kuat untuk mewarisi auraku?" Tiba-tiba terdengar sebuah sebuah suara yang sepertinya berasal dari seribu tahun yang lalu, menerobos masuk ke dalam pikiran Ye Futian dan Huang Jiuge, seolah-olah mereka sedang diinterogasi.
Saat ini Ye Futian menyadari bahwa terlepas dari cara mereka datang kemari, kini warisan Renhuang berada tepat di depan mata mereka. Masih ada tantangan yang perlu dihadapi. Bahkan seorang keturunan Renhuang harus diuji meskipun telah melangkah sejauh ini. 'Apakah pola pikirmu sudah cukup kuat untuk mewarisi auraku?'
Jika sosok yang hendak mewarisi aura Renhuang terbukti memiliki pola pikir yang lemah, maka orang semacam itu akan dianggap tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan warisan, karena warisan itu pada akhirnya akan sia-sia. Renhuang, yang telah menjadi sosok legendaris yang tidak ada duanya pada zamannya, yaitu lebih dari seribu tahun yang lalu, telah meninggalkan sebuah makam yang hanya bisa dibuka oleh keturunannya. Namun, jika keturunannya memiliki kualitas yang buruk, maka mereka akan dianggap tidak memenuhi syarat untuk mewarisi apa yang telah dia tinggalkan. Dia lebih memilih untuk menemukan seseorang yang benar-benar bertekad untuk berjalan di jalur kultivasi.
Ye Futian merasa dia telah memasuki sebuah dunia ilusi, seolah-olah dia tidak memiliki rahasia dan tidak bisa berbohong di hadapan sosok Renhuang tersebut. Dia bisa merasakan ada sebuah bayangan melayang di udara, seolah-olah disitulah seharusnya dia berada. Pikirannya memutar kembali semua yang telah dia lalui selama kurang lebih 30 tahun terakhir. Dia teringat akan Qin Yi, kakak seniornya, dan Feng Qingxue, sosok licik itu, dia bertanya-tanya bagaimana keadaan mereka sekarang. Dia menyukai kakak seniornya itu. Bagaimanapun juga, semua orang akan menyukai seorang kakak senior yang seksi dan cantik seperti itu. Namun, rubah kecil bernama Hua Jieyu itu terlalu mempesona kala itu. Pertanyaan tentang rasa rindunya pada kakak seniornya itu mungkin merupakan sebuah penyesalan, tetapi pikirannya menjawab dengan pasti 'tidak'. Pikirannya mungkin sedikit goyah, tetapi dia nyaris tidak terpengaruh oleh hal tersebut.
Dia teringat kembali sosok ayahnya, Ye Baichuan serta ibunya. Dia tidak pernah mendengar berita tentang mereka dan dia tidak tahu apakah mereka masih hidup atau tidak. Itu adalah sesuatu yang mempengaruhi pikirannya, tetapi tekadnya tetap tak tergoyahkan.
Dia teringat akan Kaisar Ye Qing dan raungan Kaisar Kera Salju, serta kedatangan dari Klan Nandou, dimana kala itu sebuah kerajaan menjadi kacau hanya dengan satu lagu. Baru pada saat itulah hati Ye Futian mulai terasa sakit. Rasanya seperti sebuah tekanan yang mengerikan telah menimpa tubuhnya, seolah-olah sebuah bencana dari Jalur Agung telah menyerang pikirannya. Itu sangat menyakitkan. Dia mengerang kesakitan dan wajahnya menjadi pucat. Tampaknya ingatan itu masih tersimpan rapi di dalam pikirannya, dan dia masih merasa kesulitan untuk melupakannya.
"Jadi, anda berusaha membuat saya meninjau kembali hidup saya, ya?" Sebuah seringai sinis terlihat di wajahnya. Tatapan matanya dipenuhi oleh tekad saat dia menatap ke arah bayangan Renhuang yang berada tepat di hadapannya. Rumor mengatakan bahwa pola pikir seseorang harus sempurna sebelum dia bisa mencapai tingkat Saint Plane. Jadi, kau sedang menguji pikiranku sekarang?
Meskipun hatinya terasa sakit, sosok grandmaster yang tewas dalam pertempuran kala itu bukanlah sesuatu yang bisa membuatnya goyah. Dia berdiri secara perlahan-lahan dan berjalan ke depan. Pakaiannya yang berwarna putih dan rambutnya yang panjang berkibar tertiup angin. Potongan-potongan ingatan terus muncul di dalam pikirannya. Selama dia berada di Pondok, tepatnya di Wilayah Barren Timur, kakak-kakak seniornya sudah memperlakukannya seperti keluarga sendiri. Pertempuran yang terjadi di Gunung Langit telah mengakhiri semuanya. Alasan mengapa Tuan Du dibawa pergi kala itu tetap menyakitkan baginya, tetapi dia tetap rajin berlatih agar suatu hari nanti dia bisa bertemu dengan puteri dari Prefektur Divine itu yang hanya dilihatnya sebanyak dua kali, dia ingin berbicara dengannya terkait Kaisar Kera Salju dan Tuan Du.
Kemudian, pertempuran yang terjadi di Gunung Crouching Dragon, Gunung Taihang, dan Istana Holy Zhi terlintas di pikirannya. Dia bukan sosok yang sempurna dan dia sendiri telah melakukan banyak kesalahan, salah satunya bersikap sombong dan keras kepala, seperti yang dia lakukan pada Xia Qingyuan sebelumnya. Jika dia bersedia menurut dan mengikuti Xia Qingyuan, mungkin banyak hal akan berakhir lebih baik, bahkan mungkin menjadi hasil yang selama ini dia inginkan, tetapi meskipun dia telah melewatkan banyak hal, tekadnya tetap tak tergoyahkan.
Jawaban atas pertanyaan apakah pola pikirnya kuat tentu saja adalah 'ya'. Dia tidak berani menyatakan bahwa pola pikirnya sempurna, tetapi setidaknya, tekadnya kuat dan nyaris tak tergoyahkan.
*Boom* Dia mengambil satu langkah ke depan, yang terdengar seperti sebuah langkah di jalur yang ingin dia tempuh. Terdengar suara retakan yang keras dan bayangan Renhuang itu, yang selama ini telah membebani pikirannya, kini telah menghilang.
Dengan satu langkah yang diambilnya, sosok itu langsung menghilang.
Kekuatan tak berbentuk mengalir bersama hembusan angin di sekelilingnya. Auranya tampaknya telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Bahkan di dalam area tertutup itu, dia masih bisa merasakan sebuah aura yang lebih kuat.
Dengan satu langkah yang diambilnya, dia telah mencapai Archmage Plane.
Pakaiannya yang berwarna putih berkibar meskipun tidak ada angin yang berhembus. Ye Futian mengalihkan pandangannya ke arah bayangan Renhuang di kejauhan, seolah-olah tidak ada hal yang berubah dari sebelumnya. Dia berbalik untuk melihat ke arah Huang Jiuge di sampingnya. Huang Jiuge juga mengalami hal yang sama dan sepertinya ada air mata di sudut matanya. Tubuhnya bergetar pelan, seolah-olah dia sedang menanggung beban yang berat.
Ye Futian bisa memahami situasi yang dihadapi oleh Huang Jiuge. Huang Xi, pemimpin dari Keluarga Sovereign sekaligus ayah dari Huang Jiuge telah menutup pintu masuk menuju Makam Renhuang dengan mempertaruhkan nyawanya. Hal itu saja sudah cukup untuk membuat tekad Huang Jiuge goyah.
Semoga dia bisa mengatasinya. Ye Futian bisa saja pergi menghampiri bayangan Renhuang saat itu juga. Dia akan bisa memperoleh warisan Renhuang selama dia menginginkannya. Namun, dia tidak melakukan hal tersebut, karena warisan itu adalah sesuatu yang ditinggalkan untuk Huang Jiuge, dan dia tidak berhak untuk mengambilnya.
Keputusan untuk tidak mengambil warisan itu sangatlah berisiko, karena baik Saint Glass maupun Raja Suci Zhou Agung masih berada di sana, tetapi dia bertekad untuk mempertahankan keyakinannya, karena itu adalah jalur yang telah dia pilih. Dia tidak akan pernah sanggup untuk bertemu dengan Huang Xi dan Keluarga Sovereign lagi, yang selama ini telah bertarung di pihaknya, jika dia mengambil warisan itu untuk dirinya sendiri.
Dia melangkah ke depan dan berjalan ke tempat dimana kedua Saint itu berada. Saint Glass kembali mengalihkan pandangannya ke arah Ye Futian.
"Zhou Zhiming terluka parah dan pikirannya sedang diinterogasi. Ini adalah kesempatanmu." Kedua mata Saint Glass memancarkan cahaya berwarna merah. Dapat terlihat dengan jelas bahwa situasi yang dialami oleh Saint Glass tidak lebih baik jika dibandingkan dengan Raja Suci.
Ye Futian hanya menatapnya tanpa mengatakan sepatah kata-pun.
"Zhou Zhiming telah membantai klanku, 3.000 orang tak terkecuali. Aku telah bertekad untuk membalaskan dendam keluargaku dan aku akan mendapatkan warisan Renhuang supaya aku bisa membunuhnya. Futian, kau memanggilku sebagai 'saudari'. Selain apa yang telah terjadi di luar, apakah aku pernah melakukan hal buruk padamu?" Saint Glass melanjutkan.
"Sebaiknya saya mempercayai anda atau tidak, saudari Saint Glass?" Ye Futian menatap ke arah Saint Glass dan bertanya, "Kematian para kultivator dari Klan Yue adalah perbuatan anda, bukan?"
"Benar." Saint Glass tidak menyangkal hal tersebut. Meskipun Yuechan adalah orang yang telah membunuh mereka, namun dia mengaku bahwa itu adalah perbuatannya. Tidak penting siapa yang telah membunuh mereka dan dia adalah orang yang bertanggung jawab atas hal tersebut.
"Klan Yue ingin melakukan aliansi pernikahan denganmu karena mereka melihat potensi yang kau miliki. Kematian orang-orang dari Klan Yue pasti akan menimbulkan kecurigaan bagi Klan Yue, dan itu bukanlah tindakan seseorang dari Gunung Suci Xihua maupun Dinasti Suci Zhou Agung. Tetapi jika mereka ingin terlibat dalam masalah ini, mereka tahu apa yang harus mereka lakukan, dan segala sesuatunya menjadi seperti saat ini. Apakah semua itu akan menguntungkan Istana Holy Zhi atau justru sebaliknya?"
"Apakah kau tidak takut menyeret Kuil Suci Lapis Lazuli dalam bencana dengan tindakan yang telah kau lakukan selama ini?" Ye Futian bertanya.
"Jika Klan Yue terlibat dalam masalah ini, maka aku akan berada di pihakmu. Klan Yue bisa menyelesaikan permasalahan mereka denganku, asalkan Dinasti Suci Zhou Agung lenyap." Kemudian Saint Glass menambahkan, "Terlepas dari bagaimana pendapatmu mengenai hal ini, sekarang, apakah kau akan melawanku atau melawan Zhou Zhiming?"
Raja Suci Zhou Agung masih duduk di tempatnya, tanpa bergerak sedikit-pun. Dia memiliki prioritasnya sendiri dan mengetahui apa yang perlu dia lakukan saat ini. Dia perlu memulihkan kekuatannya dan menembus tekanan Renhuang yang menimpa tubuhnya.
Ye Futian mengakui bahwa apa yang dikatakan oleh Saint Glass memang masuk akal. Baginya, Raja Suci adalah musuh sejatinya.
"Kau rela menyerahkan warisan Renhuang pada Keluarga Sovereign, dan aku pasti tidak akan berurusan dengan warisan itu asalkan Zhou Zhiming mati. Kau bisa meminta apa-pun padaku sebagai imbalan," Saint Glass melanjutkan.
Ye Futian mengalihkan pandangannya ke arah Raja Suci, dan matanya dipenuhi dengan keinginan membunuh. Itu bukan karena dia terpengaruh oleh kata-kata Saint Glass, tetapi karena dia dan Raja Suci tidak mungkin bisa hidup berdampingan. Dia memiliki pemikiran seperti itu tidak lama setelah dia masuk ke dalam tempat ini. Dia hanya berpikiran apakah dia seharusnya berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, ini adalah sebuah kesempatan yang langka.
Tombak Divine Destruction muncul di tangannya, dan kekuatan di dalam tubuh Ye Futian mengalir ke dalam peralatan ritual tersebut. Sebuah tekanan yang mengerikan menyebar. Sudah bisa dipastikan bahwa Raja Suci terluka parah. Ditambah lagi, dia harus menerima tekanan dari Jalur Agung. Itu adalah sebuah kesempatan yang tidak bisa dilewatkan.
*Boom* Dia melangkah ke depan dan mengayunkan peralatan ritualnya ke bawah. Pada saat itu, area di sekitarnya terasa seperti akan runtuh dalam sekejap. Bayangan tongkat yang tak berbatas turun dari atas langit, langsung diarahkan menuju Raja Suci.
Raja Suci Zhou Agung, yang selama ini tidak mengatakan sepatah kata-pun, tiba-tiba menatap ke arah Ye Futian. Seberkas cahaya yang menyilaukan terpancar dari tubuhnya dan seekor phoenix melesat keluar dengan memancarkan aura yang mematikan. Tampaknya itu adalah Roh Kehidupan milik Raja Suci, yang langsung bergerak menuju Ye Futian.
Tombak Divine Destruction berbenturan dengan burung suci itu diikuti dengan suara ledakan yang keras dan Ye Futian merasa seolah-olah tubuhnya akan ditembus. Kekuatan yang mengerikan itu menghantam dan menghempaskan tubuhnya ke udara. Tulang-tulang di sekujur tubuhnya tampaknya telah retak, tetapi pada saat itu, sebilah pedang yang menyilaukan melesat ke arah kepala Raja Suci.
Raja Suci mengayunkan tangannya ke bawah dan mundur ke belakang. Burung phoenix itu berbalik untuk menghadang serangan itu, dan diikuti dengan suara ledakan yang keras, sayap dari phoenix itu tampaknya telah terkoyak. Burung suci itu terluka parah dan akhirnya kembali ke dalam tubuh Raja Suci sambil memekik. Namun, serangan pedang itu berhasil dihentikan. Love Destroyer juga kembali ke sisi Saint Glass.
*Uhuk* Raja Suci memuntahkan darah, membuat permukaan tanah jadi berwarna merah dan wajahnya terlihat pucat. Dia mendongak dan berkata pada Ye Futian dengan nada dingin, "Kau benar-benar tidak tahu diri. Saint Glass mahir mempermainkan emosi seseorang. Dia telah membunuh tunangannya sendiri kala itu dan dia sama sekali tidak peduli dengan nyawamu."
"Dia pantas mati," ujar Saint Glass dengan nada dingin.
"Dia memang pantas mati karena telah memberikan tunangannya padaku. Tapi kau dan aku bisa menjadi suami-istri. Mengapa kau perlu melakukan hal ini?" Raja Suci menambahkan.
"Tutup mulutmu, Zhou Zhiming." Hawa dingin terpancar dari tubuh Saint Glass.
"Apakah ada yang salah dengan kata-kataku? Kau lebih memilih mati daripada menikahiku kala itu. Mengapa? Kau membunuh orang yang mengirimmu ke istanaku. Apakah kau sudah gila?" ujar Raja Suci. Tapi Saint Glass tidak peduli. Tentu saja dia mengetahui bahwa Raja Suci ingin membuat tekadnya goyah. Pada saat itu, mereka semua sedang menjalani ujian dari Jalur Agung.
Saat melihat bahwa Saint Glass tetap tidak berkomentar apa-pun, Raja Suci melanjutkan kata-katanya, "Aku telah membangun Istana Lapis Lazuli di kediamanku, dan aku memiliki seorang selir bernama Si, yang terlihat mirip denganmu. Setiap kali aku menemuinya, aku membayangkan Si sebagai dirimu dan bersenang-senang dengannya. Hal itu sangat menenangkan pikiranku, sama seperti jika kau berada di sisiku. Jika kau menginginkannya, aku akan langsung pulang dan membunuhnya. Kamu telah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun seorang diri. Mengapa kau perlu melakukan hal seperti itu? Tekanan emosional di dalam pikiranmu telah menghancurkan rasa kemanusiaanmu. Bagaimana mungkin kesendirian itu bisa dibandingkan dengan sukacita saat berlatih denganku?"
"Zhou Zhiming." Tubuh Saint Glass gemetar dan dia kembali memuntahkan darah. Tekanan mengerikan membombardir pikirannya. Wajahnya berubah menjadi pucat dan dia merasa tidak kuat untuk berdiri, seolah-olah pikirannya akan hancur.
Raja Suci mendengus saat menyaksikan hal tersebut. Ye Futian kini mengetahui apa yang sedang terjadi di antara mereka berdua. Dia melihat ke arah Raja Suci. Dia benar-benar serius. Dia tahu betul apa yang sedang dihadapi oleh Saint Glass, karena saat ini dia sedang mengalami hal yang sama. Kata-kata dari Raja Suci terbukti lebih tajam dari bilah-bilah pedang. Tapi sekali lagi, Saint Glass tidak akan menyerah begitu saja.
Ye Futian menghampiri Saint Glass dan menatap ke arah wajahnya yang cantik. Dia terlihat menyedihkan, tetapi matanya masih dipenuhi oleh tekad saat dia menatap ke arah Ye Futian. "Aku bersedia memberi imbalan apa-pun asalkan kau membunuh Raja Suci. Jika kau membenciku, maka bunuhlah Zhou Zhiming. Aku akan menjadi milikmu saat kau berhasil membunuhnya."
"Baiklah." Ye Futian mengangguk dan menopang tubuh Saint Glass, membuatnya berada di dalam dekapannya. Kulitnya yang lembut dan lekuk tubuhnya yang indah sangat menggoda, tetapi saat ini Ye Futian tidak memikirkan apa-pun.
Raja Suci menatap tajam ke arah Ye Futian saat melihatnya melakukan hal tersebut. Kemudian Ye Futian memandang ke arah wanita tercantik di Negeri Timur yang berada dalam dekapannya itu dan berkata, "Saudari Saint Glass, kata-katanya memang benar adanya. Meskipun anda telah dikhianati, seharusnya anda tidak menyiksa diri anda sendiri. Ada banyak emosi di dunia ini yang patut dihargai. Contohnya, saya selalu menyukai anda."
Ye Futian menundukkan kepalanya begitu dia selesai berbicara. Saint Glass tertegun saat dia melihat wajah Ye Futian yang semakin mendekat. Dia tampak bingung. Tidak ada yang tahu apakah dia terlalu lemah untuk melakukan sesuatu atau dia lupa melakukannya, tetapi dia tidak menghindar. Pada saat berikutnya, dia bisa merasakan bibirnya dicium dan pikirannya seperti akan hancur berkeping-keping dan dia tidak bisa memikirkan apa-apa.
"Beraninya kau!" Keinginan membunuh yang luar biasa terpancar dari mata Raja Suci. Namun, pada saat itu, sebuah tekanan yang mengerikan menimpa tubuhnya seperti bencana dari Jalur Agung, langsung menghantam pikirannya. Wajah Raja Suci menjadi pucat, sama seperti wajah Saint Glass, dan dia memuntahkan darah. Auranya tidak pernah selemah ini sebelumnya.
Ye Futian mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Saint Glass yang tampak linglung dan berkata, "Anda mengatakan bahwa anda bersedia memberikan imbalan apa-pun asalkan saya bisa membunuh Zhou Zhiming. Saya pasti akan membunuhnya. Kalau begitu saya menganggap anda tidak keberatan apabila saya melakukan hal ini."
Tangan Ye Futian kini berada di tempat-tempat yang seharusnya tidak boleh dia sentuh. Sensasinya begitu lembut dan Saint Glass menatapnya dengan linglung. Ada air mata di sudut matanya lalu dia kembali memuntahkan darah, wajahnya menjadi semakin pucat sebelum akhirnya dia pingsan.
Ye Futian melihat pemandangan itu dengan tenang dan mengulurkan tangannya untuk membelai wajah cantik Saint Glass, lalu dia tersenyum dan berbalik untuk melihat ke arah Raja Suci. "Dia memang wanita tercantik di Negeri Timur, sikapnya begitu elegan dan kecantikannya tidak ada duanya. Bagaimana menurut anda, Raja Suci?"
Raja Suci terus menatap ke arah Ye Futian sementara darah mengalir dari sudut mulutnya. Dia memejamkan matanya dan berbalik. Baik Raja Suci maupun Saint Glass adalah sosok yang kejam, dan benar-benar tidak terduga bahwa Ye Futian ternyata sama kejamnya dengan mereka berdua. Dia benar-benar mencoba untuk membunuh Raja Suci dan Saint Glass sekaligus.