Legenda Futian

Musuh Telah Tiba



Musuh Telah Tiba

2Tatapan mata semua orang tertuju pada pemuda yang melayang di atas langit Istana Holy Zhi itu.     

Setelah pertempuran ini berakhir, tidak akan ada yang berani menindas Istana Holy Zhi maupun murid-murid dari tempat suci tersebut.     

Ye Futian telah membawa Istana Holy Zhi meraih pencapaian yang tidak pernah terjadi di tempat suci dari Negeri Barren selama dia menjabat sebagai Pemimpin Istana. Baik itu Pertemuan Sembilan Negara maupun pertempuran yang terjadi di Mausoleum Kekaisaran, Negeri Barren telah menjadi tempat suci terbaik dari semua tempat suci lainnya di Sembilan Negara. Saat ini dia memiliki Tombak Ruang dan Waktu, sebuah peralatan ritual Saint yang diwariskan oleh Raja Samudra dan menempati posisi ketiga dalam Peringkat Peralatan Ritual Saint. Dia telah memimpin pasukannya menuju kemenangan saat bertempur melawan Dinasti Suci Zhou Agung dan telah menghancurkan Tebing Zhisheng hingga tak bersisa. Dia juga membunuh empat orang Sage terkemuka dari Peringkat Sage seorang diri.     

Tidak ada seorang-pun di Sembilan Negara yang tidak mengenal nama Ye Futian dan Istana Holy Zhi dari Negeri Barren.     

Oleh karena itu, meskipun situasi saat ini sedang genting, dimana enam tempat suci di Sembilan Negara telah bersekutu dalam upaya untuk menghancurkan Istana Holy Zhi, namun semua itu tetap saja merupakan sebuah pencapaian yang membuat orang-orang dari Istana Holy Zhi juga merasa bangga.     

Enam tempat suci utama harus bersekutu agar mereka mampu melawan Istana Holy Zhi. Tidak ada satu-pun tempat suci yang berani menantang Istana Holy Zhi sendirian.     

Aura pertempuran semakin meningkat dan Ye Futian menatap ke arah orang-orang yang berada di udara dan melanjutkan kata-katanya, "Aku mendengar informasi bahwa ada beberapa orang dari Istana Holy Zhi yang mengatakan bahwa kita akan aman selama kita menyerahkan Jiuge. Meskipun memang benar bahwa krisis ini bisa dihindari jika kita menyerahkan Jiuge pada pihak lawan, tetapi jika saat ini seseorang menuntut kita menyerahkan Huang Jiuge, maka pasti akan ada orang-orang lainnya yang memintaku untuk menyerahkan anggota dari Istana Holy Zhi di masa depan. Kecuali Istana Holy tidak keberatan untuk menjadi tempat suci terlemah di Sembilan Negara, maka setiap pembicaraan akan menjadi sia-sia mengingat bahwa kita bahkan tidak cukup berani untuk memperjuangkan apa yang menjadi milik kita. Jika aku bahkan tidak dapat melindungi Huang Jiuge, maka aku tidak pantas untuk melindungi tempat suci yang telah berdiri sejak lama ini."     

Ye Futian mengamati semua orang yang hadir dan suaranya menyulut semangat orang-orang yang mendengarkan kata-katanya. "Aku akan berjuang semaksimal mungkin dalam menyelesaikan masalah ini. Kita menjalani pertempuran hari ini demi kehormatan Istana Holy Zhi."     

Murid-murid yang tak terhitung jumlahnya dari Istana Holy Zhi bisa merasakan hati mereka terbakar oleh tekad dan semangat.     

"Untuk Istana Holy Zhi!" Sword Demon, pemimpin dari Paviliun Sword berkata dengan suara keras.     

"Untuk Istana Holy Zhi," ujar Sword Saint dengan nada serius.     

"Untuk Istana Holy Zhi!" Suara-suara itu terdengar dimana-mana.     

"Untuk Istana Holy Zhi..." Suara-suara mereka terdengar hingga ke atas langit. Itu adalah satu-satunya suara yang mampu bergema di seluruh penjuru Istana Holy Zhi. Semangat mereka tidak pernah sebesar ini sebelumnya.     

Di antara kerumunan orang, Sword Saint terlihat sedang duduk dengan ekspresi serius di wajahnya, menjaga area itu seorang diri; Yuan Hong memimpin sebuah pasukan yang menjaga area lainnya; Qin Zhuang dan delapan pendekar lainnya sedang duduk di permukaan tanah dalam formasi; Hua Jieyu, Yu Sheng, Ye Wuchen dan kultivator lainnya telah siap di posisi masing-masing, begitu pula dengan kakak-kakak senior dari Pemimpin Istana Ye.     

Di antara mereka terdapat pula Liu Zixuan, yang baru saja bergabung dengan pasukan dari Istana Holy Zhi. Tatapan matanya tertuju pada sosok yang berada di udara. Dia tahu bahwa sosok tampan itu seperti seorang dewa dan layak disembah di tempat suci dari Negeri Barren tersebut.     

Selain itu, Dewi Die dan Guru Besar Xu dari Perguruan Tinggi Sembilan Negara juga hadir di sana. Bahkan semangat mereka juga ikut tersulut karena keduanya berdiri di antara kerumunan orang dan bisa merasakan kobaran semangat dari orang-orang yang berada di sekitar mereka. Mata Dewi Die tampak berkaca-kaca dan dia berkata, "Benar-benar suatu kehormatan bagiku untuk bisa bergabung dalam pertempuran ini."     

Xu Chehan menatap ke arah langit. Meskipun memang benar bahwa sosok yang berada di atas langit itu sedikit kurang ajar, namun saat ini dia tetap saja terlihat sangat berkarisma. Jika bukan karena fakta bahwa dia sudah menikah, Kupu-kupu Kecil akan mendapatkan seorang suami yang baik jika dia menikah dengan Ye Futian. Setidaknya itu jauh lebih baik daripada membiarkan Kupu-kupu Kecil mengikuti Xu Chehan.     

Ye Futian telah menjalani proses pengujian obat setiap hari. Meskipun proses keseluruhan dari putaran ini, yaitu selama 81 hari tidak bisa terselesaikan, namun bisa dikatakan bahwa proses pengujian obat dianggap sukses karena Ye Futian mampu melangkah sejauh ini.     

Saint Jiang mengatakan bahwa jika Ye Futian mampu melewati hari pertama dari pengujian obat, maka mereka akan membantu Ye Futian.     

Oleh karena itu, meskipun Xu Chehan tidak menyukai Ye Futian, dia tetap akan berpartisipasi dalam pertempuran. Tetapi sekali lagi, bahkan jika gurunya tidak memberikan perintah seperti itu, dia tidak mungkin hanya duduk diam dan tidak melakukan apa-pun jika Kupu-kupu Kecil berniat untuk bertarung.     

Kawanan monster iblis berputar-putar di udara dan mata mereka tampak memandang ke kejauhan. Di dalam Paviliun Holy Sage, terdapat matriks-matriks yang melindungi orang-orang yang berada di bawah tingkat Sage Plane. Namun, banyak orang yang berada di udara menatap ke arah sosok-sosok yang muncul di atas Paviliun Holy Sage dan semua orang mengerti, bahwa pertempuran hari ini akan menentukan nasib dari Istana Holy Zhi.     

Jika Istana Holy Zhi keluar sebagai pemenangnya, maka hanya ada beberapa orang yang bisa berurusan dengan Ye Futian di masa depan. Dia nyaris tak terkalahkan di tingkat Sage Plane, dan jika seorang Saint dari Sembilan Negara bermaksud membunuhnya ketika suatu hari nanti dia menjadi Saint, itu juga merupakan sebuah tugas yang tidak mudah.     

Istana Holy Zhi akan tetap berdiri selama Ye Futian masih hidup.     

Jika Istana Holy Zhi dihancurkan, maka tidak akan ada tempat suci yang tersisa di Negeri Barren, dan segala sesuatunya akan tampak lebih suram dari sebelumnya.     

Monster-monster iblis meraung di atas langit dan sebuah kekuatan yang mengerikan bisa dirasakan dari kejauhan. Meskipun hanya ada beberapa orang yang bisa memperluas kekuatan spiritual mereka sejauh itu, tetapi mereka bisa merasakan tekanan yang dahsyat bergerak ke arah mereka. Tekanan yang dipancarkan oleh pasukan lawan bahkan tiba lebih dulu di Istana Holy Zhi.     

"Mereka telah tiba."     

Banyak orang bergumam dalam hati dan Ye Futian menatap langit di kejauhan. Kedua matanya yang dalam sepertinya bisa menembus jarak sejauh apa-pun dan sebuah arus tak berbentuk menyatu di udara, tumbuh semakin kuat dan monster-monster iblis yang berputar-putar di udara terus meraung. Mereka terlihat sangat gelisah dan Ye Futian bisa merasakan apa yang mereka rasakan dengan jelas. Bahkan monster iblis yang berada di puncak Sage Plane juga merasakan hal yang sama.     

Mereka akan menghadapi pasukan berkekuatan 60 ribu orang, dan situasinya tidak akan sama seperti yang terjadi di dalam Mausoleum Kekaisaran, dimana hanya ada beberapa sosok terkemuka dari berbagai tempat suci yang hadir di sana kala itu.     

Tidak lama kemudian, seberkas cahaya yang menyilaukan bersinar. Saint Ji dan para kultivator dari Aula Cahaya Suci tiba lebih dulu sebelum tempat-tempat suci lainnya, mereka berhenti di luar Istana Holy Zhi dan berdiri di atas langit, seolah-olah mereka adalah pasukan yang berasal dari langit.     

Pekikan burung phoenix juga terdengar dari arah langit dan kobaran api terlihat membara di atas langit. Raja Suci Zhou Agung dan Zhou Yanwang, dimana keduanya adalah Saint, telah tiba bersama Pasukan Phoenix Emas. Jumlah mereka relatif sedikit, karena banyak kultivator mereka ditahan oleh orang-orang dari Kuil Suci Lapis Lazuli.     

Tidak lama kemudian, Saint Xihua tiba. Ketiga Saint dari Gunung Suci Xihua berada di sana. Jumlah mereka adalah yang terbesar di antara ketiga pasukan yang telah hadir.     

Sebuah kekuatan yang kuat dan memiliki cakupan yang luas bisa dirasakan dari arah lainnya. Orang-orang dari Istana Holy Zhi berbalik dan melihat pasukan gabungan yang terdiri dari ketiga tempat suci utama dari Laut Endless telah tiba, pasukan mereka adalah yang terbesar di antara tempat suci lainnya.     

Negeri Samudra terletak di Laut Endless. Wilayah mereka sangat luas dan banyak sekali kultivator di dalamnya. Pulau-pulau yang tak terhitung jumlahnya dikuasai oleh ketiga tempat suci dari Negeri Samudra. Orang-orang hanya bisa membayangkan sebesar apa pasukan gabungan itu saat mereka menutupi langit.     

Meskipun orang-orang dari Istana Holy Zhi masih bersemangat, namun tubuh mereka tetap saja merinding setelah merasakan kekuatan mengerikan yang dipancarkan oleh pasukan lawan.     

*Cring* Cahaya Buddha berwarna emas bersinar dari kejauhan, sambil berdering di udara. Banyak orang menoleh untuk melihat ke arah itu dan menyaksikan satu sosok seperti Buddha kuno yang kuat sedang berlari di udara.     

"Apakah Wilayah Vajra juga berniat untuk berpartisipasi dalam pertempuran ini?" ujar Saint Ji dengan nada dingin. Sebelumnya, para biksu dari Wilayah Vajra telah mengikuti mereka, dan sudah jelas bahwa para biksu itu tidak berada di pihak mereka. Bagaimanapun juga, Pemimpin Wilayah Vajra telah menyarankan mereka untuk membiarkan lawan mereka pergi saat berada di dalam Mausoleum Kekaisaran kala itu.     

"108 biksu dari Wilayah Vajra telah datang kemari untuk mencari jalur pencerahan." Terdengar suara yang bergemuruh di udara. Cahaya Buddha yang menyilaukan itu menjadi semakin dekat dengan Istana Holy Zhi. Ye Futian melihat mereka bergerak menuju Istana Holy Zhi sebelum akhirnya mendarat di permukaan tanah secara bersamaan. Murid-murid dari Istana Holy Zhi sudah siap untuk bertarung, tetapi Ye Futian mengayunkan tangannya dan mencegah mereka mengaktifkan matriks.     

*Boom* Suara gemuruh yang keras terdengar saat debu beterbangan di udara. Sosok dari 108 biksu itu tampaknya telah bergabung menjadi satu sosok Buddha saat mereka berdiri di atas satu sama lain. Para biksu itu menginjak bahu rekannya. Jumlah biksu yang berdiri di atas rekannya akan semakin berkurang seiring bertambahnya ketinggian. Hingga akhirnya hanya ada satu biksu yang berdiri di bagian puncak. Dia mengenakan kasaya dan masih terlihat sangat muda. Meskipun dia adalah seorang biksu, wajahnya sangat tampan dan matanya seperti memiliki semacam kekuatan mistis yang mampu menembus pikiran orang lain.     

Dia terlihat menangkupkan tangannya dan melantunkan rapalan Buddha pada Ye Futian.     

Yu Sheng berdiri dari tempatnya dan melangkah ke depan, kemudian dia membungkuk hormat pada biksu yang berada di bagian paling atas, dia bersikap sangat hormat.     

Sosok yang berada di hadapan mereka adalah pemimpin dari 108 biksu di Wilayah Vajra.     

"Saudara Tianxin," panggil Yu Sheng.     

Ye Futian mendengar suara Yu Sheng dan memandang ke arah biksu tersebut, setelah itu dia mengangguk dan menyapanya, "Tuan Tianxin."     

"Pemimpin Istana Ye," biksu itu membalas sapaan Ye Futian. Semua orang dari Istana Holy Zhi mengalihkan pandangan mereka pada biksu itu dan entah mengapa mereka merasa kagum padanya.     

Dia adalah sosok yang menempati posisi ketiga dalam Peringkat Sage dan Saint dari Sembilan Negara—Biksu Tianxin dari Wilayah Vajra. Dia tidak berpartisipasi dalam Pertempuran Ortodoksi sebelumnya, jika tidak, mungkin dia telah menjadi seorang Saint lebih dari satu dekade yang lalu.     

Rumor yang tersebar di seluruh penjuru Sembilan Negara mengatakan bahwa Biksu Tianxin tidak berniat untuk meminjam kekuatan dari peralatan ritual apa-pun dan ingin mendapatkan pencerahan dengan kemampuannya sendiri. Dia berada di posisi ketiga hanya karena dia tidak berpartisipasi dalam Pertempuran Ortodoksi sebelumnya, sementara Ji Ya, yang mengalahkan banyak orang kemana-pu dia pergi, melaju hingga ke posisi kedua. Banyak orang percaya bahwa kekuatan yang dimiliki oleh Biksu Tianxin dari Wilayah Vajra dapat dengan mudah menyaingi kekuatan Ji Ya.     

"Yu Sheng, banyak saudara junior kami yang ingin meminta bimbingan darimu, dan karena itulah kami datang jauh-jauh kemari," Biksu Tianxin tersenyum saat dia berbicara pada Yu Sheng.     

"Kita akan memiliki waktu untuk melakukannya setelah pertempuran ini berakhir," ujar Yu Sheng sambil memandang ke arah para biksu dari Wilayah Vajra.     

"Kau masih sombong seperti biasanya," gurau seorang biksu.     

"Berhati-hatilah, Yu Sheng. Aku tidak akan menahan diri saat melawanmu kali ini," biksu lainnya juga ikut menimpali.     

"Baiklah, kita akan bertarung sepuasnya setelah pertempuran ini berakhir." Yu Sheng mengangguk.     

"Tianxin, sebenarnya kau ini mencari pencerahan atau kematian?" Ji Ya menatap mereka dari kejauhan, yaitu dari arah dimana pasukan Aula Cahaya Suci berada. Keinginan membunuh yang terpancar dari matanya dapat terlihat dengan jelas.     

Tianxin berbalik untuk melihat ke arah Ji Ya, yang melanjutkan kata-katanya, "Jika kau ingin mencari pencerahan, pergilah ke tempat lainnya. Jika kau ingin mencari kematian, kau dipersilahkan untuk tetap tinggal di sini."     

Tianxin menatapnya dan mengatupkan tangannya. Dalam sekejap, cahaya Buddha menyelimuti sekujur tubuhnya dan dia berkata, "Pemahamanmu ternodai dan kau membutuhkan ajaran Buddha untuk membersihkannya."     

"Bagaimana cara kita melakukannya, kakak senior?" Para biksu yang berada di bawahnya bertanya.     

"Melalui penebusan jiwa," jawab Biksu Tianxin.     

"Kami mengerti." Para biksu itu mengangguk.     

Tatapan mata Ji Ya sedingin es. Sosok yang menempati posisi kedua dan ketiga dalam Peringkat Sage tampaknya sudah terlibat konflik bahkan sebelum pasukan mulai bertempur.     

Tidak lama kemudian, sebuah aura yang kuat bisa dirasakan dari kejauhan. Saint Ji dan Saint Xihua menunjukkan ekspresi dingin di wajah mereka. Mereka tahu bahwa para kultivator dari Klan Yue juga telah tiba di sana.     

Dengan hadirnya para kultivator dari enam tempat suci yang akan menghancurkan Istana Holy Zhi, bantuan yang diberikan oleh Klan Yue dapat mengacaukan formasi pasukan mereka begitu pertempuran dimulai.     

Saat ini, kekuatan Saint menyelimuti tempat tersebut. Dua sosok terlihat mendarat di Istana Holy Zhi. Mereka adalah Saint Xia dan Saint Li, yang memimpin para kultivator dari Klan Xia dan Perguruan Tinggi Sembilan Negara datang kemari.     

"Kami datang untuk menyaksikan pertempuran ini," ujar Saint Xia. Mereka berdua tiba di depan Paviliun Holy Sage dan berkata, "Disinilah para Noble dari Istana Holy Zhi berada. Tolong jangan menyerang ke arah ini."     

"Saint Li, bagaimana kalau kita bermain catur?" ujar Saint Xia pada Saint Li.     

"Tentu saja." Saint Li mengangguk dan mereka berdua menyiapkan permainan di atas Paviliun Holy Sage. Para murid dari Klan Xia dan Perguruan Tinggi Sembilan Negara berada di belakang mereka.     

Lin Shubai dan Tong He, dua murid yang sangat terkenal dari Perguruan Tinggi Sembilan Negara juga berada di sana. Tatapan mata mereka tertuju pada medan perang yang berada di bawah. Ketika pertempuran ini berakhir, daftar nama dalam Peringkat Sage dan Saint akan diatur ulang.     

Mereka tidak sendirian. Banyak orang dari seluruh penjuru Sembilan Negara juga hadir untuk menyaksikan pertempuran dari kejauhan, mereka tidak berani berada terlalu dekat dengan medan perang.     

Satu sosok berpakaian putih mendarat dengan tenang di Istana Holy Zhi dari atas langit.     

Banyak orang menatap ke arah sosok itu, bahkan Ye Futian tampak terkejut saat melihat kehadirannya.     

Sword Demon, Sage Daozang, You Chi, Zhuge Qingfeng dan banyak kultivator lainnya memandang ke arah sosok tersebut. Mereka semua sudah tidak asing lagi dengan Bai Luli.     

Bai Luli hanya menyaksikan pasukan di sekitarnya tanpa mengatakan sepatah kata-pun.     

"Selamat datang kembali di Istana Holy Zhi," ujar Ye Futian sambil menatapnya. Karena Bai Luli bersedia bertarung untuk Istana Holy Zhi, maka Ye Futian tidak berniat untuk merendahkannya atas apa yang terjadi di masa lalu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.