Legenda Futian

Guru Besar Xu



Guru Besar Xu

0Ekspresi aneh muncul di wajah Saint Xia dan Saint Li yang sedang bermain catur di atas Paviliun Holy Sage. Mereka berbalik dan memandang ke arah wanita yang datang ke arah mereka dari atas langit.     

"Benar-benar seorang wanita yang sangat cantik," ujar Saint Xia. "Sepertinya itu adalah sebuah teknik Buddha. Meskipun dia mengenakan pakaian sederhana, namun hal itu tidak bisa menyembunyikan kekuatannya. Negeri Barren benar-benar luar biasa."     

"Apakah dia datang untuk membantu Istana Holy Zhi?" tanya Saint Li. Para murid dari Istana Holy Zhi memiliki potensi yang luar biasa dalam pertempuran hari ini, tetapi jumlah mereka kalah jauh jika dibandingkan dengan pasukan lawan. Jika pasukan lawan hanya terdiri dari Aula Cahaya Suci, Gunung Suci Xihua dan Dinasti Suci Zhou Agung, mungkin mereka bisa menanganinya, karena kultivator dari Klan Yue juga berada di sana. Tetapi mereka juga harus berhadapan dengan tiga tempat suci utama dari Laut Endless. Pasukan gabungan yang semenakjubkan itu sudah cukup untuk menghancurkan Istana Holy Zhi.     

Wanita yang baru saja datang adalah Hua Qingqing, salah satu dari tiga wanita tercantik di Wilayah Barren Timur. Kisah hidupnya sangat tragis. Saat ini dia telah menjadi biarawati dan belajar ajaran Buddha di bawah bimbingan dari Biksu Qingdeng. Pada pertempuran yang terjadi di luar Istana Holy Zhi bertahun-tahun yang lalu, dia telah berubah menjadi lentera teratai dan meningkatkan kekuatan aura spiritual Ye Futian, kemudian dia pergi meninggalkan dunia manusia.     

Kali ini Biksu Qingdeng tidak ikut bersamanya. Dia datang sendirian dengan bertelanjang kaki, dan kakinya yang berwarna putih sehalus batu giok. Dimana-pun dia melangkah, bunga-bunga teratai bermekaran. Dia memiliki wajah yang sangat cantik, bahkan di tengah-tengah pertempuran, kecantikannya akan membuat mereka yang melihatnya langsung mengalihkan perhatian padanya.     

Tatapan matanya terlihat polos, dan tubuhnya memancarkan cahaya yang menyilaukan, menerangi segalanya. Dia dikelilingi oleh bunga-bunga teratai yang telah mekar dengan sempurna dan cahaya suci. Dia seperti terbakar dalam cahaya Buddha, yang mengubahnya menjadi sebuah lentera teratai. Tubuhnya yang indah berfungsi sebagai sumbu lentera, dan cahaya Buddha yang tak berbatas terpancar ke arah medan perang.     

Tidak lama kemudian, sederet sosok disinari oleh cahaya tersebut.     

Cahaya dari lentera teratai itu menjadi semakin terang dan perlahan-lahan cahaya tersebut menyinari beberapa kultivator dari Istana Holy Zhi. Cahaya itu tampaknya telah memasuki kepala mereka, seperti cahaya Buddha yang benar-benar menyinari dunia.     

Ketika perang suci dimulai, semua orang memiliki lambang yang mewakili tempat suci masing-masing di pakaian mereka. Kalau tidak, begitu jalannya pertempuran besar ini menjadi kacau, akan sulit untuk membedakan antara teman atau musuh. Oleh karena itu, sangat mudah bagi Hua Qingqing untuk menemukan para kultivator dari Istana Holy Zhi.     

Tidak lama kemudian, semua orang dari Istana Holy Zhi bisa merasakan bahwa kekuatan aura spiritual mereka telah meningkat dan sekarang aura mereka telah beresonansi dengan dunia. Tidak hanya itu, mereka bisa merasakan dimana posisi dari semua murid Istana Holy Zhi berada dan apa yang sedang terjadi pada mereka.     

"Apakah itu adalah lentera teratai Buddha?" Ekspresi aneh muncul di wajah Saint Xia. Kekuatan semacam ini sungguh luar biasa. Teknik itu mampu menghubungkan semua murid Istana Holy Zhi menjadi satu kesatuan dan membuat mereka bisa melihat situasi pertempuran secara keseluruhan dengan jelas. Mereka dapat membantu satu sama lain dan menghindari datangnya bahaya kapan-pun mereka inginkan, dan kekuatan setiap individu telah meningkat. Meskipun tidak begitu signifikan, kekuatan semua kultivator dari Istana Holy Zhi yang berada di medan perang telah meningkat, dan efeknya sangat luar biasa.     

"Sebuah lentera di hadapan sang Buddha mampu menerangi jalur semua makhluk hidup," Saint Li berbisik. Dia juga merasa takjub. Siapa identitas dari wanita luar biasa ini?     

Tentu saja Ye Futian bisa merasakan kedatangan Hua Qingqing, disertai dengan kekuatannya yang mengerikan. Seluruh medan perang kini telah diproyeksikan dengan jelas di dalam pikirannya, seolah-olah saat ini mereka semua memiliki penglihatan yang diberikan oleh lentera Buddha tersebut.     

Ye Futian mengerahkan Tombak Ruang dan Waktu ke depan dan menusuk beberapa kultivator di hadapannya. Kemudian, dia berbalik dan menatap ke arah Hua Qingqing, muncul perasaan hangat di dalam hatinya. Sebelumnya, Hua Qingqing juga muncul pada saat bahaya mengancam untuk membantu mereka.     

Dia melihat bahwa pertempuran antara pasukannya dengan para kultivator dari Laut Endless tidak berjalan dengan baik. Karena para kultivator dari Klan Yue dan para biksu dari Wilayah Vajra telah bergabung dengan mereka, sehingga medan perang dimana dia berada sekarang pasti mampu menahan pasukan lawan dengan baik.     

Dia berbalik dan melesat ke arah lainnya, tubuhnya bergerak hampir secepat cahaya.     

Tidak ada seorang-pun yang bisa menghentikannya. Ketika pasukan lawan melihat Ye Futian terbang di udara, beberapa kultivator dari tiga tempat suci di Laut Endless melesat ke arahnya.     

Seorang kultivator dari Istana Samudra sedang mengendarai Kunpeng, dan dia menghempaskan segala sesuatu yang menghalangi jalannya saat dia menerjang ke arah Ye Futian. Tetapi Kunpeng itu meraung saat Ye Futian menatap ke arahnya dan tubuhnya yang berukuran sangat besar mulai bergetar saat Kunpeng itu mencoba untuk melemparkan orang yang berada di punggungnya.     

"Apa yang sedang terjadi?" Pria yang mengendarai Kunpeng itu adalah satu sosok yang sangat terkenal di Istana Samudra, dan dia sangat kuat. Dia telah memilih monster itu sebagai tunggangannya, tetapi begitu Kunpeng miliknya melihat sosok Ye Futian, monster itu jadi tak terkendali. Kemampuan Ye Futian dalam menjinakkan monster sangat kuat, dan dia bisa merasakan suasana hati dari monster tersebut.     

Suara raungan dari Kunpeng itu terdengar semakin keras. Kemudian, sebuah badai melesat dari mata Ye Futian yang mengerikan dan memasuki mata raksasa dari Kunpeng itu, menanamkan auranya sendiri pada aura spiritual dari monster tersebut. Kunpeng itu melemparkan pria yang menungganginya, kemudian menerjang ke arah para kultivator dari tiga tempat suci utama di Laut Endless. Monster itu menghantam lebih dari sepuluh kultivator, dan darah langsung menyembur kemana-mana.     

"Enyah kau monster iblis!" Sebuah tombak dewa laut melesat dari atas langit dan menusuk Kunpeng tersebut, membuatnya meraung keras. Kunpeng itu jatuh ke permukaan tanah, tetapi pada saat yang sama, kultivator kuat dari Istana Samudra itu bisa merasakan firasat bahaya yang kuat. Dia mendongak dan merasa tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Dia berteriak saat Tombak Ruang dan Waktu menembus tubuhnya. Tubuhnya meledak saat Ye Futian mendorong tombak itu menembus punggungnya.     

Banyak monster iblis ikut berpartisipasi dalam pertempuran ini, tetapi meskipun begitu, mereka belum cukup kuat, dan banyak dari mereka telah dibantai.     

"Tombak Ruang dan Waktu!" Para kultivator dari Laut Endless memiliki hubungan khusus terhadap senjata ini. Tombak Ruang dan Waktu adalah sebuah pusaka yang telah ditinggalkan di dalam Reruntuhan Hilang, tombak itu adalah senjata milik seseorang yang pernah menguasai Laut Endless. Tetapi sekarang tombak itu berada di tangan Ye Futian.     

Semakin banyak kultivator yang menerjang ke arah Ye Futian, dan banyak pula serangan yang ditujukan padanya. Mereka berharap bisa membunuhnya dengan rentetan serangan yang mereka keluarkan.     

Di belakangnya, Hua Jieyu, Yu Sheng, Sword Saint, Huang Jiuge, Qin Zhuang, Yun Shang dan yang lainnya terus mengikutinya di seluruh bagian dari medan perang. Banyak kultivator telah tewas di tangan mereka.     

Pertempuran itu menjadi kacau balau. Sebuah aliran udara penghancur bergejolak di sekitar Istana Holy Zhi, menewaskan banyak kultivator di sana.     

Pertempuran paling sengit terjadi di sekitar Ye Futian. Mereka semua sangat mahir dalam membunuh, dan mereka menghempaskan lawan-lawan mereka ke berbagai arah. Bahkan mereka mampu menembus matriks pertempuran milik pasukan lawan. Tiga tempat suci utama dari Laut Endless menelan banyak korban dalam pertempuran ini.     

Banyak komandan pasukan memusatkan perhatian mereka pada Ye Futian. Mereka menyaksikan pria itu terus menerus membunuh para kultivator dengan menggunakan Tombak Ruang dan Waktu. Dia terlihat seperti seorang dewa pembantai.     

Ao Feng dari Istana Samudra adalah seorang kultivator yang namanya tertera dalam Peringkat Sage, tepatnya berada di posisi ketujuh belas dalam peringkat tersebut, yang bisa dikatakan merupakan posisi yang sangat tinggi. Dia adalah sosok yang sangat kuat. Dia memusatkan pandangannya pada Ye Futian dan berkata, "Dengan mempertimbangkan kekuatan yang dimiliki oleh Ye Futian dan orang-orang di sekitarnya, tiga tempat suci utama dari Laut Endless akan mengerahkan kultivator yang tak terhitung jumlahnya untuk membunuh mereka dan mencoba untuk merebut Tombak Ruang dan Waktu darinya."     

"Apakah kau punya ide?" tanya seorang Sage dari Palung Utara.     

"Disana." Ao Feng menunjuk ke tempat dimana dua kultivator sedang bertempur, mereka adalah seorang pria dan seorang wanita. Pria itu mengenakan pakaian berwarna hitam dan mengeluarkan sebuah aura yang beracun. Setiap kepalan tinju yang dia keluarkan membawa sihir racun di dalamnya, yang bahkan bisa membunuh seorang Sage dalam sekejap. Sikapnya sangat dingin sehingga membuat orang-orang merinding saat melihatnya.     

Tetapi wanita yang berada di sampingnya benar-benar berbeda darinya. Dia terlihat seperti seorang peri. Kupu-kupu berwarna-warni yang tak terhitung jumlahnya terbang di sekelilingnya. Tetapi sebenarnya itu adalah kupu-kupu pembunuh dengan sayap yang lebih tajam dari bilah-bilah pisau, dan sayap kupu-kupu itu sangat beracun. Sebagai murid dari Saint Jiang, tentu saja Kupu-kupu Kecil tidak hanya mempelajari seni penyembuhan. Dia juga mahir dalam membunuh, kalau tidak, pasti dia akan berada dalam masalah besar setiap kali bertemu lawan-lawannya.     

"Mereka berdua adalah murid dari Saint Jiang, Xu Chehan dan Dewi Die. Jika kita menangkap mereka, kita bisa memaksa Ye Futian untuk menyerahkan Tombak Ruang dan Waktu. Jika dia benar-benar bersikap murah hati seperti rumor yang beredar, dimana dia rela memberikan warisan Renhuang pada rekannya, maka dia pasti akan menyerahkan tombak tersebut." Ao Feng menatap ke arah mereka dengan ekspresi dingin di wajahnya. "Apabila dia tidak bersedia, maka Xu Chehan dan Dewi Die akan membencinya karena sikapnya itu, bahkan keduanya mungkin berbalik melawannya. Bagaimanapun juga, dua kemungkinan itu jelas menguntungkan bagi kita."     

"Luar biasa." Kultivator dari Palung Utara mengalihkan pandangannya ke arah Kupu-kupu Kecil dan menjilat bibirnya. "Benar-benar seorang wanita yang sangat cantik. Kita harus membawanya pergi untuk beberapa kultivasi tambahan."     

"Sebaiknya kau membuang jauh-jauh ide itu dari benakmu. Selain itu, kita hanya bisa menangkap mereka, bukan membunuh mereka. Kalau tidak, kau akan mati bahkan sebelum kau mengetahui penyebab kematianmu," Ao Feng memberi peringatan padanya.     

"Aku mengerti," ujar kultivator dari Palung Utara tersebut. Saint Jiang hanya memiliki dua orang murid, dan dia berada di posisi kedua belas dalam Peringkat Saint. Tiga tempat suci dari Laut Endless tidak berani memprovokasi Saint Jiang sembarangan. Jika dia menyimpan dendam pada mereka, itu akan menjadi sebuah bencana.     

"Ayo kita pergi," ujar Ao Feng, dan tiba-tiba dia melesat ke bawah, bersama dengan banyak kultivator lainnya, menuju tempat dimana Kupu-kupu Kecil sedang bertarung. Semua kultivator yang mendampingi Ao Feng sangat kuat.     

Selama ini Xu Chehan selalu berada di sisi Kupu-kupu Kecil untuk melindunginya. Situasi ini sedikit memalukan bagi mereka. Pada awalnya mereka mengikuti Ye Futian, tetapi karena pertempuran menjadi semakin sengit, mereka jadi terpisah dengan Ye Futian.     

"Wanita cantik sepertimu harus dibawa pergi untuk melakukan beberapa kultivasi tambahan," tiba-tiba terdengar suara bernada dingin. Sebuah tangan berusaha meraih tubuh Kupu-kupu Kecil. Setelah itu, sebuah kekuatan yang mengerikan menyebar di udara, melahap semua kupu-kupu yang beterbangan.     

Satu sosok muncul di hadapan Kupu-kupu Kecil. Sosok itu adalah Xu Chehan. Dia melesat ke atas langit bersama dengan kekuatan pelahap itu, membiarkan pusaran milik lawannya menarik tubuhnya. Sebuah kabut beracun keluar dari tubuhnya dan dilahap oleh pusaran tersebut. Dalam sekejap, wajah kultivator dari Palung Utara itu berubah menjadi pucat.     

"Hati-hati, Guru Besar Xu mahir dalam menggunakan seni racun," Ao Feng mengingatkannya. Kultivator dari Palung Utara itu tiba-tiba menghentikan badai yang berasal dari tubuhnya, dan dia melesat ke depan seperti sambaran petir, sambil mengerahkan kepalan tinjunya ke depan. Semua kultivator dari Palung Utara sangat kuat.     

Terdapat sebuah rahasia misterius dibalik kepalan tinjunya itu.     

Xu Chehan menerjang ke arah lawannya dan bertabrakan dengannya tanpa ragu-ragu. Sekarang setelah dia mencapai puncak Sage Plane, dia menganggap bahwa dirinya layak untuk memasuki Peringkat Saint.     

Dia telah berkultivasi bersama gurunya di Taman Herba dari Perguruan Tinggi Sembilan Negara. Kebanyakan orang hanya mengenalnya sebagai murid dari Saint Jiang, dan mereka tidak tahu sekuat apa dia sebenarnya.     

*Boom* Kepalan tinju mereka bertabrakan, dan tiba-tiba sebuah kegelapan yang misterius menyelimuti lengan Xu Chehan. Tampaknya kegelapan itu telah membekukan lengannya. Kobaran api beracun yang mengandung Qi yang sangat dingin telah menyebar di lengannya.     

"Kau kalah." Kultivator dari Palung Utara itu menatap ke arah Xu Chehan dengan ekspresi dingin di wajahnya. Tanda yang ditinggalkan oleh lawannya tidak begitu kuat, seolah-olah dia sama sekali bukan ancaman baginya. Apakah ini benar-benar Xu Chehan, seorang kultivator yang sangat terampil dalam seni racun dan juga murid dari Saint Jiang?     

Reputasinya terlalu berlebihan.     

Kobaran api beracun itu bergejolak bersama dengan Qi yang dingin di dalam tubuh Xu Chehan. Dia memandang ke arah lawannya dengan acuh tak acuh. Kemudian dia mengayunkan tangannya dan membiarkan kedua kekuatan itu menyerang tubuhnya hingga akhirnya lenyap tak bersisa.     

"Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?" Ekspresi kultivator dari Palung Utara itu berubah, kemudian wajahnya menjadi pucat. Napasnya semakin melemah hingga akhirnya dia menjadi sebuah kerangka yang tergeletak di permukaan tanah.     

Ekspresi Xu Chehan masih terlihat datar saat dia melirik ke arah lawan-lawannya.     

Kupu-kupu Kecil terlihat tenang dan tidak terkejut, seolah-olah ini adalah sesuatu yang sudah biasa dilihatnya. Hanya dia yang mengetahui sekuat apa kakak seniornya dan apa saja yang telah pria itu alami selama beberapa tahun terakhir!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.