Kau Tidak Pantas Melawannya
Kau Tidak Pantas Melawannya
"Pergilah dan bantu Liu Zong," Saint Xihua memberi perintah pada para kultivator dari Gunung Suci Xihua yang berada di bawah.
"Jangan kemari!" Sebuah teriakan terdengar dari medan perang tempat Liu Zong berada. Teriakan itu berasal dari seorang kultivator Gunung Suci Xihua yang berada di dalam matriks.
"Beraninya kau," ujar Saint Xihua sambil menatap ke arah orang yang baru saja berbicara. Tubuh orang itu bergetar di dalam matriks seolah-olah dia akan mati kapan saja. Ekspresinya dipenuhi oleh amarah dan tatapan matanya yang dingin tertuju pada Saint Xihua saat dia berkata, "Saya tidak takut mati. Kami, yang telah berlatih di Gunung Suci Xihua akhirnya menjadi Sage setelah menjalani proses latihan yang begitu lama. Kami tidak berani menentang perintah dari Gunung Suci Xihua. Tetapi anda telah menipu kami dan mengizinkan Liu Zong membuat matriks pengorbanan, dan saya merasa sangat kecewa akan hal tersebut. Kami semua adalah kultivator dari Gunung Suci Xihua, namun anda menganggap kami pantas untuk dikorbankan hanya demi Liu Zong. Saya menyesal berlatih di Gunung Suci Xihua!" teriak orang itu.
Saint Xihua mengulurkan tangannya ke bawah, membentuk sebuah tangan raksasa dan hendak menghantam orang itu dari atas langit. Kemudian dia berkata dengan nada dingin, "Pengkhianat di medan perang akan dihukum mati."
"Gunung Suci Xihua akan hancur!" orang itu berteriak dan suaranya bergema di medan perang tepat sebelum dia menjemput ajalnya. Saint Xihua mengerahkan tangannya ke bawah, dan disertai dengan suara percikan, orang itu tewas di tangan Saint Xihua, bukan di tangan Gu Dongliu.
"Apa yang sedang kalian tunggu?" ujar Saint Xihua dengan nada dingin, berusaha menghilangkan keraguan para kultivator dari Gunung Suci Xihua. Namun, sudah jelas bahwa pikiran banyak kultivator dari Gunung Suci Xihua telah terguncang.
Saint Xia dan Saint Li, yang masih bermain catur di bagian samping, menghela napas dalam-dalam. Kemudian Saint Xia berkata, "Liu Zong memang sangat berbakat dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Namun sebagai sosok kejam yang dapat mengorbankan siapa-pun atau apa-pun hanya untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri, mungkin dia akan berakhir menjadi seorang pahlawan yang ambisius jika dia berhasil atau menjadi seorang pecundang yang dibenci oleh semua orang jika dia gagal. Gunung Suci Xihua benar-benar sedang memainkan sebuah permainan berbahaya, dan tampaknya mereka tengah terjebak dalam perangkap mereka sendiri sekarang."
Seorang kultivator juga melatih pikiran mereka, dan tidak ada seorang-pun dari mereka yang telah mencapai Sage Plane namun belum memiliki atau mengembangkan pemahaman diri yang sangat kuat. Mereka tidak akan membiarkan diri mereka dipermainkan oleh orang lain, dan kesetiaan yang murni pada umumnya tidak dimiliki oleh para Sage.
"Saint Xia, kau terlalu melebih-lebihkan kemampuan Liu Zong. Pahlawan-pahlawan sejati membutuhkan karisma yang unik sehingga memungkinkan orang lain rela mengabdikan seluruh jiwa raganya untuk mereka. Liu Zong masih belum bisa meraih hal tersebut," ujar Saint Li sambil menggelengkan kepalanya.
"Benar." Saint Xia mengangguk dan melanjutkan, "Lalu, bagaimana dengan Ye Futian?"
"Jika dia berada di posisi Liu Zong, aku yakin banyak kultivator dari Istana Holy Zhi dengan sukarela mengorbankan diri ke dalam matriks tersebut," ujar Saint Li sambil tersenyum. Saint Xia merespon dengan senyuman dan keduanya terus bermain catur.
Permainan itu tampaknya cukup sulit, dan seperti medan perang yang sedang berlangsung, dimana tampaknya pasukan sekutu yang terdiri dari enam tempat suci telah memperoleh keunggulan mutlak, sementara orang-orang dari Negeri Barren memiliki keyakinan yang teguh dan seluruh pasukan mereka memiliki tujuan yang sama. Mereka siap untuk mengorbankan nyawa hingga titik darah penghabisan, sehingga mereka mampu untuk memukul mundur pasukan lawan meskipun mereka berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. Namun bukan berarti mereka bisa memastikan kemenangan, karena enam tempat suci itu datang kemari dengan satu tujuan, yaitu untuk menghancurkan Istana Holy Zhi, dan mereka mungkin belum mengeluarkan senjata rahasia mereka. Ditambah lagi, ada beberapa sosok lainnya, selain Kong Yao, yang juga tampak sangat kuat. Mungkin itu adalah semacam senjata rahasia yang mereka miliki. Tidak ada satu-pun dari mereka yang mengambil tindakan dan membunuh siapa-pun. Mereka hanya berjaga di barisan belakang dan menyaksikan dimana posisi Ye Futian berada.
Saat ini Liu Zong sedang diserang oleh Bai Luli dan Gu Dongliu. Pohon Kuno miliknya bergetar hebat. Sebuah kekuatan pelahap terpancar dari tubuh Liu Zong, dan dalam sekejap, cabang-cabang pohon yang tak terhitung jumlahnya kini menjadi layu dengan sangat cepat. Lebih buruk lagi, para kultivator di dalam matriks yang belum tewas di tangan Gu Dongliu, satu per satu mulai berteriak saat kekuatan mereka mengalir tanpa henti ke arah Liu Zong. Suara teriakan terdengar dimana-mana.
Gu Dongliu bergegas memanggil Bayangan Suci dan Kuji-In, yang langsung bergerak menuju Liu Zong. Cahaya yang menyilaukan menembus segalanya dan sungai pedang dari Jalur Agung bergabung menjadi sebilah pedang, yang diarahkan menuju Liu Zong. Kemudian terdengar suara gemuruh yang keras dan bayangan Liu Zong menghilang secara perlahan-lahan, namun aura Saint yang samar terpancar dari tempat itu seolah-olah terdapat sebuah cermin magis di sana. Dalam sekejap, bayangan dari sosok Liu Zong yang tak terhitung jumlahnya bermunculan di sana dan menyebar ke segala arah. Sudah jelas, dia telah menangkis serangan itu dengan menggunakan peralatan ritual Saint.
Sepasang mata berwarna abu-abu yang berukuran sangat besar muncul di udara seolah-olah itu adalah mata milik Bai Luli. Kekuatan hukum menyebar di udara dan rune yang tak terhitung jumlahnya melayang di atas gulungan sihir berdarah tersebut, menyegel area di sekeliling mereka. Bayangan para dewa kuno muncul di berbagai arah. Kekuatan petir berdarah yang mengerikan membuat area di sekeliling mereka tersegel. Itu adalah kekuatan dari teknik Sealing of All Creations, sebuah teknik yang dikembangkan oleh Bai Luli sendiri, tapi apa yang ditampilkan sekarang jauh lebih kuat daripada teknik Sealing of All Creations milik Bai Luli bertahun-tahun yang lalu.
"Bunuh mereka." Keinginan membunuh terpancar dari mata Bai Luli. Ada banyak kultivator dari Istana Holy Zhi yang telah tewas di tangan Liu Zong. Meskipun dia telah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun di Istana Suci Jixia untuk berlatih, namun hatinya tetap bersama dengan Istana Holy Zhi. Gulungan sihir berdarah yang tak terhitung jumlahnya itu bergerak ke bawah dan masing-masing gulungan kini berubah menjadi sambaran petir berdarah.
Sosok Gu Dongliu berdiri di tengah-tengah medan perang yang bergejolak. Dia membentuk segel dengan tangannya dan pakaiannya berkibar-kibar. Bayangan dari sembilan huruf kuno yang tak terhitung jumlahnya bermunculan di udara. Dalam sekejap, bayangan Liu Zong satu per satu dihancurkan. Mereka berdua bekerja sama dengan niat untuk membunuh segala sesuatu yang ada di dalam area tersebut, dan mereka tidak akan membiarkan Liu Zong pergi begitu saja.
Rapalan Buddha terdengar di udara dan kekuatan agung dari sang Buddha terpancar. Sebuah pohon kuno berwarna emas telah muncul, yang terlihat seperti pohon bodhi [1][1], dimana ukurannya terus membesar dan merambat menuju tubuh Bai Luli dan Gu Dongliu. Cabang-cabang pohon itu ditebang tanpa henti. Sementara bayangan Liu Zong terus menerus dihancurkan, namun tampaknya dia telah memusatkan semua kekuatannya dalam satu serangan. Seberkas sinar cahaya yang menyilaukan menembus udara, melesat ke arah matriks yang telah dibentuk oleh Yang Xiao.
Langit dan bumi beresonansi saat rapalan Buddha terus bergema di sekitar mereka. Kekuatan Saint terpancar dari pohon kuno itu dengan membawa kekuatan mengerikan yang mampu mengalahkan segalanya. Kekuatan yang tidak bisa dihentikan itu menuju ke arah Bai Luli dan Gu Dongliu.
Liu Zong telah memusatkan semua kekuatan yang dia dapatkan dari Matriks Pengorbanan dalam satu serangan tersebut. Dia mengorbankan sebuah peralatan ritual Saint dan mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya, hanya untuk mengeluarkan satu serangan yang mampu membunuh Bai Luli dan Gu Dongliu.
Yang Xiao melihat pemandangan itu dan berubah menjadi sambaran petir, menerjang ke depan dengan membawa tombak perak di tangannya seperti bencana dari Jalur Agung dan juga seekor naga petir, berusaha untuk menghancurkan segalanya.
Rapalan Buddha bergema di area tersebut dan semua bayangan lenyap dalam sekejap, bergabung dengan satu serangan yang dikeluarkan oleh Liu Zong. Serangan itu tampak luar biasa, dimana sebuah jejak telapak tangan raksasa dikerahkan ke bawah, bertabrakan dengan tombak perak tersebut. Yang Xiao memuntahkan darah saat gelombang kejut yang dihasilkan dari benturan serangan itu menghantamnya, kemudian tubuhnya terhempas ke udara diikuti dengan suara ledakan yang keras, namun serangannya tetap berhasil meredam serangan dari Liu Zong.
Gulungan sihir berdarah itu turun dari atas langit dan sambaran petir berdarah menghantam tubuh asli Liu Zong. Tanpa adanya kekuatan lain yang menghalangi, mudra yang terbentuk dari sembilan huruf kuno menghantamnya hampir pada saat yang bersamaan. Tubuh Liu Zong bergetar hebat saat dia terus memuntahkan darah.
Wajah Saint Xihua menjadi pucat. Tidak ada satu-pun kultivator dari Gunung Suci Xihua yang datang sebagai bala bantuan. Dia tidak percaya bahwa di antara begitu banyak kultivator yang dimiliki oleh Gunung Suci Xihua, tidak ada yang berani bergabung dalam pertempuran. Dapat terlihat dengan jelas bahwa kepercayaan diri Gunung Suci Xihua telah terguncang karena tindakan yang dilakukan oleh Liu Zong sebelumnya. Dia memancarkan aura sedingin es. Dia tidak menyangka bahwa Liu Zong, yang telah meminjam kekuatan matriks, akan terjebak dalam kondisi darurat seperti itu.
"Dia memiliki bakat yang luar biasa dalam ajaran Buddha, namun dia telah membuat pilihan yang salah. Kau memang terlalu sembrono, Saint Xihua," ujar Saint Xia dengan nada datar, yang membuat Saint Xihua tidak bisa berkata-kata.
Saint Li juga menghela napas. Liu Zong memiliki bakat yang langka dan takdir yang luar biasa. Jika dia bisa berlatih di Wilayah Vajra, maka dia akan mampu meraih pencapaian lebih dari ini. Namun, Liu Zong tampaknya memang telah mengambil jalan yang salah. Dia bertindak terlalu terburu-buru untuk bisa memenuhi ambisinya dengan cepat.
Liu Zong adalah murid dari tiga orang Saint, jadi tidak ada masalah bagi Saint Xia untuk mengkritik Saint Xihua. Lagipula sudah menjadi kesalahan sang guru karena tidak mampu mengajari muridnya dengan benar.
Bai Luli dan Gu Dongliu tentu saja tidak akan menahan kekuatan mereka saat bertarung melawan Liu Zong, yang telah melakukan pembantaian sebelumnya. Rentetan serangan terus menghantam Liu Zong tanpa henti dan dia terus memuntahkan darah. Namun, pada saat itu, terdengar sebuah suara.
"Aku yang akan mengakhiri nyawanya." Pakaian Yang Xiao berlumuran darah saat dia melangkah ke depan.
"Baiklah." Gu Dongliu mengangguk. Dia dan Bai Luli berjaga di kedua sisi, menghalangi setiap rute pelarian bagi Liu Zong. Tanpa adanya bantuan dari matriks dan ditambah lagi dia telah terluka parah seperti itu, Liu Zong tidak mungkin bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup, jadi tidak ada masalah apabila Yang Xiao ingin mengakhiri nyawa Liu Zong dengan tangannya sendiri.
Yang Xiao memegang tombak di tangannya sambil berjalan ke arah Liu Zong. Dia bahkan tidak menyempatkan waktu untuk berbasa-basi, dan dengan satu langkah, dia berubah menjadi sambaran petir dan menusukkan tombak itu ke perut Liu Zong secara langsung. Petir penghancur menjalar di sekujur tubuh Liu Zong, tetapi serangan itu tidak langsung membunuhnya, menyebabkan tubuhnya bergetar hebat. Dia menatap ke arah Yang Xiao dengan tatapan mata putus asa dan frustrasi. Tidak lama lagi dia akan mati. Dia memiliki bakat yang luar biasa dan telah dikenal sebagai murid yang terhormat sejak hari pertama dia bergabung dengan Gunung Suci Xihua.
Liu Zong teringat saat dia bertarung melawan seorang senior, yang telah mengalahkannya karena senior itu berada di tingkat Plane yang lebih tinggi darinya, kemudian senior itu membual tentang kemenangannya. Kemarahan menguasai dirinya dan dia mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk membunuh senior tersebut. Tidak ada satu-pun dari gurunya yang menegurnya dan mereka menjadikannya sebagai murid mereka, yang semakin membuat namanya terkenal. Sejak saat itu, tidak ada seorang-pun di Gunung Suci Xihua yang berani menindasnya. Dia memiliki status tak tertandingi dan ambisinya tumbuh semakin besar. Dia ingin menciptakan sebuah era baru untuk Gunung Suci Xihua dan menyatukan seluruh penjuru Negeri Timur, kemudian menjadi sosok terkuat di Sembilan Negara. Semua gurunya mengakui ambisinya dan mereka berusaha sebaik mungkin untuk membimbingnya. Namun, seorang pemuda bernama Ye Futian telah muncul di Sembilan Negara, dan menjadi sosok yang tak tertandingi di Sembilan Negara.
Hari ini, dia telah membawa pasukan dengan tujuan untuk membunuh Ye Futian, namun dia meninggal dunia bahkan sebelum Ye Futian terluka. Bai Luli dan Gu Dongliu adalah sosok yang luar biasa, tetapi dia tidak bisa memahami bagaimana mereka bisa membunuhnya.
"Liu Zong, apakah itu terasa sakit?" Yang Xiao memutar senjatanya di tubuh Liu Zong, yang merupakan sebuah bukti seperti apa kebencian yang dimilikinya terhadap Liu Zong. Dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat istrinya dan adik-adik juniornya menjadi korban dalam matriks pengorbanan dan meninggal dunia di dalam Kuburan Pedang Nether. Hatinya terasa sangat sakit. Dia rela melakukan apa-pun agar Liu Zong bisa merasakan hal yang sama.
Liu Zong menatap ke arah Yang Xiao dan darah terus mengalir dari mulutnya. Tiba-tiba dia menyeringai dengan sinis. Kemudian dia berkata dengan suara serak, "Sang pemenang berhak memiliki segalanya. Istri dan adik-adik juniormu hanya sekedar pion bagiku. Kematian mereka tidak pantas untuk ditangisi."
"Kalau begitu, bagaimana denganmu?" Yang Xiao berteriak dengan penuh amarah, sambil memutar tombak di tangannya lagi. Kekuatan yang mengerikan bergejolak di udara dan aura Liu Zong semakin melemah.
"Aku tidak kalah darimu. Aku kalah...karena kalian bertiga mengeroyokku. Sayang sekali...aku tidak sempat bertarung melawan Ye Futian." Liu Zong memandang ke arah Ye Futian. Dia berniat untuk membunuh Ye Futian dengan tangannya sendiri.
"Kau tidak pantas bertarung melawannya," ujar Gu Dongliu dengan nada dingin.
"Oh ya?" Liu Zong menatap ke arah Gu Dongliu.
"Kau memang tidak pantas melawannya," ujar Bai Luli dengan nada datar. Meskipun Liu Zong memang kuat, dia masih ingat hari dimana dia pergi meninggalkan Istana Holy Zhi. Pertempuran yang dia jalani saat itu membuatnya benar-benar kehabisan kata-kata.
"Memangnya kalian siapa, berani sekali mengatakan bahwa aku tidak pantas bertarung melawan Ye Futian?" Liu Zong berteriak. Tatapan matanya dipenuhi dengan amarah meskipun dia sudah semakin dekat dengan kematian, tampaknya dia merasa sangat marah.
"Tujuh tempat suci bersekutu hanya untuk membunuhnya, namun kau, Liu Zong, justru tewas saat bertempur di sini. Jadi tentu saja, kau tidak layak melawannya," ujar Yang Xiao dengan sinis. Liu Zong merasa hatinya menjadi sedingin es.
"Matilah!" Yang Xiao berteriak dan petir penghancur menyambar. Dalam sekejap, tubuh Liu Zong hancur berkeping-keping, hingga akhirnya benar-benar menghilang. Murid dari tiga orang Saint di Gunung Suci Xihua telah tewas!
---
[1] Pohon Bodhi adalah pohon ara suci yang dikenal sebagai 'Pohon Bo', dimana Siddharta Gautama (sang Buddha) berhasil mendapatkan pencerahan (Bodhi) di bawah pohon tersebut.