Legenda Futian

Hanya Aku yang Boleh Menindasmu



Hanya Aku yang Boleh Menindasmu

2Semua orang yang berada di medan perang yang luas itu menghentikan pertempuran masing-masing dan mengalihkan pandangan mereka ke arah Ye Futian. Setiap Saint yang telah melewati bencana divine pasti serangan mereka diperkuat oleh hukum dari Jalur Agung.     

Saint Zhi—ketua Saint dari Tebing Zhisheng—telah naik ke tingkat kedua dari Tangga Jalur Divine, yang membuatnya menjadi sosok yang sangat tangguh. Dia berada di posisi ke-30 dalam Peringkat Saint, jadi tidak ada seorang-pun yang mengira bahwa dia akan mengorbankan nyawanya untuk membunuh Ye Futian.     

Jejak telapak tangan berdarah itu menutupi langit, dan dengan disaksikan oleh para kultivator yang tak terhitung jumlahnya, dia terus mengerahkan serangannya pada sang Kepala Desa, yang telah berubah bentuk menjadi sebilah pedang. Langit seolah telah runtuh bersama dengan jejak telapak tangan tersebut. Darah menodai telapak tangan Saint Zhi, namun dia terus melancarkan serangannya seolah dia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Dia sudah tidak peduli dengan nyawanya sendiri sehingga luka ringan seperti apa-pun tidak akan mengganggunya.     

Dia harus melihat Istana Holy Zhi hancur bersamanya sebelum dia akhirnya meninggal dunia. Selain itu dia harus membunuh Ye Futian, Yu Sheng, Yaya, dan Hua Jieyu. Tidak peduli apa yang akan terjadi nantinya, Istana Holy Zhi harus dihancurkan.     

Ye Futian dan rekan-rekannya tampak tak berdaya di hadapan jejak telapak tangan tersebut. Meskipun mereka memang tak tertandingi di antara para kultivator di bawah Saint Plane, namun orang yang ingin membunuh mereka adalah seorang Saint. Mereka melihat Yu Sheng memancarkan kekuatan iblis yang mengerikan dan kuncir ekor kuda Yaya mengendur, yang membuat rambutnya berkibar di udara. Mereka juga melihat Hua Jieyu berubah bentuk menjadi seorang permaisuri, berusaha untuk menangkis jejak telapak tangan yang diarahkan ke bawah itu dengan menggunakan kekuatan telekinesis miliknya.     

Mereka juga melihat Ye Futian memancarkan cahaya yang menyilaukan; cahaya yang sebelumnya telah ditahan oleh Ye Futian agar tidak terpancar keluar. Dia berdiri di tempatnya seperti seorang kaisar dan menyatu dengan Tombak Ruang dan Waktu saat dia melancarkan serangan seolah-olah dia hendak menusuk langit.     

*Boom* Suara gemuruh yang keras terdengar saat jejak telapak tangan itu tiba di hadapan mereka. Yaya memegang pedang suci di tangannya saat jejak telapak tangan itu menghantam mereka. Rambutnya berkibar saat aura pedang yang tak terbatas miliknya terkoyak, yang kini berbalik dan menusuk tubuhnya.     

Yu Sheng memegang kapak perang di tangannya dan tubuhnya yang seperti iblis mengayunkan kapaknya ke arah jejak telapak tangan tersebut. Kapak itu langsung dipantulkan kembali ke tubuhnya sendiri. Namun, dia tetap berdiri tegak di tempatnya, sambil mengerahkan kedua telapak tangannya pada jejak telapak tangan itu, berusaha mencegahnya agar tidak terus bergerak ke bawah. Rentetan suara gemuruh yang keras terdengar saat tubuh iblisnya terkikis sedikit demi sedikit dan darah terlihat menetes dari tubuhnya.     

Kedua mata Hua Jieyu berubah menjadi mata iblis. Seolah-olah sepasang mata itu bukanlah matanya. Dia bergabung dengan bayangan di belakangnya dan membentuk satu sosok, yang langsung menciptakan sebuah badai spiritual yang mengerikan di udara, menahan semua kekuatan yang diarahkan pada mereka di area tersebut dan juga berusaha untuk mencegah jejak telapak tangan itu terus bergerak ke bawah. Sosoknya yang lemah itu tidak menunjukkan rasa takut saat dia menerjang ke atas langit bersama dengan badai spiritual di sekitarnya.     

*Boom* Tombak Ruang dan Waktu di tangan Ye Futian menghantam bagian tengah dari jejak telapak tangan itu dengan kekuatan yang tak terbatas seolah-olah dia bermaksud untuk mengoyak jejak telapak tangan itu hingga hancur berkeping-keping. Namun, serangan itu hanya mampu membentuk sebuah retakan kecil sebelum Ye Futian merasa seolah-olah dia akan dilumatkan oleh serangan tersebut. Semua organ dalamnya terasa seperti berada di ambang kehancuran.     

Suara gemuruh terus menerus terdengar dan kekuatan dari Jalur Agung terus dikerahkan pada mereka. Namun, kekuatan dari jejak telapak tangan itu sudah sangat melemah. Kepala Desa melancarkan serangan pada jejak telapak tangan itu dengan tubuh pedangnya, yang mampu mengurangi sebagian besar dari kekuatan jejak telapak tangan tersebut. Namun, serangan itu terbukti masih belum bisa menghentikannya. Tubuh mereka terjepit dan mereka memuntahkan darah saat tubuh mereka terus menerima efek serangan tersebut. Saint Zhi tidak berniat untuk membiarkan mereka keluar dari medan pertempuran ini hidup-hidup.     

Kedua mata Hua Jieyu yang terlihat seperti mata iblis memandang ke arah Ye Futian. Sebelumnya, matanya tampak berkaca-kaca dan auranya sepertinya mulai terbakar. Kekuatan langit yang tak terbatas mengalir ke dalam tubuhnya. Sebuah kekuatan yang bukan miliknya terpancar.     

"Saya mengorbankan tubuh saya sendiri sebagai tumbal untuk mendapatkan aura milik sang permaisuri." Suara yang terdengar serius dan putus asa terucap dari mulut Hua Jieyu dan kekuatan dari Jalur Agung tampaknya akan terpancar dari tubuhnya. Seberkas kekuatan kaisar yang tak tertandingi menyebar di udara, bahkan tatapan matanya tampaknya telah berubah, menjadi tatapan mata yang tidak peduli dengan apa-pun di sekitarnya saat dia melihat ke atas langit.     

Auranya berfungsi sebagai pemicu dan tubuhnya sebagai tumbal untuk mendapatkan aura sang permaisuri. Aura itu memicu munculnya bencana dari Jalur Agung yang berada di atas langit. Hua Jieyu terus berusaha menahan jejak telapak tangan itu saat tubuh dan auranya terbakar. Dia memanggil bencana divine saat dia terus bergerak ke atas, menghancurkan jejak telapak tangan itu sedikit demi sedikit.     

"Pergilah ke neraka!" Saint Zhi berteriak dengan penuh amarah saat dia terus menekan serangannya ke bawah, dia telah menyerahkan segalanya hanya untuk membunuh sosok-sosok yang berada di depannya ini.     

Tubuh Yaya sepertinya telah terkoyak oleh bilah-bilah pedang saat cahaya pedang yang tak berbatas terpancar dari tubuhnya. Dia berbalik dan melihat sosok Ye Futian dan Hua Jieyu, lalu dia berkata pada dirinya sendiri, "Kakak Ye, Yaya pergi dulu." Cahaya pedang yang menyilaukan bersinar dengan tubuh Yaya sebagai titik pusatnya begitu dia selesai berbicara. Sebuah diagram pedang yang berukuran sangat besar muncul di depan jejak telapak tangan tersebut. Tiba-tiba, bilah-bilah pedang yang tak berbatas muncul di udara. Setiap pedang milik pendekar pedang yang tak terhitung jumlahnya di medan perang berdentang dan melesat dari tangan pemiliknya, bergerak menuju ke arah Yaya.     

Banyak orang tampak tercengang saat mereka menyaksikan pemandangan yang menakjubkan itu, mereka bisa merasakan pikiran mereka terguncang. Saat ini, para Saint akhirnya telah tiba di medan pertempuran tersebut. Baik Saint Li maupun Saint Jiang berada di sana, memenuhi area itu dengan kekuatan Saint. Namun, rambut gadis yang tidak mengenakan alas kaki itu terus berkibar dengan kencang. Aura pedang yang tak berbatas terpancar dari tubuhnya saat beberapa perubahan mulai terlihat darinya. Bahkan wajah dan auranya sepertinya telah berubah. Meskipun wajah Yaya masih terlihat seperti biasanya, dia tampak seperti telah tumbuh dewasa dalam waktu singkat, dan tubuhnya dipenuhi dengan kekuatan Saint. Tatapan matanya tertuju pada Saint Zhi yang berada di udara, kedua matanya dipenuhi dengan kesombongan yang luar biasa dan keinginan membunuh yang dingin.     

*Boom* Jejak telapak tangan itu akhirnya dihancurkan oleh serangan dari kekuatan spiritual serta aura pedang. Bilah-bilah pedang yang tak terhitung jumlahnya di udara bergabung menjadi sebilah pedang, yang dihiasi dengan kilatan pedang yang mampu membunuh segalanya.     

Pedang itu terbang di udara dan Saint Zhi membelalakkan matanya. Setelah itu, seberkas kilatan pedang menembus tubuhnya. Tubuh Saint Zhi langsung hancur hingga tak bersisa. Dalam sekejap, roh dan pikirannya telah menghilang. Sang ketua Saint dari Tebing Zhisheng benar-benar telah menjadi debu, yang tersebar di seluruh penjuru langit dan bumi.     

Tidak lama kemudian, aura pedang yang menjulang tinggi itu menghilang dan tubuh gadis itu jatuh tak berdaya. Pedang suci muncul di bawah tubuh gadis itu, menangkap dan membawa tubuhnya di udara. Kepala Desa berlutut dan bersujud di udara. Air mata terlihat di matanya yang sudah tua. Tidak diketahui apakah itu adalah air mata karena menghilangnya Yaya atau karena kembalinya tuannya, atau bahkan mungkin keduanya.     

Tubuh Yu Sheng yang seperti iblis jatuh dari udara dan hal yang sama juga menimpa Ye Futian. Darah terus mengalir dari mulutnya saat matanya yang berlinang air mata memandang ke arah Hua Jieyu dan Yaya.     

"Tidak," ujarnya, suaranya terdengar serak. Hatinya terasa sangat sakit. Alasan mengapa dia begitu perhatian pada Yaya dan menganggapnya seperti adiknya sendiri adalah karena dia sudah lama menduga bahwa seperti inilah akhir riwayat dari Yaya. Akhir dari gadis bernasib malang itu.     

Sekarang dugaannya menjadi kenyataan. Yaya sudah pergi. Sosok yang menggantikannya mungkin adalah Yaya atau mungkin Pendekar Nether, yang pernah terkenal di seluruh dunia. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Hua Jieyu dan hatinya terasa seperti terkoyak.     

Tubuh Hua Jieyu terus terbakar, mulai menghilang sedikit demi sedikit. Sama seperti Ye Futian, dia jatuh tak berdaya dan berbalik dengan susah payah. Mata iblisnya menjadi jernih seolah-olah dia sudah sadar kembali. Matanya berkaca-kaca, namun terdapat sebuah senyuman lebar di dalamnya.     

Akhirnya semua ini telah berakhir.     

Saint Zhi sudah mati dan para Saint berada di sekitar mereka. Tidak ada seorang-pun di seluruh penjuru Sembilan Negara yang bisa membunuhnya.     

Bukankah ini adalah sebuah akhir yang indah?     

Namun, aura kaisar miliknya terus terbakar, dan Kaisar Xia... dia berharap sang kaisar akan membuat pengecualian kali ini.     

*Boom* Tubuh Ye Futian mendarat di permukaan tanah. Dia mengulurkan tangannya yang gemetar, berusaha menangkap tubuh Hua Jieyu yang terjatuh. Tubuhnya sangat ringan seolah-olah dia tidak memiliki berat badan, terus menghilang sedikit demi sedikit.     

"Jieyu." Hati Ye Futian terasa sangat sakit. Dia mendongak dan berteriak, "Senior Saint Jiang."     

Saint Jiang menatap ke bawah dan tetap berdiri di tempatnya. Sudah terlambat.     

Senyuman terus menghiasi mata Hua Jieyu. Dia mengulurkan tangannya, berniat untuk membelai wajah Ye Futian saat dia berkata, "Kurasa aku tidak bisa menjadi permaisurimu."     

"Tidak," Ye Futian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak setuju." Cahaya berwarna hijau batu giok yang tak berbatas menyinari tubuh Hua Jieyu tapi cahaya itu tidak berpengaruh apa-apa. Tubuhnya terlihat semakin samar.     

"Ingatlah, istrimu yang berikutnya tidak boleh orang yang menyebalkan sepertiku. Sosok yang akan menjadi permaisurimu haruslah wanita yang tak tertandingi, bahkan di seluruh penjuru langit." Sosok Hua Jieyu yang terlihat samar terus tersenyum, tapi entah bagaimana, dia juga terus menangis.     

"Aku berjanji padamu, hanya kau yang akan menjadi permaisuriku."     

"Kau sangat bodoh." Kemudian Hua Jieyu berkata dengan lembut, "Tapi berjanjilah padaku, jangan biarkan calon istrimu menindasmu, karena aku satu-satunya yang boleh melakukan hal itu di dunia ini."     

"Ya, hanya kau yang boleh menindasku." Ye Futian menangis.     

"Bagus, sekarang aku bisa berisitirahat dengan tenang. Tapi entah mengapa, meskipun sudah tidak memiliki hati, mengapa aku masih bisa merasakan sakit hati. Apakah roh juga bisa menangis?" Sosoknya terlihat semakin samar, namun air mata di wajahnya masih terlihat dengan jelas.     

Cahaya yang tak berbatas berputar-putar di sekitar tubuh Hua Jieyu. Dia bisa merasakan sebuah kekuatan tak berbentuk memanggilnya.     

Apakah dia sedang dipanggil oleh malaikat maut?     

"Berjanjilah padaku, tetaplah hidup." Sosoknya yang samar akhirnya menghilang ke udara.     

"Tidak..." Ye Futian berusaha meraih sisa-sisa dari sosok Hua Jieyu, tetapi dia segera menyadari bahwa tangannya tidak meraih apa-pun. Dia menyaksikan dengan tatapan putus asa saat Hua Jieyu berubah menjadi seberkas cahaya dan melesat ke atas langit. Lengan Ye Futian gemetar. Matanya dipenuhi dengan keputusasaan yang luar biasa.     

Suasana medan perang menjadi sunyi senyap. Semua orang menatapnya. Sebuah lentera teratai terus menyala di udara. Satu sosok samar muncul di sekitar lentera tersebut, dan sosok itu sangat cantik. Dia menatap ke arah Ye Futian, yang terlihat putus asa, saat air mata mengalir di wajahnya yang sempurna itu. Dia berbalik dan melihat sosok yang berada di kejauhan itu dan tubuhnya juga terbakar. Kemudian lentera teratai yang tak terhitung jumlahnya terbang ke udara.     

Salah satu lentera terbang ke sisi Ye Futian dan sebuah suara terdengar di dalam pikirannya: "Aku pernah menjadi sebuah lentera di hadapan sang Buddha. Hidupku jadi tak menentu sesuai dengan takdir yang kumiliki. Aku akan melindungi Jieyu untukmu." Dia bisa mendengar suara Hua Qingqing yang lembut dan Ye Futian menyaksikan saat cahaya sang Buddha melesat ke atas langit. Dia tidak dapat memahami maksud dari ucapan Hua Qingqing, karena saat ini dia tidak bisa merasakan apa-pun kecuali rasa sakit di dalam hatinya.     

"Perang ini telah berakhir." Saint Xia menatap semua orang di medan perang dengan ekspresi dingin di wajahnya. Saint Zhi telah melanggar peraturan dan melukai Ye Futian serta kultivator lainnya. Seharusnya dia dieksekusi, tetapi saat ini dia sudah binasa.     

"Saya tidak setuju." Sebuah suara sedingin es terdengar di suatu tempat. Saint Xia melihat ke bawah dan menyaksikan Ye Futian berdiri dari tempatnya. Cahaya kaisar yang menyilaukan terpancar ke atas langit. Tubuhnya terbakar, dan sepertinya keinginan membunuhnya juga terbakar!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.