Sepucuk Surat dari Kakak Ketiga
Sepucuk Surat dari Kakak Ketiga
Di dalam hutan bambu di sekitar kediaman Mingyue di Gunung Crouching Dragon, terdengar suara guqin yang sedang dimainkan. Ye Futian masih memainkan guqin, dan dia masih memainkan Lagu Ukiyo. Saat ini, kedua mata Ye Futian terpejam, seolah-olah dia sedang berkonsentrasi tinggi. Spiritual Qi di area itu tampaknya telah berhenti bergerak, dan segala sesuatu menjadi lebih jelas dari sebelumnya di mata Ye Futian.
Zhuge Mingyue berjalan di belakang Ye Futian. Saat dia melihat ke sekelilingnya, dia bisa merasakan perubahan Spiritual Qi disini. Kemudian dia duduk dengan tenang di sebuah bangku yang terbuat dari bambu. Dia suka mendengarkan adik juniornya memainkan guqin, terutama ketika dia memainkan Lagu Ukiyo. Lagu itu memiliki sebuah konsepsi artistik yang sangat mendalam. Lagu ini membuat orang-orang yang mendengarnya seperti menyaksikan dunia ini dari atas, menggambarkan dunia yang luas ini melalui alunan musik dan membawa jiwa kepahlawanan yang luar biasa. Meskipun dia tidak memiliki ambisi yang tinggi sebagai seorang wanita, dengan mendengarkan permainan guqin dari adik juniornya itu membuatnya merasa nyaman. Menjadi sosok terkemuka adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh adik juniornya, seperti gambaran yang ditunjukkan oleh lagu itu.
Di dalam pikiran Ye Futian, segala sesuatu yang berada di sekitarnya terlihat lebih jelas dari sebelumnya. Spiritual Qi dari berbagai macam elemen bahkan tidak tampak seperti Spiritual Qi lagi. Sebaliknya, mereka nyaris terlihat seperti hembusan angin, kobaran api, dan sambaran petir yang sesungguhnya. Elemen-elemen itu memiliki ritme tersendiri, yang membentuk bagian dari dunia yang lebih besar. Dia seperti bisa melihat bentuk dari angin, yang berhembus dalam garis-garis bergelombang yang tidak teratur di seluruh area tersebut. Dia seperti bisa melihat warna dari petir. Seolah-olah dia sedang berada di sebuah dunia yang berbeda.
Saat itu, Ye Futian merasa bahwa jika dia mengarahkan auranya, dia akan mampu mengubah lintasan dari hembusan angin, atau kekuatan dari sambaran petir. Dunia yang dia rasakan saat ini tampaknya terlihat lebih jelas daripada dunia yang dia kenal sebelumnya.
Suara guqin yang dimainkan oleh Ye Futian tidak berhenti. Spiritual Qi yang berada di sekitarnya berkumpul ke arahnya tanpa henti, dan Energi Spiritual miliknya menyebar semakin jauh, sepertinya ikut membawa alunan musik guqin itu lebih jauh juga.
Zhuge Mingyue, yang berada di sebelah Ye Futian, mengangkat kepalanya untuk menatapnya. Kedua matanya berbinar sebelum akhirnya dia tersenyum lebar. Lebih dari setengah tahun yang lalu, Ye Futian telah menjadi Noble kelas atas di Kota Alkimia, dan sekarang, ada tanda-tanda bahwa dia akan menerobos ke tingkat Plane berikutnya dengan bantuan dari Energi Spiritualnya. Tidak lama lagi dia akan menjadi seorang Noble kelas dua. Selama beberapa bulan terakhir, Energi Spiritual milik Ye Futian telah tumbuh semakin kuat setelah dia memainkan guqin setiap hari.
Akhirnya, permainan guqinnya berhenti, dan Spiritual Qi yang berada di sekitarnya juga berhenti mengalir ke tubuhnya. Ye Futian membuka matanya dan ia terlihat sangat tenang. Tidak ada tanda-tanda kegembiraan setelah berhasil menerobos satu tingkat Plane. Besok adalah hari dimana Kakak Kedua akan bertunangan dengan Bai Luli, dan sampai sekarang, dia masih tidak tahu apa yang harus dilakukan. Selain itu, tidak ada berita dari Kakak Ketiga, bahkan hingga detik ini.
"Ada apa? Bukankah menerobos ke tingkat Plane berikutnya seharusnya membuatmu merasa bahagia?" tanya Zhuge Mingyue sambil tersenyum.
"Aku telah menerobos tingkat Plane berikutnya dengan Energi Spiritualku dan menjadi seorang Noble kelas dua, tetapi apa gunanya hal itu sekarang?" jawab Ye Futian, sambil tersenyum masam pada Zhuge Mingyue. Biasanya, ia akan merasa sangat gembira dengan perkembangannya ini, mengingat bagaimana terobosan ini tidak hanya menghasilkan Energi Spiritual yang lebih kuat dari sebelumnya, tetapi ia mendapatkan pemahaman yang lebih besar dalam memahami hukum alam. Kini dia sudah sangat dekat dengan tujuannya, dan dia juga menjadi jauh lebih kuat dari sebelumnya. Tapi itu tidak cukup. Peristiwa yang mereka hadapi saat ini terjadi terlalu cepat, dan Ye Futian tidak siap untuk menghadapinya.
"Kakak Kedua," Beitang Xing'er memanggilnya, sambil berjalan menuju mereka berdua. Zhuge Mingyue dan Ye Futian menoleh untuk melihatnya.
"Ada apa, Xing'er?" tanya Zhuge Mingyue.
"Seseorang mengirim sepucuk surat untuk adik junior," jawab Beitang Xing'er. Memang menarik ketika mengetahui bahwa seseorang jauh-jauh mengirimkan sepucuk surat hingga ke kediaman Keluarga Zhuge di Gunung Crouching Dragon, ditambah lagi surat itu ditujukan untuk Ye Futian.
"Aku akan memeriksanya." Kilatan tajam terlintas di kedua mata Ye Futian, kemudian dia berjalan menghampiri Beitang Xing'er untuk mengambil surat itu darinya.
Surat itu disegel, dan ketika orang itu meminta penjaga memberikan surat itu kepada Ye Futian, penjaga dari Keluarga Zhuge itu tidak berani membukanya. Bagaimanapun juga, sekarang Ye Futian adalah sosok terkenal di Negeri Barren, dan semua orang tahu bahwa dia adalah adik junior dari Nona Muda Kedua. Karena itulah, surat itu bisa tiba di tangan Ye Futian dengan mudah, tanpa perlu mengalami kesulitan.
Ye Futian membuka surat itu sebelum akhirnya ia melihat sederet kata-kata yang ditulis dengan elegan di atasnya. Tetapi ketika dia membaca isi surat itu dengan benar, jantungnya berdegup kencang dan dia merasa sangat gelisah. Isi dari surat itu sederhana. Orang itu telah menulis, 'Maaf, aku tidak bisa memenuhi janji yang kubuat untukmu di masa lalu. Jaga dirimu baik-baik."
Terdapat sebuah kata di bagian akhir dari surat itu: 'Gu.'
Ye Futian tahu bahwa surat ini bukan untuknya, tetapi untuk Kakak Kedua. Dan orang yang menulis surat ini tidak lain adalah Kakak Ketiga. Dia telah tiba disini, tetapi dia tidak siap untuk mendaki Gunung Crouching Dragon.
Kenapa dia melakukan hal seperti ini? Ye Futian bertanya-tanya sebelum sebuah pemikiran muncul di kepalanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Kakak Ketiga?
Kakak Ketiga bukan seorang pengecut. Orang-orang dari Pondok, bahkan Wilayah Barren Timur mengetahui bahwa Gu Dongliu, murid ketiga dari Pondok adalah orang yang tidak akan mundur bahkan ketika dia menghadapi tantangan terberat. Tapi sekarang, ketika hari pertunangan antara Bai Luli dan Kakak Kedua semakin dekat, Kakak Ketiga malah meninggalkan sepucuk surat ini padanya.
Ketika menyadari perubahan ekspresi di wajah Ye Futian, Zhuge Mingyue bertanya, "Adik junior, surat dari siapa itu?" Ketika dia bertanya, dia juga mulai berjalan menghampiri Ye Futian. Tangan Ye Futian sedikit gemetar. Dia benar-benar tidak ingin menunjukkan surat ini kepada Kakak Kedua. Tapi dia juga tidak bisa menyembunyikannya.
Akhirnya, Zhuge Mingyue juga membaca isi surat tersebut. Pada saat itu, Ye Futian dapat merasakan dengan jelas hawa dingin yang terpancar dari Kakak Kedua.
Zhuge Mingyue tiba-tiba tertawa. Ye Futian tidak tahu mengapa dia tertawa, tapi jelas itu bukan suara tawa yang normal.
"Apakah orang yang mengirim surat itu masih berada disini?" Zhuge Mingyue bertanya pada Beitang Xing'er.
"Kata mereka dia masih berada di sekitar sini," jawab Beitang Xing'er.
Zhuge Mingyue tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia meletakkan satu jarinya ke arah mulut dan menggigitnya sebelum akhirnya menulis satu kata pada surat itu: 'Baiklah.'
"Kakak." Hati Ye Futian berdebar kencang saat melihat kata yang baru saja ditulisnya dengan darah itu. Dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Kakak Kedua dan ia juga tidak akan bisa mengetahuinya. Tapi dia bisa merasakan bahwa surat dari Kakak Ketiga ini merupakan sebuah langkah yang sangat kejam baginya. Tidak peduli apa-pun yang telah terjadi padanya, Kakak Ketiga seharusnya tidak mengirim surat seperti ini.
Ye Futian berpikir bahwa ucapan Kakak Kedua memang benar adanya. Mungkin Kakak Ketiga benar-benar seorang idiot.
"Kembalikan surat ini padanya," Zhuge Mingyue memberi perintah dengan tenang sebelum dia pergi meninggalkan tempat tersebut. Dia tidak mengatakan sepatah kata-pun, ia juga tidak menunjukkan tanda-tanda kesedihan. Dia terlihat begitu tenang, hingga pada akhirnya ketenangannya itu justru terlihat mengerikan.
Beitang Xing'er tampak terkejut. Dia menatap ke arah Zhuge Mingyue sebelum melihat ke arah Ye Futian.
"Aku yang akan mengirimkan surat ini," Ye Futian mengajukan diri, sebelum pergi meninggalkan hutan bambu bersama Beitang Xing'er. Mereka pergi menuju ke kaki Gunung Crouching Dragon untuk bertemu dengan orang yang telah mengirimkan surat itu. Dia adalah orang biasa dengan tingkat kultivasi yang sangat rendah.
"Namaku Ye Futian, penerima dari surat ini, tolong bawa aku untuk menemui pengirim dari surat ini," ujar Ye Futian.
"Tuan Ye, dia berkata bahwa jika ada orang yang mengikuti saya, dia tidak akan muncul," jawab orang itu.
'Bahkan dia juga menghindariku,' Ye Futian bertanya-tanya pada dirinya sendiri, sambil memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Kakak Ketiga sehingga dia menghindarinya dengan sengaja dan hanya mengirimkan sepucuk surat, terlebih lagi isi surat itu sangat tidak berperasaan.
Pria yang mengantarkan surat itu jelas tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia bahkan tidak tahu untuk siapa identitas dari pengirim surat itu, dan Ye Futian merasa yakin bahwa jika dia mengikuti pria itu, Kakak Ketiga memiliki kemampuan untuk bersembunyi darinya.
Setelah terdiam sejenak, dia menyerahkan surat tersebut kepada pria itu dan berkata, "Tolong katakan kepada pengirim surat ini ini: Dia sudah menunggumu selama hampir enam tahun. Kami hanya memintamu untuk datang kemari."
"Baik, tuan muda." Pria itu mengambil surat tersebut dan pergi. Ye Futian menyaksikan sosok yang menghilang ke kejauhan itu sebelum akhirnya ia menarik napas panjang. Dia hanya bisa berharap agar Kakak Ketiga mempertimbangkan kembali keputusannya.
Di kediaman Mingyue, Xue Ye, Luo Fan, dan yang lainnya sudah mendengar informasi tersebut, dan mereka muncul di hadapan Ye Futian.
"Kakak Ketiga mungkin sedang berada dalam masalah," ujar Ye Futian kepada mereka. Jika Kakak Ketiga menolak untuk mengunjungi kediaman Keluarga Zhuge atau menemui mereka, itu pasti bukan karena dia takut sesuatu akan terjadi padanya. Hanya ada satu kemungkinan yang tersisa—Kakak Ketiga melakukan hal ini untuk mempertimbangkan keselamatan dari Kakak Kedua.
Masalah apa-pun yang sedang dialami oleh Kakak Ketiga bisa jadi adalah masalah yang sangat penting apabila dia merasa khawatir bahwa Kakak Kedua akan ikut terseret ke dalamnya. Xue Ye, Luo Fan, dan yang lainnya tidak mengatakan apa-apa, mereka tidak tahu harus berkata apa. Masalah ini sudah cukup untuk membuat mereka pusing. Dan Kakak Ketiga akhirnya telah muncul hanya untuk mengirim sepucuk surat yang berisi kata-kata yang tak berperasaan.
"Aku akan pergi menemui Kakak Kedua," ujar Ye Futian, kemudian ia pergi menuju ke tempat tinggal Zhuge Mingyue. Sambil berdiri di luar, dia memanggilnya, "Kakak Kedua."
"Adik junior, aku sedang beristirahat sekarang," jawab Zhuge Mingyue.
"Kakak Kedua, ini sangat penting," ujar Ye Futian. Terdapat keheningan untuk beberapa saat sebelum Zhuge Mingyue muncul, ia mengenakan sebuah gaun berwarna putih yang sederhana. Masih tidak terlihat tanda-tanda kesedihan di wajahnya.
"Kakak Kedua, kau telah mengetahui bahwa aku memiliki beberapa rahasia yang dapat dikaitkan dengan latar belakangku sendiri, tetapi aku harus berhati-hati pada siapa aku menceritakan hal ini karena identitasku bisa menjadi sebuah masalah yang serius," ujar Ye Futian. Hanya beberapa orang yang mengetahui tentang rahasianya. Beberapa murid dari Pondok mengetahuinya, tetapi hingga detik ini, mereka tidak tahu kebenarannya secara lengkap.
"Apakah Paman Zhuge bisa dipercaya?" tanya Ye Futian. Dari perbincangan terakhirnya dengan pria itu, meskipun Ye Futian tidak sepenuhnya setuju dengan semua yang dikatakan oleh pria itu, dia masih memiliki kesan yang baik terhadap Zhuge Qingfeng. Namun, dia masih tidak tahu pasti orang seperti apa Zhuge Qingfeng sebenarnya. Zhuge Mingyue adalah putrinya, jadi tentu saja, dia lebih mengenalnya daripada Ye Futian.
"Apa yang sedang kau rencanakan?" Zhuge Mingyue menatap ke arah Ye Futian. "Jika rencanamu ini akan membuatmu dalam bahaya, maka hentikan pembicaraan ini sekarang."
"Tapi dalam situasi seperti ini, jika kita benar-benar ingin menentang kehendak dari semua orang ini, bukankah kita tetap saja berada dalam bahaya?" Ye Futian mendesaknya. Zhuge Mingyue menatap ke arah Ye Futian. Dia terkekeh. "Menurutku dia pernah melakukan beberapa kesalahan, tetapi setidaknya kepribadiannya cukup baik, dan dia masih peduli tentang kehidupan putrinya."
Ye Futian memahami maksud dari kata-kata Zhuge Mingyue barusan, dan ia menjawab, "Terima kasih Kakak. Kalau begitu, ayo kita pergi."
"Baiklah," jawab Zhuge Mingyue, sambil berjalan menghampiri Ye Futian dan mengacak-acak rambutnya. Ye Futian tampak cemberut tapi dia tidak mengatakan apa-pun, dan keduanya pergi meninggalkan tempat itu bersama-sama.