Kemudian, Dia Meninggal Dunia
Kemudian, Dia Meninggal Dunia
Ekspresi Ye Futian terlihat kesal. Gadis yang berada di depannya ini bertindak seenaknya sendiri di jalanan umum, menyebabkan orang-orang yang lewat memberi jalan untuknya. Tindakan ini sangat tidak sopan. Namun, orang-orang yang lewat sepertinya sudah bisa menebak identitas dari gadis tersebut. Mereka tidak merasa kesal dan hanya menyaksikan pemandangan itu dengan tenang. Lagipula, sangat sulit untuk melihat gadis itu di tempat seperti ini. Tidak ada yang mengira bahwa gadis itu akan muncul di wilayah pusat Kota Langit Suci.
"Tuan, bagaimana aku sebaiknya memanggilmu?" seorang pria paruh baya di samping Ye Futian tiba-tiba bertanya.
"Ye Futian."
"Tuan Ye, aku benar-benar minta maaf untuk hal ini," orang itu meminta maaf. "Gadis itu dihukum oleh ibunya, dan karena itu ia sedang dalam suasana hati yang buruk. Aku harap kau tidak akan menyalahkannya. Mungkin dia akan menyinggungmu lagi sewaktu-waktu. Anggap ini sebagai imbalan."
Pria itu mengambil sebuah peralatan ritual yang berbentuk kemeja. Kemudian, pria paruh baya itu dengan sengaja mengaktifkan peralatan ritual tersebut, membuat kemeja itu memancarkan cahaya yang samar. Ye Futian dapat merasakan kekuatannya; kemeja itu sebenarnya adalah sebuah peralatan ritual pertahanan tingkat Noble.
Hal ini menyebabkan ekspresi aneh muncul di wajah Ye Futian. Sikap mereka ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan pengalaman yang ia alami sebelumnya.
Ye Futian tidak ingin menginap di sebuah penginapan yang mahal dan ia bahkan dihina oleh wanita di penginapan tersebut. Di sisi lain, pria paruh baya ini mengeluarkan sebuah peralatan ritual tingkat Noble dengan begitu santai.
"Senior, menurutmu orang macam apa aku ini?" Ye Futian berkata tanpa ekspresi, tapi dia sudah mengambil peralatan ritual tersebut. Lalu, dia melanjutkan kata-katanya dengan nada serius, "Namun, karena dia masih muda dan belum dewasa, aku tidak akan menyalahkannya untuk hal ini."
Ketika menyadari bahwa Ye Futian telah menerima peralatan ritual yang diberikan olehnya, pria paruh baya itu tersenyum dan berkata, "Terima kasih atas kerja samanya. Jika gadis itu bersikap kasar di masa depan, tolong maafkan dia. Aku akan memberikan imbalan lainnya padamu."
Ye Futian memutar matanya dan berkata, "Selama dia tidak bertindak keterlaluan." Saat ini, dia berpikir bahwa dia akan mentolerirnya bahkan jika gadis itu bertindak keterlaluan. Lagipula dia tidak memiliki apa-apa, dan hal ini ternyata cukup menguntungkan baginya.
"Meskipun gadis itu sering bersikap seenaknya, dia biasanya tidak akan melewati batas," ujar pria itu pada Ye Futian, sambil tersenyum. Dengan status yang mereka miliki, mereka tidak harus bersikap seperti ini. Namun, terdapat peraturan yang berlaku dalam keluarga ini. Jika gadis itu berperilaku seenaknya sendiri di luar dan menyinggung banyak orang, mereka tetap akan dihukum. Karena itu, dia harus menangani semuanya untuk gadis tersebut. Terlebih lagi, jika gadis itu terus bertindak sembrono, suatu hari gadis itu akan membawa bencana bagi seluruh keluarganya, jadi dia harus mengurus masalah seperti itu dengan cepat. Di masa depan, akan lebih baik bagi nyonya mereka untuk bertindak tegas terhadap perilaku gadis tersebut. Bagaimanapun juga, dia akan menjadi dewasa dan seharusnya tidak membuat ulah ketika mengalami suasana hati yang buruk.
Istana Barat di Kota Langit Suci adalah sebuah tempat yang sangat terkenal di kota ini.
Saat ini, Ye Futian dan yang lainnya telah tiba di tempat tersebut dan langsung masuk ke dalam Istana Barat. Di dalam Istana Barat, pemandangannya sangat indah dan elegan, dipenuhi dengan banyak bangunan dan rumah yang tertata rapi. Selain itu, terdapat sebuah bukit kecil dengan satu sisi bukit yang telah diratakan. Terdapat pula sebuah air terjun yang turun dari sana dan juga beberapa paviliun di atas bukit tersebut. Seluruh tempat itu terlihat seperti negeri dongeng.
Jika Ye Futian tidak melihatnya secara langsung, dia tidak akan percaya bahwa tempat itu adalah sebuah istana di sebuah kota. Tempat itu terlihat seperti berada di sebuah gunung.
Ye Futian dan yang lainnya berjalan ke arah kaki air terjun dan menatap ke arah bukit di atasnya, dimana terdapat seorang Tetua yang sedang duduk bersila. Terdapat sebuah teko di hadapannya dan saat ini dia sedang meminum teh. Tidak jauh darinya, terdapat sebuah guqin. Jelas bahwa dia adalah orang yang memiliki selera yang tinggi.
"Kakek Feng," gadis itu berteriak pada sang Tetua. Saat ini, Tetua itu sudah berdiri dari tempatnya. Sambil tersenyum, dia berkata, "Hei, kau sudah datang rupanya. Kau sudah lama tidak datang kemari."
"Saya sudah datang sekarang. Kakek Feng, bagaimana kabar anda?" ujar gadis itu dengan nada lembut. Sikap sombong yang dia miliki sebelumnya benar-benar telah menghilang.
"Aku baik-baik saja. Kemarilah," ujar Tetua tersebut. Gadis itu mengangguk dengan lembut dan mengendarai naga es ke atas air terjun, setelah itu dia berjalan ke arah Tetua tersebut.
"Kamu sudah tumbuh semakin besar. Waktu itu ketika kau datang kemari, kau masih anak-anak. Dalam sekejap mata, kau telah menjadi seorang gadis," ujar Tetua itu dengan tatapan mata yang terlihat ramah. "Aku dengar kau tidak senang dengan rencana ibumu?"
"Kakek Feng, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya tidak ingin meninggalkan rumah untuk berkultivasi," ujar gadis itu dengan nada suara yang menyedihkan.
"Kau akan mengalaminya cepat atau lambat. Lagipula kau pasti akan kembali. Seberapa jauh tempat itu jika lokasinya masih di dalam Kota Langit Suci? Lagipula, Istana Barat juga rumahmu, jadi berhentilah berpikir berlebihan. Kau tidak boleh menyia-nyiakan bakatmu," ujar Tetua itu.
"Baik," gadis itu mengangguk.
"Pergilah. Kau telah berkunjung kemari beberapa kali. Pergi dan pilihlah sebuah tempat sendiri. Jika kau menghadapi masalah, datanglah kemari untuk menemuiku," tambah Tetua tersebut. Gadis itu mengangguk pelan dan meninggalkan bukit tersebut. Sambil melirik tanpa ekspresi pada Ye Futian, dia berkata, "Ikutlah denganku."
Ye Futian membelalakkan matanya ke arah gadis itu, tetapi ketika ia memikirkan peralatan ritual yang akan dia dapatkan, dia tidak mengatakan apa-apa. Seorang pria yang hebat tidak akan berdebat dengan anak-anak.
Istana Barat berukuran sangat besar. Gadis itu memilih sebuah rumah dimana pemandangannya sangat luar biasa, sementara orang-orang yang mendampinginya akan tinggal di rumah-rumah di sampingnya. Ye Futian tidak bisa berkata-kata. Dia benar-benar merasa seperti orang tidak penting di tempat ini.
Saat itu, gadis tersebut seperti sedang memperhatikannya. Ekspresi aneh muncul di wajahnya yang masih remaja saat kedua matanya berbinar. Ketika menyadari bahwa gadis itu sedang menatapnya, ekspresi aneh muncul di wajah Ye Futian. Mengapa gadis itu memerintahkan anak buahnya untuk membawanya kemari?
"Apakah aku telah menyinggungmu?" Ye Futian bertanya, sambil menatap ke arah gadis itu.
Sambil mengangkat kepalanya, gadis itu memandang ke arah Ye Futian dan berkata, "Mengapa kau tertawa ketika bertemu denganku?"
"Apakah ada yang salah dengan hal itu?" ujar Ye Futian, sambil menatap ke arah gadis itu. "Apakah kau tidak pernah tertawa?"
"Aku tidak peduli. Jika aku menganggap tindakanmu salah, maka aku tidak menyukai tindakanmu itu," jawab gadis itu dengan acuh tak acuh.
"Aku..." Ye Futian ingin mengutuk gadis itu tetapi ia mengurungkan niatnya ketika dia melihat pria paruh baya yang berada di samping gadis itu memberikan tanda padanya dengan kedua matanya.
Ye Futian menatap ke arah pria paruh baya itu seolah-olah dia ingin mengingatkan pria itu untuk tidak melupakan imbalan yang akan diterimanya.
"Apakah kau tahu cara bermain guqin?" gadis itu bertanya.
"Ya, sedikit," Ye Futian mengangguk.
"Bagus. Kau bisa menjadi pendamping musikal untukku. Hidupku tidak akan begitu membosankan di masa depan." Gadis itu tersenyum nakal, sementara Ye Futian hanya memiliki ekspresi aneh di wajahnya. Pendamping musikal?
Dulu, dia pernah mendengar kata-kata ini. Seseorang di Kerajaan Cangye ingin menjadikannya sebagai pendamping musikal. Namun, kali ini yang merekrutnya adalah seorang gadis. Terlebih lagi, dia adalah seorang gadis kaya raya. Baru saja, Tetua itu mengatakan bahwa Istana Barat adalah rumahnya. Istana Barat ini sama megahnya dengan Paviliun Celestial.
Gadis itu memandang ke arah orang-orang yang mendampinginya dan berkata, "Baiklah, kalian semua sebaiknya kembali dan melaporkan hal ini. Aku akan fokus berkultivasi."
"Kami diminta untuk menjaga keselamatan anda," ujar pria paruh baya itu sambil membungkuk hormat.
"Hal buruk apa yang bisa terjadi padaku di Istana Barat? Aku tidak membutuhkan kalian disini." Gadis itu melambaikan tangannya seolah ingin mengusir orang-orang tersebut.
Mereka masih tidak bergerak.
"Baiklah, bantu aku menyiapkan guqin. Lalu kalian bisa pergi dan beristirahat." Gadis itu sepertinya tahu bahwa dia tidak akan berhasil mengusir mereka, jadi dia hanya meminta sesuatu yang tidak terlalu penting.
Seorang pelayan datang dan meletakkan sebuah guqin di rumah gadis itu, sementara pria paruh baya itu melipat tangannya dan membawa orang-orang pergi, hanya menyisakan dua orang wanita untuk menjaga gadis tersebut. Tentu saja, Ye Futian dan naga es itu juga berada disana. Naga es itu duduk melingkar dan beristirahat, naga itu terlihat malas.
Gadis itu duduk di depan guqin, setelah itu dia mulai bermain seorang diri. Alunan musiknya langsung menyebar dan ia sebenarnya cukup terampil. Namun, musiknya terdengar sedikit berantakan, jelas menunjukkan bahwa gadis itu tidak fokus. Gadis itu juga tahu bahwa dia memainkan lagu itu dengan buruk. Karena merasa kesal, dia memetik senar-senar guqin dengan kasar, setelah itu dia berdiri dari tempatnya. Setelah melempar guqin tersebut, dia kembali ke kamarnya.
Ekspresi aneh muncul di wajah Ye Futian. Dia berjalan mendekat dan memetik senar-senar guqin itu dengan pelan. Suara yang dikeluarkan dari guqin itu terdengar sangat jelas dan gema yang ditimbulkan masih terdengar. Itu pasti sebuah guqin yang sangat langka.
"Berapa lama aku harus tinggal disini?" Ye Futian bertanya pada seorang pelayan di sampingnya. Meskipun dia telah menerima imbalan, dia tidak akan tinggal disini selamanya. Gadis itu memiliki sifat yang aneh dan Ye Futian tidak punya waktu untuk terus mengikutinya kemana-mana.
"Akhir tahun akan segera tiba. Pada awal tahun depan, gadis itu akan bergabung dengan Sekolah Starry untuk berkultivasi. Oleh karena itu, setidaknya kau harus tinggal disini sampai awal tahun depan," jawab pelayan itu. Ye Futian mengangguk pelan. Tanpa dia sadari, tahun ini juga akan berlalu.
"Terdapat sebuah rumah kecil disana. Aku minta maaf untuk ketidaknyamanan ini." Pelayan itu menunjuk ke suatu arah. Ye Futian mengangguk, setelah itu dia pergi ke rumah tersebut untuk berlatih tinju dan berkultivasi.
Pada malam hari, sinar bulan yang terang menyinari dan menerangi Istana Barat.
Ye Futian masih melatih kemampuan tinju-nya di rumah tersebut. Meskipun dia telah dibawa kemari dengan cara yang konyol, dia tidak boleh lupa untuk berkultivasi.
Tiba-tiba, dia mendengar beberapa alunan musik yang sangat berbeda dari yang alunan musik sebelumnya. Musik ini sangat menyentuh dan memiliki makna yang dalam. Musik ini benar-benar dapat menyebabkan pendengarnya merasa sedih seolah-olah mereka bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh orang yang memainkan musik ini.
Ye Futian menghentikan latihannya dan ekspresi yang lebih aneh muncul di wajahnya. Musik adalah tampilan dari kondisi pikiran seseorang. Apakah benar gadis itu yang memainkan musik ini? Dia merasa sedikit ragu-ragu.
Kemudian, Ye Futian berjalan ke arah rumah lainnya, ketika dia melihat seorang gadis duduk dengan tenang di bawah sinar bulan. Dia terlihat polos dan sempurna ketika memainkan guqin di bawah pancaran sinar bulan.
Alunan musik terus menerus berubah. Kadang-kadang terdengar gembira, seolah-olah dia sedang dipenuhi dengan kebahagiaan, dan kadang-kadang terdengar sedih, membuat makna di dalam musik ini tidak dapat ditebak.
Apakah dia mempunyai kisah yang rumit di usia yang masih begitu muda? Ye Futian berpikir, sambil menatap ke arah gadis itu. Musik terus berlanjut dan menjadi semakin bersemangat. Tanpa sadar, Ye Futian sudah mendekati gadis itu dan berdiri disana, mendengarkan musiknya dengan tenang.
Alunan musik menjadi semakin sedih. Pada akhirnya, musik itu membuat pendengarnya merasa seolah-olah mereka sedang patah hati.
Di bawah sinar bulan, air mata mengalir di wajah gadis itu. Tanpa sadar, dia benar-benar mulai menangis.
Akhirnya, alunan musik berhenti, tetapi konsepsi artistik dari musik itu tetap muncul dalam waktu yang cukup lama. Ye Futian sepertinya masih terbawa dalam konsepsi artistik dari musik tersebut. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Kau masih sangat muda. Apa yang kau ketahui tentang kesedihan? Mengapa kau memainkan lagu yang begitu menyedihkan?"
"Kenapa kau menganggap bahwa aku tidak memahami kesedihan? Kau sendiri?" Gadis itu membelalakkan matanya pada Ye Futian.
"Tentu saja aku memahaminya," jawab Ye Futian.
"Pernahkah kau mengalami perpisahan dengan orang yang paling dekat denganmu?" gadis itu bertanya.
"Ya," jawab Ye Futian tanpa ekspresi. Dia telah beberapa kali mengalami perpisahan.
"Dari musik yang kudengar barusan, kedua orang tuamu masih hidup bukan?" Ye Futian bertanya karena merasa ragu-ragu.
"Ya," ujar gadis itu secara perlahan. "Suatu ketika, ada seorang pahlawan. Dia sangat ramah dan baik hati. Ketika berada di rumah, dia selalu memiliki senyuman di wajahnya. Sementara ketika di luar, dia sangat terkenal dan semua orang mengenalnya. Dia adalah orang yang paling populer di Wilayah Timur Negeri Barren. Ketika aku masih kecil, dia selalu memelukku dan memberitahu bahwa aku tidak perlu bekerja keras dan bisa melakukan apa-pun yang aku sukai, asal aku merasa bahagia setiap saat. Dengan adanya dia, aku bisa menjalani kehidupan yang menyenangkan dan tidak ada seorang-pun yang berani menindasku."
Ye Futian menatap ke arah gadis itu. Seperti yang dia duga, gadis itu memiliki latar belakang yang istimewa.
"Kemudian, dia meninggal dunia." Suara gadis itu terdengar sangat menyedihkan. Setelah mengatakan hal ini, dia mulai menangis lagi.