Maharaja Perang Menguasai Langit

Tamu Dari Jauh



Tamu Dari Jauh

1Duan Ling Tian tahu di dalam hatinya bahwa ayah dan ibunya telah terpisah selama bertahun-tahun, dan pasti ada banyak hal yang ingin mereka bicarakan...     

Jadi ia meninggalkan halaman belakang itu dan tidak mengganggu mereka.     

"Aku benar-benar tidak pernah membayangkan bahwa aku akan tiba-tiba mengakuinya sebagai ayahku..." Ketika ia mengingat apa yang terjadi di Klan Duan sebelumnya, ia masih sulit memahaminya, dan masih tidak percaya.     

Saat itu, ia bahkan tidak sempat bereaksi ketika ia memanggil Duan Ru Feng dengan sebutan Ayah.     

"Mungkin karena hubungan darah." Duan Ling Tian berpikir dalam hati.     

Bagaimanapun, Duan Ling Tian sangat senang Duan Ru Feng telah kembali.     

Ia bukan merasa senang untuk dirinya sendiri.     

Ia sudah terbiasa dengan kehidupannya saat ini, dan apakah ayahnya itu kembali atau tidak, tidak terlalu berpengaruh baginya.     

Ia merasa senang untuk ibunya.     

Selama beberapa tahun terakhir ini, ibunya telah menanggung banyak kesulitan untuk membesarkannya. Ia adalah seorang wanita tanpa tempat bergantung, dapat dibayangkan kesulitan yang ia pikul di pundaknya.     

Jadi Duan Ling Tian selama ini merasa sakit hati untuk ibunya.     

Sekarang, lelaki yang ada dalam pikiran ibunya siang dan malam itu telah kembali, itu berarti mulai hari ini dan seterusnya, ibunya tidak akan sendirian lagi.     

"Cit cit~" Tiba-tiba, cicitan si tikus emas kecil terdengar di telinga Duan Ling Tian.     

"Emas Kecil, ada apa?" Duan Ling Tian menatap penasaran ke arah tikus emas kecil itu dan bertanya ingin tahu.     

Tikus emas kecil itu mengedipkan sepasang mata hijau gioknya, lalu menatap Duan Ling Tian seraya berkata melalui pesan suara, "Kakak Ling Tian, saat ayahmu menatapku sebelumnya... Aku merasakan ada aura mengerikan yang menyapu keluar! Aura mengerikan itu sangat mirip dengan aura yang aku rasakan di Rawa Kematian hari itu."     

Rawa Kematian?     

Alis Duan Ling Tian terangkat.     

Ia ingat jelas apa yang terjadi hari itu.     

Tikus emas kecil itu merasakan untaian aura mengerikan dan membawanya masuk menyusuri gua untuk akhirnya menemukan sebuah ruangan mirip aula istana yang berada jauh di bawah tanah.     

Namun, menurut tikus emas kecil itu, pada akhirnya, aura mengerikan itu hanya muncul sesaat ketika jiwa kuat itu ingin menghancurkan jiwanya dan menguasai tubuhnya.     

"Aura mengerikan itu jelas terpancar dari jiwa kuat itu." Duan Ling Tian telah menebak hal ini.     

"Emas Kecil, kurasa itu hanya perasaanmu... Pemilik aura yang kau rasakan itu sudah hilang selamanya." Duan Ling Tian menggelengkan kepalanya dan menyimpulkan perasaan tikus emas kecil itu yang salah.     

Si tikus emas kecil menundukkan kepalanya yang kecil itu ketika mendengarnya, tapi tidak membantah.     

Lagi pula, ia hanya merasakan aura mengerikan untuk sesaat ketika Duan Ru Feng menatapnya, lalu aura itu hilang tak berbekas dalam sekejap mata.     

Saat ini, ia bahkan tidak yakin apakah itu hanya kesalahpahamannya atau bukan...     

Duan Ling Tian baru mendengar Li Rou memanggilnya ketika malam tiba.     

Duan Ling Tian membawa serta si tikus emas kecil bersamanya dan berjalan memasuki halaman belakang.     

Ia baru menyadari bahwa ibunya sedang bersandar di bahu ayahnya, Duan Ru Feng. Pipinya yang indah bersemu merah, dan matanya yang jernih seolah bisa melelehkan apa saja.     

"Ibu, selamat karena mimpimu akhirnya terwujud." Ini adalah pertama kalinya Duan Ling Tian melihat ibunya sebahagia ini, dan ia tidak bisa menahan senyum senang.     

Ia dapat merasakan ibunya saat ini sangat bahagia, karena kebahagiaan itu tergambar jelas di wajahnya.     

"Tian, cepat kemari agar ayahmu dapat melihatmu dengan jelas." Li Rou memanggil Duan Ling Tian sambil tersenyum seperti bunga yang mekar, ia terlihat cantik dan menawan.     

Duan Ling Tian menghampiri mereka.     

"Rou, kau telah mengalami banyak kesulitan selama beberapa tahun belakangan ini... Aku sudah mendengar semua yang kalian alami beberapa tahun ke belakang, aku berjanji di masa mendatang aku tidak akan meninggalkan sisimu walau sebentar!" Duan Ru Feng menatap istrinya di sampingnya, dan saat ia memikirkan pengalaman yang harus dialami istrinya bertahun-tahun lalu, hatinya dipenuhi perasaan bersalah.     

Li Rou mengangguk ringan dengan raut wajah bahagia.     

Keluarga yang terdiri dari tiga orang itu penuh sukacita.     

Sepanjang waktu itu, agar tidak membuat ibunya khawatir, Duan Ling Tian tidak menyebut-nyebut tentang masalah ayahnya yang kehilangan semua Sumber Energi di tubuhnya, Duan Ling Tian hanya duduk mendengarkan ayah dan ibunya berbicara tentang kehidupan mereka di masa lalu...     

Peristiwa masa lalu ini sebagian besar adalah cerita ketika ayah dan ibunya masih muda.     

Saat itu ia bahkan belum lahir.     

"Aku memiliki dua anak menantu?" Mata Duan Ru Feng berbinar ketika ia mendengar Li Rou menyebut tentang Ke Er dan Li Fei, lalu menatap Duan Ling Tian sambil tersenyum. "Tian, tidak buruk, tidak buruk... Kau lebih hebat dari ayahmu dalam hal ini."     

"Apa? Kakak Feng, kau juga ingin menggandeng wanita di sisi kanan dan kirimu juga?" Li Rou, yang duduk di samping Duan Ru Feng, berbicara dengan nada tenang seperti air, dan tidak terdengar ada yang aneh dalam nada suaranya.     

Tapi wajah Duan Ru Feng seketika panik. "Rou, aku telah salah bicara, bukan itu maksudku... Aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu!"     

Duan Ling Tian tidak bisa menahan tawanya melihat Duan Ru Feng sibuk menjelaskan kepada Li Rou.     

Setelah beberapa waktu berlalu.     

"Kakak Feng, Tian, kalian berdua mengobrol dulu agar lebih akrab... Aku akan memasak untuk malam ini." Ketika Li Rou pergi meninggalkan halaman belakang itu, wajahnya tampak merah dan sangat bahagia.     

Orang-orang menjadi bersemangat ketika mereka mengalami sesuatu yang menyenangkan!     

Pepatah ini tepat menggambarkan Li Rou saat ini.     

Bagi Li Rou, tidak ada yang lebih membahagiakan daripada kembalinya suaminya yang hilang selama lebih dari 20 tahun.     

"Ayah, apa yang terjadi pada Sumber Energimu? Aku tidak melihat ada jejak kerusakan pada Pusat Energimu... Apakah Ayah masih bisa berkultivasi?" Duan Ling Tian menatap Duan Ru Feng dan bertanya.     

"Tian, tidak usah mengkhawatirkan Ayah... Aku sudah sangat bahagia bisa kembali ke sisi ibumu. Hal lain tidak penting buatku." Kata Duan Ru Feng tulus.     

Seolah-olah Sumber Energinya tidak memengaruhinya perasaannya sedikitpun.     

Duan Ling Tian terdiam.     

Mungkinkah ayahnya benar-benar tidak lagi bisa berkultivasi?     

Meskipun ia tidak tahu alasannya, melihat dari sikapnya, ayahnya jelas tidak berniat untuk mengulang kultivasinya sekali lagi...     

Atau mungkin, karena suatu alasan, ayahnya tidak mampu untuk berkultivasi lagi!     

Sesaat kemudian, Duan Ling Tian tampak memikirkan sesuatu dan tidak lagi bertanya.     

"Ayah, aku tidak peduli Ayah bisa berkultivasi lagi atau tidak... Meskipun Ayah tidak bisa berkultivasi lagi, Ayah tetap suami dari ibuku, dan ayah dari aku, Duan Ling Tian!" Duan Ling Tian berbicara sambil tersenyum. "Seperti yang dikatakan Paman Keempat di Kediaman Klan Duan tadi pagi... Di masa depan temani Ibu dan nikmatilah waktu luang yang ada. Aku tidak berani berjanji untuk hal lain, tapi aku berani berjanji akan memberikan Ayah dan Ibu hidup yang tenang."     

"Tian." Kata-kata Duan Ling Tian membuat Duan Ru Feng terdiam untuk waktu yang lama sebelum perlahan membuka mulutnya.     

Namun, setelah membuka mulut, ia tidak tahu harus berkata apa, dan hanya menyebut nama Duan Ling Tian dengan suara pelan...     

Nada suaranya terdengar sangat berterima kasih.     

Anak yang masih ada di dalam kandungan istrinya berpuluh-puluh tahun yang lalu itu kini telah tumbuh dan mencapai kesuksesan dan ketenaran.     

Sebagai ayahnya, ia merasa senang untuk Duan Ling Tian.     

Tidak lama kemudian Li Rou datang dengan membawa serta beberapa pelayan wanita yang membawa sajian makanan ke halaman belakang, lalu mereka bertiga berkumpul bersama dan makan dengan sukacita.     

"Cit cit~" Sementara mereka makan, tikus emas kecil itu menjulurkan moncongnya untuk mencicipi makanan dan membuat suasana tambah ramai dan menyenangkan.     

Duan Ling Tian merasakan suasana hangat dan menyenangkan selama makan malam itu.     

Namun, ketika ia duduk sendirian setelah makan malam selesai, tatapan Duan Ling Tian menerawang...     

"Aku tidak tahu di mana Ke Er dan Li Fei berada, dan bagaimana kabar mereka." Selain ibunya, kedua gadis itu adalah orang yang paling ia pikirkan di dalam hatinya.     

Terutama saat ini ketika ia melihat ibunya bersandar bahagia di bahu ayahnya, perasaannya semakin menjadi. "Secara logis, bahkan jika mereka pergi jauh... Sekarang mereka seharusnya sudah kembali, kan?"     

Larut malam itu, Duan Ling Tian tidak bermeditasi dan hanya berbaring di tempat tidurnya sambil memikirkan kedua gadis itu.     

Tanpa ia sadari, ia jatuh tertidur.     

Malam itu, ia bermimpi, di dalam mimpinya Ke Er dan Li Fei telah kembali...     

Namun, ketika ia bangun tidur keesokan harinya, perasaan hampa yang ia rasakan membuatnya tersadar bahwa mereka belum kembali.     

"Mereka seharusnya baik-baik saja karena ada Guru Kepala Qin Xiang di sisi mereka." Duan Ling Tian menenangkan diri, tapi ia masih merindukan kedua gadis itu di dalam hatinya.     

Akhirnya, lima hari kemudian.     

Seorang tamu dari jauh datang ke rumah Duan Ling Tian, tamu itu adalah sesosok wanita cantik yang kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh...     

Tamu itu tak lain adalah Guru Kepala Puncak Alkaid, Qin Xiang!     

Saat ini, wajah Qin Xiang yang sangat cantik seolah tertutup lapisan es, dan matanya yang indah tampak memerah.     

"Guru Kepala, kau... Kau sudah mengetahuinya?" Duan Ling Tian memperhatikan raut wajah Qin Xiang dan ia tahu Qin Xiang pasti telah mengetahui apa yang terjadi pada Sekte Pedang Tujuh Bintang,     

dan ia hanya bisa tertawa getir.     

Qin Xiang mengangguk, dan matanya menyimpan niat membunuh yang sangat kuat. "Aku tidak pernah menyangka selama setahun kepergianku, ada banyak hal yang terjadi di sekte kita... Tri-Sekte Rimba Biru, bagus sekali!"     

Sekte Pedang Tujuh Bintang dapat dikatakan adalah rumah Qin Xiang.     

Selain karena bantuan dari Kakaknya itu, alasan utama Qin Xiang mencapai kesuksesan seperti sekarang adalah karena gurunya yang membinanya dengan sepenuh hati dan jiwa.     

Gurunya adalah seorang tetua pelataran dalam Sekte Pedang Tujuh Bintang, dan juga salah satu dari sedikit ahli bela diri di atas tingkat keempat Tahap Pengenal Ruang di dalam Sekte Pedang Tujuh Bintang.     

Meskipun kekuatannya sekarang telah melampaui gurunya, tapi dalam hatinya, sekali guru, tetap guru!     

Kini, gurunya telah dibunuh.     

Sekte yang telah membinanya sampai ia menjadi orang hebat kini telah dimusnahkan.     

"Guru Kepala, tenang saja. Tri-Sekte Rimba Biru cepat atau lambat akan membayar apa yang telah mereka ambil dari kita dan Sekte Pedang Tujuh Bintang." Niat membunuh yang menakutkan berkilat di mata Duan Ling Tian saat ia memberi penekanan pada setiap kata. "Hutang darah harus dibayar dengan darah!"     

"Tepat! Hutang darah harus dibayar dengan darah!" Qin Xiang mengangguk dan cahaya dingin berpendar dari dalam bola matanya.     

"Guru Kepala, di mana Ke Er dan Li Fei? Mengapa mereka tidak kembali bersamamu?" Duan Ling Tian menatap Qin Xiang dan bertanya.     

Cahaya dingin di mata Qin Xiang sedikit mereda ketika mendengar pertanyaan Duan Ling Tian, dan ia memaksakan diri untuk tersenyum. "Jangan khawatir, mereka berada di tempat yang aman... Tidak ada yang bisa melukai mereka."     

"Hmm?" Duan Ling Tian menatap Qin Xiang dengan wajah bingung, dan keningnya sedikit berkerut. "Guru Kepala Qin Xiang, mereka tidak kembali bersamamu?"     

"Tidak." Qin Xiang menggelengkan kepalanya. "Mereka sekarang masih berada di Tanah Asing... Aku kembali setengah bulan yang lalu. Begitu aku kembali, aku melihat sekte kita telah banyak berubah, dan setelah menyelidikinya diam-diam, aku mengetahui bahwa sekte kita telah dimusnahkan oleh Tri-Sekte Rimba Biru!"     

"Setelah itu, aku mengetahui bahwa kau dibawa pergi oleh Tetua Peng... Aku ingat Ke Er pernah menyebut bahwa kalian berasal dari Kerajaan Langit Merah, karena itulah aku ke sini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.