Devil's Fruit (21+)

Sosok di Belakang Pangeran Djanh



Sosok di Belakang Pangeran Djanh

2Fruit 1199: Sosok di Belakang Pangeran Djanh     

Saat Andrea dan Shona hendak mengikuti langkah Pangeran Djanh bersama Noir dan Gazum yang diangkat dengan selubung gaib si pangeran Incubus, tiba-tiba saja Pangeran Djanh berkata ke Andrea, "Maaf, aku harus katakan, bahwa hanya si singa yang boleh masuk bersamaku. Yang lain kuharap di luar saja, menunggu." Pangeran Djanh menoleh sebentar ke belakang.     

Andrea sempat melongo sejenak sebelum akhirnya dia memaklumi dan mengangguk. Mungkin Pangeran Djanh memiliki metode-metode khusus yang tidak boleh dilihat Andrea.      

Kemudian, Pangeran Djanh tanpa menoleh, dia berkata lagi, "Satu lagi, kalau nanti ada suara apapun dari dalam sini, tak boleh ada yang menerobos masuk."      

Sekali lagi, Andrea melongo. Dia lekas bertanya, "Kenapa kok sampai gitu, sih?" Tapi, Pangeran Djanh tidak perduli dan tetap melanjutkan langkahnya, masuk ke dalam ruangan buatan dia.      

Saat Andrea masih ingin mengonfirmasi ucapan pangeran Incubus, lengannya keburu ditahan oleh Druana. Si iblis medis menggeleng ke Andrea memberi isyarat agar si Cambion Hera jangan melawan perkataan Pangeran Djanh.      

Menghela napas panjang, Andrea pun urung mengejar Pangeran Djanh. Baiklah, dia akan mencoba percaya sepenuhnya kepada si Incubus.      

Andrea dan yang lainnya memilih untuk menunggu di luar ruangan Pangeran Djanh. Ia memunculkan kursi untuk dia, Shona dan Druana secara magis.     

Para liger tentu saja duduk di lantai tanah dan rerumputan. Mereka juga tegang karena ini menyangkut ayah mereka. Mereka sangat berharap tidak ada apapun buruk terjadi pada ayah mereka setelah mereka kehilangan ibunya.      

Kecemasan nampak di wajah Andrea dan sikapnya yang kadang duduk kadang berdiri kemudian berjalan mondar-mandir hanya untuk melepaskan kegelisahannya.     

Sedangkan Shona bercakap-cakap dengan Druana mengenai hal-hal medis magis. Maklum saja, namanya juga sesama pemilik kekuatan Healer.      

Saat Andrea sedang duduk setelah puas melampiaskan kegelisahan dengan jalan mondar-mandir, tiba-tiba terdengar suara raungan Noir. Seketika Andrea berdiri, mata cemasnya langsung tertuju ke pintu ruangan magis Pangeran Djanh.      

Anak-anak Noir juga bereaksi seperti Andrea. Mereka menegakkan leher dan ada yang bangkit berdiri.      

Raungan Noir terdengar lagi dan lebih memekakkan telinga. Suara si Singa Petir terlihat kesakitan dan pilu.      

Tak tahan lagi! Andrea sudah tak tahan lagi usai raungan kedua Noir. Ia harus mendobrak masuk ke ruangan itu. HARUS!     

Andrea melaju ke depan, diikuti beberapa anak Noir yang hendak menerjang ke pintu ruangan tersebut.      

"Jangan, Tuan Putri!" teriak Druana tegas sambil berdiri di depan pintu ruangan Pangeran Djanh dengan dua tangan terentang.      

"Singaku kesakitan, Dru!" Andrea tak kalah berteriak pada si iblis medis.      

"Tetap saja tidak boleh masuk, Tuan Putri! Pangeran sudah melarang dan kita harus mematuhinya." Druana bersikeras.      

"Tapi aku gak mungkin gitu aja ngebiarin beast aku kesakitan atau terluka! Dru, minggir! Minggir sebelum aku ilang sabar, yak!" teriak Andrea diikuti geraman dari anak-anak Noir yang berdiri di belakang dia.     

Mata tegas Druana sesuai dengan sikap yang dia ambil. Meski dia tahu dia bukan tandingan Andrea secara kekuatan, tapi kalau si pangeran Incubus sudah berkata demikian maka haruslah demikian. "Maaf, Tuan Putri. Aku bukannya berpihak ke Pangeran Djanh, tapi biarkan Yang Mulia bekerja sampai tuntas!"     

"Druana!" bentak Andrea dengan napas mulai tersengal-sengal saking emosinya. "Jangan salahkan aku kalau aku jadi bertindak kasar ke kamu."     

Druana mempersiapkan dirinya usai mendengar ancaman Andrea. Matanya berubah menjadi hitam sepenuhnya menandakan dia siap sedia untuk bertarung jika memang harus bertarung.      

Tak hanya warna matanya saja yang berubah, wujud fisik Druana yang cantik molek juga berubah menjadi lebih tinggi lebih ramping dengan lengannya memanjang hingga menyentuh lantai dan ada dua pasang lengan lagi muncul dari samping torsonya yang mulai memanjang seperti dua sebelumnya.      

Druana jadi mirip dengan laba-laba dengan 3 pasang lengan ramping panjangnya, siap untuk menghadapi Andrea dan anak-anak Noir seandainya memang harus terjadi pertarungan.     

Melihat perubahan fisik Druana yang mirip siluman laba-laba, Andrea menyadari bahwa si iblis medis ini bersungguh-sungguh melindungi ruangan Pangeran Djanh dan bahkan bersedia untuk bertarung dengannya.      

Shona segera maju ke sisi Andrea dan berkata, "Aunty! Aunty, tolong jangan gegabah!" Ia memegangi lengan Andrea dengan wajah memohon dan kepala menggeleng pelan.      

Andrea melirik Shona, sedikit kecewa karena gadis remaja itu justru berada di pihak Druana dan membujuk dia untuk membiarkan apapun yang terjadi di dalam sana. "Shosho, please jangan ikut campur, oke? Aku nggak pengin ribut dengan kamu."     

"Aunty, ini bukan berarti aku membela Guru Druana, tapi aku memiliki kepercayaan pada papaku. Coba bersabar lebih panjang lagi, Aunty. Jangan sampai Aunty nantinya menyesal kalau menyerbu masuk ke sana." Shona terus membujuk Andrea menggunakan nada suara memohon.      

Andrea jadi bingung, jadi gamang sendiri mendengar ucapan mengiba dari Shona. Apakah dia memang terlalu gegabah? Apakah dia perlu membiarkan apapun yang terjadi di dalam sana?     

Tapi ... tapi dia tidak tega mendengar suara raungan kesakitan Noir. Pada manusia saja Andrea sering iba, apalagi pada hewannya? Meski itu adalah beast kontrak milik suaminya, tapi dia sudah menganggap seperti keluarga sendiri.     

"Ayah pasti disakiti di dalam sana!" Suara geraman keras dari belakang Andrea terdengar. Itu adalah suara milik Mason. Liger jantan itu mengaum sambil bersiap maju menerjang Druana.      

"Jangan, Mason! Jangan!" Shona segera berdiri di depan Mason untuk menghalangi liger jantan dari tindakan nekat.      

Mason sepertinya sudah tidak bisa mengendalikan kesabaran lagi dan dia bersiap mengayunkan tapak besar dia ke Shona.      

"Mason! Jangan gila!" Andrea tak menyangka liger jantan remaja itu akan melakukan tindakan sejauh itu. Apalagi ini adalah Shona yang para liger itu kenal sejak kecil.     

Druana segera maju untuk memukul mundur Mason yang sudah maju, hendak menyerang Shona. Suasana cukup kacau sampai Andrea mengalami dilema, harus membela siapa. Ingin berpihak ke Mason, tapi itu artinya dia akan melawan tak hanya Druana tapi juga pasti Shona. Mana bisa dia menyakiti Shona? Dia sayang pada gadis remaja itu seperti anaknya sendiri.     

Tapi kalau dia membela Shona, maka anak-anak Noir akan menganggap dia di pihak lawan, bahkan bisa saja dia akan disalahpahami membiarkan Noir dilukai.      

Saat Mason hendak memukul Shona memakai tapak besar bercakarnya dan Shona tampak pasrah serta Druana dalam mode iblisnya akan menangkis serangan Mason, tiba-tiba saja terdengar bunyi cukup keras.     

KLAAKK!     

Pintu ruangan itu terbuka dan secara mendadak, Pangeran Djanh bergerak sangat cepat mendorong Mason hingga liger remaja itu pun terhempas ke belakang. "Hei, hei ... jangan bertindak anarkis pada anakku atau kau akan aku buat tak bisa mempunyai anak. Mau?"      

Semua pandangan tertuju pada Pangeran Djanh. Namun, mata mereka lebih melebar lagi ketika melihat sosok di belakang Pangeran Djanh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.