Mendominasi Sabrina
Mendominasi Sabrina
Betapa bangganya Noir akan kemampuan barunya hasil dari fusi dengan Gazum. Meski jiwa si Rajawali Angin itu masih tersimpan di dirinya, namun jiwa Gazum lebih banyak diam tidak berinteraksi banyak dengan jiwa Noir di dalam sana. Ia seolah membiarkan saja apapun yang ingin dilakukan Singa Petir itu.
Noir yang mirip seperti hewan mitologi, Griffin, terus terbang berputar-putar di atas lawannya. Semburan angin badai yang mencabik lawan memang menakutkan. Angin itu tak hanya muncul dari kepakan sayapnya saja, namun bisa muncul dari mulutnya pula.
Tak hanya itu. Noir juga bisa mengeluarkan kekuatan petir dia dari kepalanya. Ini memang merupakan hal baru yang diberikan Pangeran Djanh padanya.
Maka dari itu, saat ini Noir menjadi hewan iblis berbahaya bagi kelompok Ivy. Bahkan makhluk asap dedengkot saja cukup kewalahan menghadapi Noir.
Ivy menggigit bibirnya dengan rasa frustrasi melihat ke arah Noir. "Singa sialan!" umpatnya dalam-dalam. "Zoda! Cepat lawan dia!" Ia berteriak pada Sabrina yang sudah dia beri nama baru, Zoda.
Setelah Ivy turun dari punggung Sabrina, kini macan gigi pedang itu lekas melesat mendekat ke tempat Noir mengacaubalaukan pasukan Ivy.
Mata Noir melihat kedatangan istrinya, namun dia sangat mengetahui bahwa itu sudah tidak bisa lagi dikatakan sebagai Sabrina ketika dia melihat kilatan mata bengis Sabrina saat menatapnya.
Meski Sabrina tidak bisa terbang seperti Noir, namun ia bisa menembakkan kekuatan api yang cukup fatal karena level dia setara dengan Noir dan Gazum, yaitu hewa iblis, bukan sekedar beast biasa lagi.
Vruummmhh ....
Api ditembakkan Sabrina dari moncongnya ke arah Noir. Singa Petir itu segera menghindar. "Bree! Apakah kau tidak bisa sadar? Kau tidak mengenaliku?" teriak Noir pada istrinya. Hatinya tercabik melihat Sabrina seakan sama sekali asing dan tidak mengenali dia, menatap dirinya bagai musuh bebuyutan.
Ivy begitu kejam, dia menjadikan sepasang suami dan istri menjadi musuh yang musti bertarung sampai akhir.
Sabrina tidak memberikan jawaban selain respon semburan api lagi ke Noir. Segera saja Noir menghindari, berkelit, kemudian dia mengepakkan sayap dan mengirimkan anginnya yang tidak bermuatan serangan belati.
Angin itu hanya mengurung Sabrina saja dan tidak menyerang si macan sama sekali. Mana bisa Noir memberikan serangan angin belati pada sang istri? Meski Sabrina sudah menjadi sosok asing, namun tetap saja di mata Noir, dia masih Sabrina sang istri.
Sabrina berusaha keluar dari kepungan badai angin Noir, susah payah dia terus melangkah maju, menerjang agar bisa lolos dari badai buatan Noir. Ia terus menyemburkan apinya ke segala arah.
Saat perjuangan Sabrina hampir mencapai keberhasilan, Noir segera saja melesat mendekati Sabrina, menerjang istrinya sehingga Sabrina terkulai dengan Noir berada di atas tubuhnya.
Sabrina meraung, namun Noir mengaum lebih keras untuk menunjukkan dominasinya. Ia ingin Sabrina segera sadar dan kembali ke sosok yang sebelumnya. Ia ingin Sabrina lepas dari pengaruh Ivy.
Namun, Noir tak tahu caranya. Bahkan Andrea yang otaknya lebih hebat berpikir saja belum menemukan cara untuk membebaskan seseorang dari pengaruh hipnotis Ivy yang sangat kuat mengikat.
Andrea hanya menemukan cara untuk meledakkan orang yang sudah menjadi vampir karena dianggap tidak ada harapan lagi untuk 'pulih'.
Jika untuk memulihkan orang dari rasukan makhluk asap hitam, Andrea memiliki jimatnya, namun tidak untuk serangan Ivy.
Sabrina berusaha berontak dan terus menyemburkan apinya ke arah Noir. Sedangkan Noir berkelit meski tidak melepaskan Sabrina dari kungkungannya.
Segera, Noir berhasil membuat posisi Sabrina memunggungi dia namun Noir masih mengungkungi tubuh istrinya. Dengan begitu, Sabrina kesusahan menyemburkan api ke Noir dalam posisi demikian.
Noir menggigit leher Sabrina, mirip seperti kucing jantan ketika sedang menunjukkan dominasi mutlak pada kucing betina. Posisi mereka malah seperti kucing kawin.
Namun, tentu saja Sabrina terus berontak dari kurungan tubuh besar Noir. Ia berusaha menggigit kaki depan Noir yang berada dekat mulutnya, namun lehernya semakin ketat ditindas moncong besar Noir.
Sabrina meraung marah ditimpali geraman mendalam dan kuat dari Noir yang menolak melepaskan cengkeraman moncong dari leher Sabrina.
Andrea dan yang lainnya melihat apa yang terjadi di sela badai angin ciptaan Noir.
"Bree! Noir, terus tekan dia! Jangan sampai dia lepas!" Andrea berteriak menyemangati Noir yang terus menjadi dominan atas Sabrina.
"Grrrgghhh ...." Noir menggeram kuat sedangkan Sabrina mulai melolong kesakitan. Tapi Noir tahu batasnya dan dia tidak mungkin menggigit terlalu kuat pada istrinya.
"Jo! Kirim Bree ke alammu!" Andrea berteriak ke putra sulungnya. Saat Sabrina mulai melemah dan tidak berdaya, pasti itu akan memudahkan dia dipindahkan ke alam pribadi untuk dikurung sambil memikirkan cara memulihkan kesadarannya.
Namun, apakah Ivy akan diam saja saat dia mendengar rencana ibunya? Tidak. Dia tentu saja tidak ingin itu bisa berhasil di depan matanya. Tidak, selama dia masih bernapas!
Maka, Ivy segera mengayunkan tongkat sihirnya dan merapalkan mantra lalu berteriak, "Lakukan!"
Tongkat tadi diacungkan pada Sabrina. Mendadak, si macan gigi pedang itu menjadi lebih garang dan kuat, bahkan bisa menguarkan kekuatan api melalui pori-pori tubuhnya. Ini sangat tidak terduga, baik oleh Noir ataupun Andrea dan Jovano.
Jovano tidak berhasil memindahkan Sabrina ke alam pribadi dia karena mendadak Sabrina seperti mendapatkan kekuatan tambahan yang mengakibatkan dia tidak bisa ditangani.
Noir kaget ketika tubuhnya diserang kobaran api dari bulu-bulu Sabrina. Ia ingin mundur, tapi itu beresiko kehilangan kendali atas Sabrina. Tapi apabila tidak mundur, dia bisa terbakar.
Dilema segera melanda Noir. Jika bertahan, maka dia akan mati terpanggang. Jika dilepas, maka Sabrina kembali pada Ivy dan akan susah ditangkap.
Dante bisa mengetahui yang sedang dipikirkan Noir saat ini karena dia adalah majikan terkontrak Noir. "Lepaskan saja, Noir! Lepaskan! Jangan korbankan dirimu begitu!" teriaknya pada Noir di sela-sela pertarungannya dengan vampir iblis dedengkot.
Andrea bergantian menatap ke suaminya dan juga Noir. Antara bingung harus bagaimana, tapi dia tentu saja tidak ingin ada yang terluka, maka dari itu, dia pun mau tak mau mendukung sang suami dengan berteriak, "Noir, lepasin aja! Udah, relain aja kalau memang begitu! Aku gak mau kamu terbakar!"
Ya, Andrea tak punya pilihan selain memutuskan melepaskan Sabrina jika memang pengaruh Ivy begitu kuat dan tak bisa dibubarkan lagi untuk mengembalikan ke Sabrina awal. Ia lebih memilih begitu daripada mengorbankan Noir.
Setidaknya, Sabrina masih hidup meski harus menjadi lawan mereka.
Noir mendengar teriakan dua majikannya dan api sudah terus menghajar dirinya. Ia sudah merasa kepanasan. Surai keemasan dia sudah terbakar, wajahnya terasa sangat panas. Dia nyaris terpanggang hidup-hidup dan belum melepaskan leher Sabrina.
Apa yang harus dilakukan Noir? Sungguh merelakan Sabrina?