Devil's Fruit (21+)

Terpaksa Melakukannya



Terpaksa Melakukannya

1Fruit 1202: Terpaksa Melakukannya     

Noir sungguh diterjang dilema yang sangat membuatnya susah berpikir dengan tegas. Awalnya, dia sudah berhasil mendominasi dan menguasai Sabrina dengan menggigit tengkuk leher si macan betina gigi pedang.     

Dengan terus melemahnya Sabrina, diharapkan dia bisa dipindahkan ke alam pribadi milik Jovano untuk ditahan sambil mencari obat demi memulihkan kesadaran si macan betina.      

Namun, ternyata Ivy tidak ingin rencana Andrea terwujud. Maka, dia pun mengacungkan tongkatnya sehingga Sabrina seakan mendapatkan Over Power dan kini bisa mengeluarkan serangan api melalui pori-pori tubuhnya.     

Hal ini menjadikan Noir kesulitan karena si singa itu terkena semburan api dari bulu-bulu pendek Sabrina dan membakar Noir tanpa ampun.      

Saat krusial begitu, Noir bingung, harus melepas Sabrina seperti yang diteriakkan Dante dan Andrea, atau tetap di posisi itu dengan harapan Sabrina kembali melemah.      

Namun, sampai kapan? Sampai kapan dia bisa bertahan dari kobaran api Sabrina yang sudah mulai melahap surai keemasan dan membuat wajahnya sangat panas? Jangan-jangan dia menjadi singa panggang terlebih dahulu sebelum berhasil membuat Sabrina lemah.      

Sabrina terus menggeliat memberontak sambil tetap menyalurkan apinya yang keluar melalui pori-pori tubuhnya ke Noir. Ia secara ganas ingin terbebas dari Noir, sekaligus menyerang si singa tersebut.      

Noir merasakan matanya mulai susah melihat karena kobaran api yang mengharuskan dia menutup mata agar api itu tidak mencapai mata.      

Bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan? Sementara itu, banyak anggota tim Blanche yang terus meneriaki dia untuk melepaskan Sabrina agar dia tidak perlu terluka.      

Jika Sabrina kembali ke Ivy, pastinya istrinya akan dijadikan alat oleh Ivy untuk melawan mereka suatu hari nanti. Dan bagaimana apabila anak-anak mereka mengetahui bahwa ibu mereka menjadi musuh yang merepotkan?      

Bahkan, bisa-bisa, suatu hari nanti Sabrina justru akan memerangi anaknya sendiri.      

Noir menggeram kuat-kuat dan ....     

Krekkk!     

Terdengar bunyi yang cukup keras dari arah Noir mengungkung Sabrina.      

Andrea dan Dante melongo sejenak menatap apa yang ada di sana.      

Noir meremukkan tengkuk Sabrina, membuat si macan betina terkejut dan lunglai seketika. Api pun perlahan padam menghilang.      

Dan ketika Sabrina lengah, Noir membalikkan tubuh Sabrina telentang di bawahnya dan segera saja ....      

Kreekkkk!!!     

Kali ini bunyi itu muncul akibat terkaman taring besar dan kuat Noir pada leher depan Sabrina. Taring itu menerobos masuk ke tenggorokan Sabrina dan menyerang titik paling fatal.      

"Bree!!!" Andrea berteriak sambil dia memunculkan mode demon dia agar mudah menepis serangan ratusan lawannya sekaligus dan terbang ke Noir berada.      

Dante turut mengeluarkan tenaga besar dia untuk terbebas dari kepungan musuhnya dan melesat ke Noir.      

Sabrina sudah terkulai ketika Andrea datang. Lekas saja, Andrea memeluk Sabrina yang sudah tidak bernyawa dan Jovano langsung memindahkan mereka berdua ke alam Wadidaw dia.      

Andrea sebenarnya ingin membawa mayat Sabrina ke Cosmo, namun setelah dipikir singkat, itu hal yang tidak baik saat ini. Dia berterima kasih atas tindakan cepat putranya itu.      

Sementara itu, Noir yang mengalami luka bakar pun segera dipindahkan juga ke alam Jovano untuk bisa diobati di sana. Shona meminta masuk ke sana juga. Jovano mengangguk dan memindahkan Shona untuk mengurus Noir.      

Dante merasakan sakit luar biasa. Jiwanya terkoneksi dengan jiwa Noir dan saat ini jiwa Noir sedang meraung kesakitan karena Noir terpaksa membunuh sang istri demi kebaikan semua orang di tim Blanche dan juga demi anak-anaknya.      

Di alam Jovano, Andrea masih memeluk mayat Sabrina yang terkulai. Kepala si macan betina diletakkan di pangkuannya sambil dia mengembalikan penampilan ke biasanya dia.      

Andrea terisak dan meraung keras sambil terus memanggil nama Sabrina. Bagaimana pun juga, Sabrina adalah hewan pertama milik dia.      

Dulu, Andrea berjuang keras mendapatkan Sabrina yang cantik menawan matanya ketika mereka masih di alam Feroz milik Pangeran Djanh. Dia harus terus berlarian memburu Sabrina yang tidak ingin ditangkap.     

Namun, akhirnya Sabrina menyerah dan bersedia mengakui Andrea menjadi majikannya setelah dia kehilangan anak pertamanya dari ular raksasa dan Andrea juga sudah membalaskan dendam dia pada ular itu.      

Sejak Andrea memiliki Sabrina, mereka menjalin hubungan yang baik dan indah. Sabrina sangat loyal dan selalu berusaha melindungi Andrea meski kekuatannya tidak seberapa saat itu. Bahkan dia nyaris mati terkena racun dan serangan lainnya demi Andrea. Sabrina adalah macan betina yang gagah berani melawan siapapun yang ingin menyakiti majikannya.     

Bahkan akhirnya tindakan itu pula yang mengakibatkan dia berhasil ditangkap Ivy.      

Semua pengorbanan Sabrina takkan lenyap dari memori Andrea. Itu kekal selamanya.      

Dan kini ... tubuh itu sudah tergolek tanpa napas usai tenggorokannya diremukkan moncong suaminya dalam sekali gigitan fatal.      

Andrea masih terus menangis meraung.      

Noir dan Shona yang berada tak jauh dari sana, menatap pedih ke mayat Sabrina. Singa Petir itu pun memutuskan untuk berjalan mendekat ke mayat istrinya. Ia kemudian duduk di sebelah mayat Sabrina dan kepalanya tertunduk seakan mengisyaratkan duka dan penyesalan terdalam.     

"Maafkan aku, Nyonya. Aku ... aku terpaksa." Noir berkata lirih pada Andrea yang masih meratapi Sabrina.      

"Hiks! Hiks! Tidak apa-apa, Noir. Ini ... ini memang mungkin yang terbaik, hiks!" Andrea tidak mungkin menyalahkan Noir atas apa yang dilakukan pada Sabrina. Andrea paham bahwa pilihan paling tepat memang begini.      

Tapi ... tetap saja dia terpukul atas tewasnya Sabrina. Mana mungkin tidak?      

"Paman Noir, ayo sembuhkan dulu luka bakarmu." Shona berkata mengingatkan pada Noir akan luka serius yang dia derita saat ini.      

Andrea tersadar kalau memang Noir sedang terluka berat. Dari kepala, leher hingga perutnya mengalami luka bakar serius. Ia segera mengeluarkan pil alkemianya dan memberikan ke Noir untuk mempercepat regenerasi sel di kulit Noir.      

Kemudian, Noir mengikuti Shona ke sudut lain di sana untuk diberi tenaga Healing. Ia berbaring membiarkan dua telapak tangan Shona mengambang di atas tubuhnya yang terluka sambil cahaya kehijauan muncul dari sana.      

Di medan perang, betapa geramnya tim Blanche ketika mengetahui Sabrina terpaksa dibunuh Noir daripada nantinya menjadi alat untuk mengancam mereka. Vargana dan yang lainnya semakin menebalkan dendam terhadap Ivy.      

"Gadis laknat!" teriak Vargana tidak lagi perduli apakah Jovano mendengar atau tidak.      

"Bocah keparat!" Voindra ikut meneriakkan kebencian dia yang terpendam pada Ivy.     

"Kau gadis busuk! Busuk sampai ke tulang-tulangmu!" Kuro yang sudah ikut bertarung lagi, juga ikut berteriak lantang ke Ivy.      

Ketiga gadis muda itu terbang cepat ke arah Ivy diikuti para pemuda Blanche di belakang mereka.      

Melihat serangan banyak orang yang tertuju pada dirinya saja, karuan Ivy merasa gentar. Dia mengayunkan tongkat sihirnya. Sayangnya, tongkat itu tidak bereaksi. Mungkin karena terlalu sering digunakan sebelum ini, maka kemungkinan energi pada bola kristal di ujung tongkat yang menjadi sumber kekuatan itu butuh di-charge ulang dulu untuk mengumpulkan energi baru.      

Karena melihat tongkatnya gagal bereaksi, Ivy mau tak mau melangkah mundur dan berteriak pada serdadunya, "Lindungi aku! Lindungi aku!" Ia sungguh ketakutan karena saat ini dia seperti tidak berdaya tanpa kekuatan tongkatnya.      

"Bersiap menemui kematianmu, gadis keparat!" Vargana yang berada paling depan berteriak dengan menatap benci pada Ivy.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.