Pondok Dengan Ranjang Es Abadi
Pondok Dengan Ranjang Es Abadi
Noir menunggu hukuman yang akan dijatuhkan Jovano kepadanya. Ia pasrah jika memang sang pangeran muda menginginkan nyawanya sebagai pembayaran atas nyawa Ivy yang telah dia renggut.
Jovano menatap Noir dan berkata, "Bagaimana bisa aku menghukum Paman?" Wajahnya terlihat tak berdaya. "Aku sama sekali tak berhak untuk itu."
Wajar saja apabila dia berkata seperti itu, karena Noir bukanlah hewan terkontrak dia, maka itu di luar wewenang dan kendali dia. Dan juga, Jovano menyayangi Noir dan semua beast terkontrak milik orang tuanya.
Noir tak percaya Jovano mengampuni dirinya. Atau itu hanya karena si pangeran muda bukanlah majikan dia? "Pangeran, kalau begitu, tanyakan kepada ayahmu." Ya, karena Dante adalah majikannya dan mungkin jika Dante memutuskan untuk menghukum dia, maka itulah yang harus terjadi.
Saat Jovano sedang berpikir, dia menerima telepati ayahnya. "Jo, masukkan ibumu ke alammu."
Ah ya, sang ibu, Andrea, sedang dalam keadaan kritis di luar sana! Jovano segera keluar dari alam Wadidaw dan memindahkan sang ibu ke alam miliknya.
Namun, ketika dia hendak melakukan itu, Jovano dan yang lainnya dikejutkan dengan kemunculan mendadak sosok hitam si devil tua di dekat mereka dan tangan bercakar hitam iblis tua itu mengarah ke Andrea yang sedang dipegangi Druana.
Segera saja Dante bergerak cepat ke depan istrinya.
Blaarrr!
Tubuh Dante mendadak terbang ke belakang setelah mendapatkan serangan si iblis tua. Semua anggota Blanche di situ sangat terkejut akan adegan tersebut. Tapi, King Zardakh yang masih berada di sana segera memberikan serangan ke iblis tua.
Iblis tua itu pun lekas mundur setelah menerima serangan King Zardakh. Ketika sang baginda kerajaan Orbth hendak terus mengejar, iblis tua bergegas menghilang tanpa jejak.
Jika tidak memikirkan kondisi Andrea dan Dante yang sama-sama terluka, mungkin King Zardakh akan menguber iblis tua itu sampai dapat. Maka, sangat terpaksa, King Zardakh menoleh ke menantunya yang sudah dipegangi Kenzo.
"Pangeran terluka parah, Baginda." Kenzo berkata, "Keadaannya kritis."
King Zardakh menatap menantunya. Dante dalam keadaan buruk, darah hitam keluar dari mulut, dan terdapat lubang di dadanya, sekujur tubuh sudah berlumuran darah dari luka berlubang tersebut.
Jovano panik melihat kedua orang tuanya mendapatkan kondisi kritis dari luka parah yang diterima. "Dad!" Dia menggapai ayahnya yang sudah kepayahan di pelukan Kenzo yang menopang tubuhnya.
"Jo, bawa dia ke Cosmo saja daripada ke alammu." King Zardakh memberikan keputusan.
Dante yang masih setengah sadar, merogoh cincin ruangnya dan mengeluarkan ikat pinggang dunia milik Andrea. Itu adalah Cosmo. Ia serahkan itu ke mertuanya.
King Zardakh menerima ikat pinggang Cosmo dan menyerahkan ke Jovano. "Teteskan darahmu di ikat pinggang ini, Jo."
Jovano menatap bingung benda tersebut, karena dia mengetahui bahwa apabila dia meneteskan darahnya ke benda sihir tersebut, maka itu menandakan dia mengklaim benda tersebut menjadi miliknya.
"Cepat, Jo. Lekas teteskan darahmu di situ." King Zardakh menggerakkan ikat pinggang Cosmo di tangannya yang belum diterima Jovano.
Mengangguk, Jovano pun segera melaksanakan apa yang diperintahkan kakeknya. Ia meneteskan darah ke atas ikat pinggang tersebut dan itu menjadikan dia pemilik baru dari Cosmo. "Jadi, sekarang ... aku punya dua alam pribadi?"
"Tidak masalah." King Zardakh mengibaskan tangannya, santai. "Sekarang, bawa orang tuamu ke dalam Cosmo. Bawa juga Opa dan Druana."
Jovano mengangguk dan sekali lagi menuruti apa yang dikatakan kakeknya. Kemudian, mereka pun berpindah ke Cosmo.
Di dalam Cosmo, mereka disambut para liger yang menatap kaget saat melihat Andrea dan Dante dipapah dalam keadaan kritis.
"Nyonya Andrea! Tuan Dante!" Para liger memanggil kedua majikan orang tua mereka.
"Kalian minggir dulu." King Zardakh berkata kepada para liger untuk memberikan jalan bagi dia dan rombongan kecilnya.
Para liger menyingkir memberikan jalan bagi King Zardakh dan yang lainnya. Rombongan itu mengikuti King Zardakh yang berjalan ke sebuah tanah lapang tak jauh dari pondok kayu Cosmo.
Tangan King Zardakh terarah ke atas, lalu Beliau memejamkan mata sebentar, dan kemudian, tangan itu turun dengan cepat dan mendadak muncullah bangunan seperti pondok kecil namun terbuat dari es.
Pondok itu hanya memiliki satu ruangan saja dan ada 2 buah ranjang terbuat dari es berdampingan.
"Taruh kedua orang tuamu ke atas ranjang es abadi itu, Jo." King Zardakh memerintahkan lagi kepada cucunya.
Jovano mengangguk dan menoleh ke Kenzo juga Druana yang memegangi orang tuanya. Mereka pun masuk ke pondok es itu dan membaringkan Andrea dan Dante di ranjang es abadi tersebut.
Ranjang es segera berubah menjadi peti es transparan begitu tubuh Andrea dan Dante sudah berada di atasnya sehingga kedua orang sekarat itu seolah seperti boneka pajangan sedang dibaringkan di sebuah kotak tembus pandang.
Bahkan, Andrea dan Dante segera memejamkan mata begitu ranjang berubah menjadi peti es, seakan keduanya pingsan.
"Opa?" Jovano menatap ke kakeknya, penuh akan tanda tanya.
"Hanya ini yang Opa pikir bisa menghambat kematian orang tuamu. Mereka seperti sedang berhibernasi di sini sembari kita mencari cara untuk menyembuhkan mereka." King Zardakh menjelaskan sedikit mengenai tindakannya menciptakan pondok dan ranjang es.
Druana pun mengangguk paham. "Tindakan Baginda memang luar biasa tepat!" pujinya kepada raja kerajaan Orbth. "Cara ini memang ampuh untuk menunda kematian."
King Zardakh menatap Druana dan bertanya, "Apakah kau sudah bisa menemukan caranya?"
Druana memejamkan mata sambil jarinya menyentuh dahi seolah sedang mencari ke dalam memori medisnya. Lalu saat dia membuka mata, Druana menjawab, "Ada cara. Pertama, kita harus menemukan pecahan kristal dari tongkat milik Putri Ivy dan menyatukannya. Sebab, di kristal itu sudah menyerap banyak energi jiwa Putri Andrea. Kedua, kita harus mencari ramuan sihir untuk menyembuhkan Pangeran Dante."
"Astaga, harus melakukan dua itu, yah?" Jovano mendesah usai mendengarkan cara yang diberikan Druana untuk menyelamatkan kedua orang tuanya. "Sepertinya itu bukan merupakan hal mudah, ya kan?"
Druana mengangguk. "Memang tidak mudah, Pangeran. Dan kemungkinan juga itu sesuatu sangat sulit dan sedikit mustahil. Kecuali ... kita mendapatkan keajaiban."
"Huh! Jikalau memang keajaiban itu tidak ada, maka kita akan adakan, kita paksa agar keajaiban muncul untuk kita!" King Zardakh berkata penuh kesal.
"Lalu ... kita harus pergi ke mana untuk mencari pecahan kristal itu? Dan ramuan untuk Dad?" Jovano masih harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai metode penyembuhan orang tuanya.
Druana menggeleng. "Saya tidak bisa memastikan, Pangeran. Andalah yang harus mencarinya karena hanya keluarga terdekat saja yang bisa merasakan energi jiwa Putri Andrea."
"Lalu ... ramuan sihir?" tanya Jovano lagi.
"Saya akan coba membantu mencarinya dari gudang obat pusat di Underworld. Semoga saja ada bahan-bahannya di sana. Andaikan tidak ada, saya bisa mencari tempat ramuan itu berada." Druana meyakinkan Jovano.
Jovano menatap ke dua peti es abadi berisi kedua orang tuanya, lalu dia mendekat dan mengelus satu demi satu peti itu sambil berbisik lirih, "Mom, Dad, tunggu aku bawakan jiwa kalian, yah!"