Solusi dari Druana
Solusi dari Druana
Setelah menuliskan daftar para korban yang terjangkiti penyakit misterius di Cosmo dan menelaah lebih dalam, Jovano dan Shiro yang duduk bersama untuk memikirkan ini, serempak mereka berteriak, "Kontrak!"
"Ya, benar! Ini benar, Kak! Karena kontrak!" Jovano sampai melonjak dari duduknya dengan wajah sumringah.
"Tunggu dulu, Jo, ayo kita teliti lebih dalam lagi, jangan sampai salah mendiagnosa." Shiro kembali menekuni daftar di notes Jovano.
Keduanya kembali menekuri daftar pasien itu lagi.
"Lihat, ini semua adalah beast terkontrak milik Mom, dan ini milik Dad, iya kan?" Jovano menunjuk beberapa nama, termasuk Shiro.
Shiro mengangguk dan menunjuk ke para jiwa pedang, "Dan ini juga termasuk yang melakukan kontrak dengan orang tuamu, Jo."
"Artinya ... daya hidup kalian semakin menghilang karena ... karena mom dan dad sedang koma!" pekik Jovano seolah dia menemukan rumus paling menakjubkan melebihi rumus hebat apapun di dunia.
Shiro mengangguk. Pemikiran ini sempat hinggap di otaknya walau sekelebat meski dia saat itu tidak yakin, namun setelah memikirkannya bersama Jovano, dia jadi semakin yakin akan pemikiran sebelumnya. "Rupanya ini karena kami semua melakukan kontrak dengan mama dan papa."
"Astaga, kenapa aku baru nyadar sekarang, sih! Hadeh! Andai aja aku tau ini sejak kemarin, pasti akan lebih cepat cari solusinya, kan?" Jovano menepuk dahinya.
"Tapi, Jo, tetap saja solusi terbesarnya adalah menemukan energi jiwa mama dan menyembuhkan papa." Shiro mendesahkan kata-kata itu.
Mendengar ucapan Shiro, Jovano ikut mendesah sedih. Shiro benar, solusi paling mujarab dan tepat adalah menemukan energi jiwa ibunya dan menyembuhkan ayahnya. Tanpa itu semua, maka Shiro dan yang lainnya akan tetap dalam kondisi menyedihkan seperti ini sampai entah kapan.
"Tapi, Kak, setidaknya sekarang kita udah tau kalo ini ada kaitannya ama mom and dad." Jovano masih saja tetap gembira karena berhasil memecahkan teka-teki yang sejak kemarin membuat kepalanya pusing. "Yok, kita kasi tau yang laen, Kak!"
Shiro mengangguk. Ia pun bangkit dari duduknya dibantu Jovano.
Tak berapa lama, para anggota tim Blanche sudah duduk bersama di ruang makan yang sering dijadikan tempat mengobrol mereka. Para pasien sudah digendong atau dipapah yang sehat untuk didudukkan di kursi makan.
Hanya Noir dari tim Blanche yang tidak ikut pertemuan itu karena tubuhnya terlalu besar untuk diangkut. Selain Noir, koloni king kong juga tak dihadirkan. Mungkin mereka nanti akan dikabari saja besok pagi.
Jovano yang menjadi pembicara utama pun berdiri di ujung meja panjang dan besar berbentuk persegi itu. "Guys, aku sudah meneliti ini dengan Kak Shiro barusan, dan akhirnya kami tau penyebab sebagian dari kalian sakit."
"Ohh! Apa itu, Jo?" Kuro yang duduk lemas dalam pangkuan Zevo, bertanya dengan nada lemah.
"Yang terkena penyakit aneh ini adalah ... kalian yang berkontrak dengan mom dan dad!" Jovano secara langsung menyampaikan inti dari pertemuan ini.
Semua orang di sana pun membelalakkan mata mereka.
"Jo, kamu yakin?" Vargana memiringkan kepala, sedikit sangsi.
Jovano mengangguk. "Seratus persen sangat yakin, Va."
"Hm, kalau dipikir-pikir, masuk akal, sih!" Shona menimpali sambil mengetuk-ketukkan telunjuk pada dagunya.
"Lalu, solusinya untuk kami, apa, Jo?" tanya Kyuna dengan suara lirih sambil duduk dipeluk Shelly. Sementara Rogard, suaminya, tadi dibantu Kenzo keluar dari kamarnya.
"Mau tak mau, harus secepatnya menemukan energi jiwa mom dan mengobati dad sampai sembuh." Jovano menyatakan dengan wajah muram. "Jika nanti misalkan dad dulu yang bisa disembuhkan, maka kemungkinan besar paman Noir, paman Ro, dan Kak Shiro akan segera pulih seratus persen seperti sedia kala."
"Dan kalau noniku yang disembuhkan lebih dulu, maka aku yang duluan pulih, begitu yah Jo?" tanya Kyuna, memastikan.
"Benar, Kak!" Jovano mengangguk.
"Tapi, kita tidak mungkin tetap pasrah begini saja, kan Jo?" Kuro menyampaikan kegelisahannya. Dia yang terbiasa bergerak enerjik, kini lunglai bagai sawi layu. Ini sangat tidak sesuai dengan karakteristik dirinya!
"Akan aku hubungi Kak Druana untuk meminta saran." Shona pun segera memejamkan matanya, berkonsentrasi untuk menjangkau Druana di luar sana. "Jo, aku sudah berhasil menemukan Kak Druana, tolong masukkan dia ke sini."
"Oke." Jovano pun segera memasukkan Druana ke alam Cosmo. Kemudian, Jovano mulai menceritakan pada Druana mengenai permasalahan sebagian penghuni Cosmo.
"Olala ... aku benar-benar terlupa mengenai ini. Pantas saja sejak kemarin aku seperti melupakan sesuatu, seperti ada yang mengganjal di pikiranku. Ternyata ini." Druana mengerutkan dahinya. Ia berjalan mondar-mandir mengelilingi semua orang yang sedang duduk. "Memang ini termasuk masalah ... gawat-gawat enteng."
"Heh? Gawat-gawat enteng?" Voindra menyeru keheranan.
"Iya, dibilang gawat, tapi sebenarnya tidak. Tapi dibilang enteng, sebenarnya gawat." Lalu Druana terkekeh. "Jangan khawatir, aku akan buatkan ramuan untuk kalian agar kalian tidak terlalu layu seperti ini, astaga melihat kalian loyo begitu, aku jadi miris! Padahal kalian bisa dikatakan pasukan kuat kerajaan iblis, tapi lihat kalian sekarang ini? Hi hi, seperti kubis busuk."
Kuro dan Kyuna segera memutar bola mata mereka. Kesal, tentu saja dikatakan kubis busuk. Masih bagus analogi sawi layu daripada yang diucapkan Druana. Namun, karena mereka mendengar Druana bisa memberikan solusi meski bukan yang terbaik, mereka menahan emosi.
"Pokoknya tenang saja, aku akan segera membuatkan ramuannya. Tapi ...." Druana berhenti berjalan dan menatap wajah mereka satu demi satu.
"Wah, ini yang nggak enak, nih Kak Druana." Jovano meringis masam. "Tapinya itu loh!"
"Hi hi hi, yah mau bagaimana lagi, namanya melakukan sesuatu itu pasti ada konsekuensinya, ya kan?" Druana terkikik santai.
Kuro ingin sekali menyemburkan napas racunnya. Kyuna ingin mencambuk Druana menggunakan ekornya, tapi saat ini mereka tidak berdaya. Bahkan wujud mereka pun tidak bisa seluruhnya humanoid.
Kuro memunculkan sisik hitam khas ular di dahi dan lengannya, sedangkan Kyuna tak bisa menyembunyikan telinga rubah dan sembilan ekornya dan cukup merepotkan ketika duduk. Tubuh Rogard pun mulai transparan seakan hendak kembali menjadi sosok pedang.
"Apa konsekuensi dari ramuan buatan Kak Druana untuk penyakit ini?" tanya Jovano, tidak ingin terlalu lama melihat rekan timnya menderita.
"Kalian akan kehilangan kemampuan sihir kalian sampai Putri Andrea dan Pangeran Dante sembuh dan bangun dari tidur panjangnya." Druana menatap tajam Kuro sambil menyeringai. Namanya juga iblis. "Apakah kalian berani mengambil konsekuensi ini? Atau cukup begitu saja dan tetap jadi kubis busuk? Kalian yang tentukan."
Usai mendengar solusi yang ditawarkan Druana, Kuro dan yang lainnya saling pandang. Patutkah mereka mengambil solusi itu? Kehilangan kemampuan sihir? Sanggupkah mereka menanggung itu?
"Sayank, mau saja, yah! Yang penting energi kamu kembali." Zevo membujuk istrinya, Kuro.
"Aku setuju dengan Zevo," timpal Shelly yang menoleh ke Kyuna. "Kyu, terima saja saran dari Druana, oke? Tidak bisa melakukan sihir, tidak apa-apa, kan? Toh kamu aman di sini."
"Hm, aku setuju." Vargana mengangguk-angguk. "Kalian lebih baik terima saja ramuan Druana daripada kalian harus terus tergantung pada buah roh? Kalian sehari bisa menghabiskan ratusan buah roh, ya kan?"
"Bagaimana?" Druana duduk di tepi meja di dekat Jovano sambil menyilangkan kaki secara provokatif saat dia memakai rok mini.