Devil's Fruit (21+)

Menelaah Lebih Mendalam



Menelaah Lebih Mendalam

0Fruit 1219: Menelaah Lebih Mendalam     

Di pondok, Jovano terus berpikir keras mengenai apa yang sedang menimpa sebagian penghuni Cosmo.      

Ia hanya berjalan bolak-balik di kamarnya sambil terus mengumpulkan ingatan.      

Saat Jovano sedang berkonsentrasi mengenai masalah tersebut, ia mendengar pintunya diketuk. "Ya, masuk, Kak Shiro." Sebagai keturunan iblis hebat, mana mungkin dia tidak mengetahui siapa yang berada di balik pintu?     

Shiro membuka pintu dan masuk. Wajah pucatnya masih tetap sama seperti sebelumnya. Hanya, orang mungkin agak rancu dengan wajah hybrid putih satu ini. Karena dia sejak kecil memiliki warna kulit yang sangat putih, bahkan itu tidak bisa dibedakan dari putih bawaan dengan putih pucat.     

Dia berkulit terlalu super albino sampai susah dikenali apakah sedang pucat atau tidak.     

Namun, satu pembeda hanyalah daerah di bawah matanya. Jika itu berwarna semu kehitaman, maka Shiro sedang tidak baik-baik saja dan itu yang menandakan dia sakit dan pucat.     

"Kak Shiro, apakah Kakak sudah sehat?" Jovano menatap Shiro. Meski dia tahu kondisi Shiro pasti belum sepenuhnya sehat, namun dia hanya ingin tahu saja apa yang dirasakan Shiro.     

Lelaki hybrid itu menggeleng. "Belum sehat seratus persen, Jo. Mungkin hanya pulih sekitar 40 persen saja dengan memakan Buah Energi Roh."     

Jovano segera membimbing kakak angkatnya ke sebuah kursi dan mendudukkan Shiro di sana dan dia ikut hempaskan pantat menyebelahi Shiro. "Pulih 40 persen saja, yah? Hm, ternyata buah roh masih belum bisa maksimal membantu kalian."     

"Tapi ketika belum memakan buah roh, kami hanya merasa daya hidup kami sekitar ... yah, sekitar 15 sampai 20 persen."     

"Apa? Sebegitu parahnya?" Jovano mendelik ngeri. "Aku nggak ngerti andaikan aku nggak buruan kasi kalian buah roh ... hghh ... ngeri dah pokoknya." Ia geleng-gelengkan kepala. "Ini beneran bikin pusing aku, Kak! Bahkan koloni king kong juga kena, loh Kak!"     

"Ya, aku sudah mendengar itu, Jo. Memang ini sungguh aneh dan misterius. Wabah yang hanya menjangkiti ...." Shiro terdiam sejenak, lalu memiringkan kepalanya.      

"Bagaimana, Kak? Apa kau menemukan sesuatu?" Menurut Jovano, Shiro ini termasuk hewan iblis yang sangat cerdas. Bahkan kecerdasan Shiro dengan analisis-analisis briliannya kadang setara dengan dirinya.     

Shiro menoleh ke Jovano dengan pandangan tajam. "Jo, coba kamu data, siapa saja yang terkena penyakit aneh ini."     

"Ohh, baiklah!" Jovano segera menggunakan tenaga telekinesis untuk mengambil pulpen dan notes di atas meja. Ia segera mencatat siapa-siapa saja yang telah terkena wabah misterius itu.     

"Sudah, Jo?" tanya Shiro sambil melirik notes di tangan Jovano.     

"Coba Kak Shiro lihat ini. Semuanya udah aku tulis. Dan untuk koloni king kong, aku nggak bisa tulis satu demi satu nama mereka karena saking banyaknya."     

"Iya, tidak apa-apa, yang penting kita tahu dengan jelas siapa saja yang sakit." Shiro mengangguk lemah. Meski sudah sedikit pulih, namun dia masih harus mengerahkan kekuatan lebih banyak dari biasanya agar bisa menegakkan punggungnya.     

Jika yang lain, mereka akan berbaring saja untuk menghemat tenaga mereka. Tapi karena Shiro ingin membahas ini dengan Jovano, makanya dia memaksakan diri datang ke adik angkatnya.     

Jovano melihat daftar di notesnya bersama-sama dengan Shiro. "Kok ... sepertinya ...." Ia seolah menemukan suatu kaitan dari masalah ini. Ia pun bertatapan dengan Shiro. "Apakah Kak Shiro memikirkan seperti yang lagi aku pikirkan?"     

"Mungkin saja, Jo." Shiro menjawab lemah. Kemudian, dia mengeluarkan buah roh dari cincin ruangnya dan segera mengunyah sampai habis agar mengisi kembali daya hidupnya.      

"Ini ... kalau aku tidak salah kira ... semua yang di daftar ini ... sebagian besar adalah ... beast." Jovano melirik ke Shiro, seakan meminta pendapat si hybrid putih. Ia bagaikan murid sedang meminta konfirmasi dari gurunya.     

Shiro mengangguk. "Ini yang tadi membuatku langsung terhenti bicara dan mulai berpikir."     

"Kak ... kalau ini memang banyak menjangkiti para beast seperti Kak Shiro, Kak Kuro, Kak Kyuna, paman Noir, koloni king kong ... tapi kenapa tidak menjangkiti paman Heilong, ayah Kak Shiro?"      

"Bahkan sepertinya burung Vermilion juga tidak terkena penyakit ini." Shiro teringat kemarin dia masih melihat burung api arogan itu masih berseliweran penuh semangat di alam Cosmo tanpa ada tanda-tanda berpenyakit seperti dirinya.     

"Tunggu! Aku akan memanggil paman Weilong." Jovano teringat dengan beast kontrak dia. Dengan satu pemikiran, maka Weilong pun muncul di depan Jovano.     

"Huh! Kenapa kau mengganggu semedi aku, bocah nakal?" Weilong memang sedang getol-getolnya berkultivasi menggunakan kristal energi untuk terus meningkatkan kekuatannya agar bisa menutupi keadaan fisiknya yang ... mini.     

"He he, maaf, Paman ... cuma ingin memastikan apakah kau baik-baik saja." Jovano meringis. "Apakah paman baik-baik saja saat ini?"     

"Kau! Kau mengganggu semediku hanya untuk pertanyaan tolol seperti itu?!" Mata Weilong membara akan kemarahan. Yang namanya kegiatan berkultivasi itu bukanlah hal seperti meniup napas yang begitu mudah. Kultivasi itu melibatkan konsentrasi penuh dan pengosongan pikiran untuk fokus pada penyerapan energi alam dan menyatu dengan semesta agar bisa memupuk enegi itu di dalam diri dan menjadi sumber kekuatan.     

Terganggunya kultivasi artinya sebuah kerugian, dan jika tidak bisa menahan kekacauan energi yang sedang diserap tubuh saat diganggu, maka bisa berakibat fatal bahkan mendatangkan kematian. Dan Jovano mengganggu kultivasi dia hanya untuk perkataan: memastikan paman baik-baik saja?!     

Baik-baik saja kepalamu! Weilong ingin menendang Jovano sejauh mungkin andai tidak ingat bahwa dia adalah hewan terkontrak Jovano. Menyakiti majikan terkontrak akan menyakiti dirinya sendiri.     

"Paman, jangan marah dulu." Shiro pun bicara, wajahnya menampakkan keseriusan seperti biasanya.      

Melihat Shiro yang berbicara, Weilong pun menahan emosinya dan mendengus. "Humph! Bicaralah, bocah!"     

"Saat ini kami sedang dalam keadaan gawat." Lalu Shiro menjelaskan pada paman mininya mengenai wabah aneh itu.     

"Huh! Itu bukan urusanku, kan? Kalian pecahkan saja itu sendiri! Dasar anak nakal! Aku kembali ke gua!" Lalu, Weilong sudah menghilang. Jovano meringis kecewa sambil menatap Shiro.     

"Jadi ... ayahku dan paman Weilong tidak terdampak penyakit ini. Tapi ... kenapa paman Rogard kena?" Shiro mulai mengerutkan dahinya.     

"Ahh, ya benar! Paman Ro juga kena dampaknya, padahal dia bukan beast, dia cuma jiwa pedang." Jovano ikut mengerutkan keningnya. "Berarti, ini tidak bisa dikatakan hanya beast saja, ya kan Kak Shiro?"     

"Ya. Ini bahkan mengenai paman Rogard. Entah apakah jiwa senjata yang lain juga terdampak pada ini." Shiro menggelengkan kepala, setengah putus asa.     

"Ya, kita belum melihat tante Bara dan paman Froze. Ohh, tunggu, sepertinya mereka ada di dalam cincin Mom. Aku keluarkan dulu." Jovano ingat bahwa kedua pedang kuno itu disimpan di RingGo milik Andrea yang kini bisa dibuka Jovano.     

Maka, dengan sekali pikiran, Jovano pun memeriksa duo pedang kuno itu dan dia terkejut.      

"Kenapa, Jo?"     

"Kak, mereka melemah juga seperti kalian, meski tidak separah kalian, tapi aku melihat mereka memang ada tanda-tanda terdampak penyakit aneh itu!"     

"Hm, oke, kalau begitu, tambahkan mereka di daftarmu."     

Jovano mengangguk dan menuliskan nama duo pedang kuno. Kini, tidak hanya Rogard saja yang terkena dampak penyakit misterius ini, namun juga jiwa pedang kuno.     

"Ohh tidak!" seru Jovano. "Sepertinya aku tahu!"     

Jovano pun saling berpandangan dengan Shiro, dan keduanya menyeru bersama, "Kontrak!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.