Devil's Fruit (21+)

Terheran Dengan Bebatan Misterius



Terheran Dengan Bebatan Misterius

2Fruit 1224: Terheran Dengan Bebatan Misterius      

Serafima kesusahan untuk naik ke permukaan, karena Jovano terus menekankan tenaga telekinesis dia ke tubuh Serafima. Saat ini, dia bagaikan sebongkah batu yang hanya bisa terus diam di dasar kolam.     

"Katakan kau menyerah, maka aku akan membebaskanmu." Serafima mendengar itu di pikirannya. Apakah itu suara pemuda di atasnya ini yang tengah menyeringai menyebalkan seperti itu?     

Kini, setelah Serafima dipaksa dalam keadaan menyedihkan seperti ini dan menjadi tontonan Jovano, apa yang harus dilakukannya? Menyerah? Tunduk pada perintah pemuda itu?     

Hei, dia ini tergolong seorang senior bagi Jovano, loh! Bagaimana bisa seorang senior bersedia tunduk pada juniornya? Dia akan jadi bahan tertawaan apabila berita ini sampai ke telinga para muda di Antediluvian.     

Namun, jika dia tidak lekas menyerah, dia akan mati lemas di kolam ini. Ayo pilih, nyawa atau harga diri?     

Kedua pilihan itu terus berputar di kepala Serafima. Sialannya, Jovano malah terlihat santai saja melayang di dalam air, begitu dekat di atasnya sambil memarkan senyum seringainya. Bukankah itu pemandangan paling menyebalkan bagi Serafima seumur hidupnya!     

Tidak tahan dengan tatapan mengejek dari Jovano, tapi juga tidak berkutik, bahkan ditaklukkan dengan senjatanya sendiri oleh lawannya, bukankah itu seperti sebuah omong kosong? Ini terlalu memalukan!     

Blubb!     

Serafima sudah di ambang limit kemampuannya bertahan di dalam air sejak tadi. Meski paru-parunya lebih kuat dari manusia biasa, namun tetap saja ada ambang batasnya.      

"Bagaimana? Menyerah? Atau keras kepala dan mati konyol di sini?" Suara Jovano terdengar lagi di dalam kepalanya.      

Serafima mengangguk beberapa kali. Rupanya mati konyol di air bukanlah sebuah tindakan heroik yang mengharumkan nama. Mungkin setelah ini, dia bisa melakukan balasan lagi ke bocah ingusan itu! Oke, untuk saat ini, dia memilih untuk menyerah saja dulu sambil memikirkan taktik lainnya.      

Setelah melihat anggukan beberapa kali dari Serafima, Jovano pun meraih tubuh gadis itu dan dia bawa ke permukaan air.      

"Phuaahh! Uhuk! Uhukkk!" Serafima sampai terbatuk-batuk mengeluarkan semua air yang sempat tertelan sebelum ini. Sedangkan Jovano masih memeluknya sambil pemuda itu menyeret tubuh mereka berdua ke area tepi kolam yang dangkal.      

Sambil bergerak ke tepi kolam, tanpa disengaja, atasan tipis milik Serafima terkoyak dan menyebabkan dadanya menyembul hingga setengahnya. Dia tidak menyadari ini karena sibuk memulihkan paru-parunya.     

Sedangkan Jovano yang tidak memiliki masalah menelan air kolam, matanya tanpa sengaja melihat dada Serafima. Ia terbelalak kaget. Bukan karena payudara gadis itu, namun karena bebatan kuat kain putih pada dada itu.      

Untuk apa gadis ini sampai membebat seluruh dadanya seperti itu? Jovano terheran-heran dengan hal ini. Apakah ini alasannya dada Serafima sedatar dada pria? Dan ternyata itu dikarenakan bebatan kencang seperti itu!     

Serafima berhasil mengatur napasnya dan dia melihat Jovano yang terlihat aneh menatap dia. Lebih tepatnya menatap dadanya.      

Terkejut menyadari dadanya ditatap Jovano, Serafima segera menurunkan pandangannya dan dia terkesiap melihat kain atasannya sudah koyak dan menampilkan dada dia yang terbebat kain putih. "Kau! Jangan lihat!" serunya sembari tangannya segera mendorong Jovano agar menjauh darinya.     

Namun, tidak disangka-sangka, Serafima malah merasakan dadanya sesak hingga akhirnya dia pun hanya melihat hitam dan gelap di sekitarnya. Sial. Dia pingsan.     

Jovano terkejut, tiba-tiba saja Serafima yang awalnya galak mendorong dia, mendadak luruh dan memejamkan mata sambil merosot ke dalam air lagi. "Hei!" Tangannya lekas menggapai lengan Serafima sehingga kepala gadis itu tidak lagi masuk ke air. "Kau kenapa, oi! Tuan Putri! Tante! Hoi!"     

Tapi, meski ditepuk-tepuk sekalipun pipinya oleh Jovano, Serafima masih tidak sadarkan diri. Khawatir nyawa Serafima berada dalam bahaya, Jovano segera mengeluarkan tubuh mereka dari kolam dan membaringkan gadis itu di batuan tepian kolam.     

Sekali lagi, Jovano memanggil gadis itu sambil menepuk-nepuk pipinya. Ia cukup panik juga. Jika Serafima sampai mati di alam Cosmo, akan seberapa parah murka Revka nantinya?     

Di saat Jovano sedang bingung harus bagaimana bahkan terlintas untuk memanggil Shona, tiba-tiba saja dia menatap dada Serafima.      

Segera, Jovano paham dan dia pun menemukan alasan pingsan Serafima. Tangannya lekas mengoyak kain bebat di dada Serafima untuk membebaskan pernapasan gadis itu. Sepertinya Serafima kehabisan napas karena bebat dan terendam di air cukup lama.     

Orang biasa saja begitu susah payah bertahan di dalam air selama beberapa menit, apalagi yang dadanya dibebat erat seperti ini!      

Setelah kain bebat itu terkoyak oleh tangan Jovano, dua bongkah payudara bulat dan kencang terekspos di depan mata Jovano.      

Lelaki muda itu seketika linglung menatap payudara tersebut. Bukankah itu payudara yang indah? Meski tidak berlebihan besarnya seperti milik ibunya atau bibi Revka, tapi payudara di depan matanya saat ini begitu menarik dan menggiurkan.     

Kenapa payudara seindah begitu justru dibebat dan disembunyikan begitu keras oleh pemiliknya? Memangnya apa alasan yang membuat Serafima bertindak sekonyol itu? Apa gadis itu tidak menyadari keindahan payudaranya sendiri? Misalkan iya, setidaknya tidak perlu membebat erat begitu, kan? Apa gadis itu tak tahu bencana apa yang bisa terjadi apabila dadanya dibebat seperti itu?     

Tidak hanya bebatan di dada itu yang dikoyak Jovano, lelaki muda itu juga mulai melepaskan ikat pinggang ketat di pinggang Serafima dan melepas kait celana kulit gadis itu agar pernapasan Serafima bisa lekas pulih seperti sedia kala.     

Jovano masih terheran-heran dengan tindakan Serafima ketika gadis itu mengerang lirih, mulai tersadar, setelah pernapasannya lebih terasa longgar dan nyaman.      

Namun, betapa terkejutnya Serafima ketika dia sadar dan ternyata kain bebatnya sudah putus menjadi dua dan kedua payudaranya telah tampil apa adanya. "Kau! Bajingan busuk! Mesum!" raung Serafima sambil memukul Jovano dengan sisa tenaga yang ada. Bagaimanapun kuatnya dia, baru keluar dari air dan pingsan karena kesulitan bernapas tentu saja tidak memiliki tenaga sekuat biasanya.      

"Eii, eii, jangan emosi dulu!" Jovano berusaha menenangkan Serafima yang mengamuk, "Aku hanya ingin membantumu."     

"Membantu kepalamu!" seru Serafima dan matanya mendelik hingga maksimal ketika menyadari ikat pinggangnya sudah lepas dan demikian pula dengan kait celananya. "Kau! Kau bajingan mesum! Bajingan bejat!" Ia semakin memompa segenap energinya untuk memberikan serangan pukulan pada Jovano.      

"Hei! Aku tidak melakukan apapun yang tercela!" Jovano terus menghindari serangan brutal Serafima sambil berusaha menjelaskan. "Aku cuma melepas aja! Kagak pegang-pegang! Cuma ingin napasmu bisa lebih lancar dan lega!"     

Serafima berhenti, menjeda pukulannya dan mulai berpikir sesuatu. Sepertinya dia mendapatkan ide. Meski ini ide gila, tapi dia tidak keberatan asalkan bisa membalas Jovano.      

Pemuda itu masih waspada akan serangan Serafima selanjutnya, saat dia dikejutkan dengan tindakan selanjutnya dari Serafima. Matanya membelalak dan rahangnya hampir jatuh ke tanah.     

Serafima melucuti seluruh pakaiannya sendiri dan berdiri telanjang di depan Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.