Devil's Fruit (21+)

Sebuah Dorongan Misterius (19+)



Sebuah Dorongan Misterius (19+)

0Fruit 1226: Sebuah Dorongan Misterius (19+)     

Demi lelaki itu menyerah kalah dan terlihat menyedihkan setelah nanti dia pergi meninggalkan Jovano yang tengah birahi begitu saja, Serafima memunculkan ide gila yang sebenarnya berbahaya.     

Namun, meski memiliki resiko tinggi, bagi gadis itu, rencana ini sungguh brilian. Membayangkan wajah putus asa Jovano saat birahinya disulut dan dia lari kabur, itu sungguh luar biasa!     

Di pihak Jovano, ketika pusaka kebanggaannya yang masih tertidur lelap di kandangnya disentuh begitu saja dan diremas pelan, mana mungkin pusaka itu tidak bergejolak menggeliat dari tidurnya?     

Sebagai orang yang memiliki darah Incubus, mana bisa Jovano menahan? Dia keturunan iblis! Bukan orang suci!      

Maka dari itu, dikarenakan sentuhan dan stimulasi terus menerus dari Serafima, mana mungkin dia bisa terus diam dan menolak. Rasanya terlalu konyol apabila dia menolak apa yang telah disajikan begitu saja untuknya.     

Sreett!     

Jovano menyambut rayuan Serafima dan memeluk gadis itu dari belakang. Sambil berbisik, "Sepertinya aku akan sangat berdosa kalau sampai menolak ketulusan hatimu ini, iya kan Tuan Putri?" Jovano juga menempatkan satu tangannya pada payudara gadis itu dan tangan lainnya menjelajahi celah intim di selatan tubuh Serafima.     

"A-annghh!" Serafima memekik pelan saat jemari Jovano merayap masuk ke celah sempit miliknya dan dicelupkan di sana sambil diaduk perlahan. Meski itu rasanya tiada terkira, namun dia harus tetap pada akal sehatnya, tak boleh terbuai!     

"Kenapa, Tuan Putri? Apakah terasa sakit? Atau sebaliknya?" bisik Jovano di belakang telinga Serafima.      

"Kau! Emmghh ...." Serafima tak tahu harus memberikan jawaban apa atas pertanyaan tadi. Memangnya pertanyaan semacam itu ada jawabannya?!     

"Pfttt! Tuan Putri ... jangan pernah menyesali ini, oke? Karena kau sudah berani menggoda seorang keturunan Incubus, maka jangan coba-coba menghentikan aku." Jovano sembari menggigit kecil cuping telinga Serafima.     

Gadis itu kian mengerang pelan, kegelian ketika telinganya diperlakukan seperti itu. "Jo-mmghh! K-kau harus bertanggung jawab!"     

"Tentu saja aku akan bertanggung jawab dengan baik dan memuaskan untukmu, Tuan Putri." Jovano terkekeh.     

Serafima menoleh ke belakang, mencari wajah Jovano, dan ia mendelik kaget ketika bibirnya sudah disambar Jovano ketika wajahnya ditolehkan lebih jauh.      

Tidak berkutik, Serafima pun terpaksa menerima ciuman Jovano sembari merasakan sentuhan erotis di beberapa bagian intim tubuhnya. Ia menggelinjang saat jemari Jovano memilin putik dadanya bergantian, apalagi ketika jemari itu membelai mutiara spesial dia di dalam belahan intimnya.      

Ada rasa geli namun semakin lama, terasa semakin aneh namun nikmat. Tubuhnya segera mengalirkan hawa panas tanpa bisa dia cegah. Tak hanya dia harus menahan terjangan rasa aneh yang melingkupi payudaranya, dia juga harus berjuang menguatkan lututnya ketika terjangan serupa menyerang bagian intimnya di bawah sana.     

Tak kuat dan ingin mengambil napas baru sebanyak mungkin, Serafima melepaskan cumbuan bibir Jovano sehingga dia bisa mengambil oksigen sebanyak yang dia inginkan.      

Namun, tiba-tiba saja satu kakinya diangkat dan ditaruh di lipatan siku Jovano sebelum jemari nakal pemuda itu merambah kembali ke sebuah benda mungil bagaikan mutiara berharga di bawah sana. "Ah-haannhh!" Serafima terkejut dengan lenguhannya sendiri.      

Tapi itu sudah terlanjur meloncat keluar begitu saja dari mulutnya, tak bisa ditarik ulang.      

Belum sempat dia memikirkan kenapa harus mengeluarkan suara seaneh itu dari mulutnya, Serafima sudah dikejutkan dengan gesekan jemari Jovano pada mutiara mini dia di bawah sana. Gesekan itu benar-benar memabukkan dan kian cepat dan cepat sampai dia kepalanya seperti diputar sampai pusing.      

Yang paling aneh, dia seperti merasakan adanya dorongan misterius dari dalam dirinya ketika jemari Jovano terus saja menari gila di sana, menggesek, mengusap, membelai dan menggesek lagi.      

Bagaimana ini? Serafima rasanya seperti ingin berkemih, tapi kenapa seperti bukan? Ini bagaimana, sih? Yang pasti, dong! Berkemih atau tidak? Tapi yang pasti, ini benar-benar mendesak ingin keluar, seolah ini akan meledak.      

Lututnya serasa makin menjadi jeli ketika gesekan jemari Jovano terus menggila di area intim itu. Serafima bahkan tidak lagi menggubris mengenai pucuk dadanya yang terus dipilin, perhatian dia terfokus pada area selatan dia, dan kenapa ada dorongan aneh yang ingin mendesak keluar secepatnya?     

Bagaimana ini? Haruskah dia keluarkan desakan ini? Bagaimana kalau ternyata itu adalah air kemih? Bukankah sangat memalukan?      

Sambil berpikir dan menimbang ini serta itu di kepalanya, napas Serafima semakin memburu dan dia terengah-engah beserta desahannya kian nyata tanpa dia sadari.      

Menyadari bahwa Serafima semakin terengah dan memiliki tanda-tanda seperti orang mulai berkontraksi, Jovano mengenal itu dengan baik sebagai tanda seorang perempuan hendak mencapai orgasmenya.      

Jovano bukanlah seorang amatir dalam hal ini. Terlebih, dia bukan manusia biasa, dia memiliki kepekaan yang melebihi manusia dalam merasa dan mendengar. Apalagi dia juga pandai dalam hal mengamati.      

"Kenapa, Tuan Putri, sudah tidak kuat kah? Ingin keluar?" bisik Jovano sekali lagi di telinga Serafima.      

"Ehh?" Gadis itu teralihkan dari sengalan napasnya dan menoleh ke Jovano.     

"Kalau sudah tak kuat, boleh dikeluarkan sekarang juga, kok!"      

Dikeluarkan? Apanya?! Serafima terlalu hijau mengenai hal asmara, apalagi bercinta. Dia terlalu tomboi hingga tidak suka mendengarkan celotehan gadis-gadis Nephilim yang bergosip mengenai pengalaman bercinta mereka. Dia lebih suka berkelana dengan teman-teman pria dan menantang duel mereka, lalu menjadi pemenang.      

Dia sama sekali awam dan hijau mengenai dorongan aneh di perut bawahnya ini! Dan Jovano berbisik nakal menyuruhnya untuk mengeluarkan? Dia harus kencing di sini juga? Mengencingi area dekat kolam? Kalau sampai berbau nantinya, bagaimana?     

Tapi, semakin memikirkan itu, gerakan gila jemari Jovano seakan tiada ampun, membuat erangan Serafima makin menggila juga. Dia tak tahan! Pokoknya dia tak tahan! Terserah jika dia sampai berkemih di sini!     

"A-aagkkhhhh!" Serafima pun mengeluarkan dorongan itu, meledakkannya dalam beberapa semburan kecil yang jatuh ke tanah berumput di dekat kolam, dan dia langsung kejang-kejang kecil sambil menuntaskan 'berkemih'nya.      

Pokoknya ini bukan salah dia! Ini salah Jovano yang membuat dia sampai harus mengompol di tempat! Ahh, sialan lelaki satu ini! Awas saja nanti!     

Ohh ya, bukankah lelaki ini bahkan belum melepas bajunya sejak tadi? Serafima menggelap seketika menyadari kelengahannya ini.      

Ia pun berbalik menghadap ke Jovano dengan napas tersengal-sengal usai kakinya diturunkan ke tanah. "Kauhhh ... kau curanghh ... kauhh belumhhh ... buka bajuuhh ...." Serafima cukup kesulitan berbicara normal saat ini. Lututnya masih terasa lemas.      

Tapi dia belum menuntaskan pembalasannya pada Jovano. Oke, bertahan sedikit lagi sampai Jovano membuka bajunya dan terlena.     

Jovano meringis. "Kupikir Tuan Putri melupakan itu." Ia pun mulai melucuti dirinya sendiri.     

Serafima meneguk ludahnya menatap tubuh telanjang Jovano. Bukan untuk berpikiran mesum, melainkan dia takjub dengan otot-otot maskulin di sekujur tubuh Jovano. Berapa umur bocah ini? Kenapa tubuhnya sudah sebagus ini!     

Namun, Serafima tidak bisa berlama-lama mengagumi Jovano karena kini dia ditekan Jovano hingga berlutut dan di depannya sudah disajikan daging keras berotot tegang dan tegak menantang gravitasi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.