Keputusan Jovano Mengenai Misi dan Semuanya
Keputusan Jovano Mengenai Misi dan Semuanya
Setelah sesi pengobatan dari Druana rampung beberapa hari lalu, beban di pundak Jovano pun mulai terangkat. Sebagai wakil dan juga pengganti dari kedua orang tuanya, ia memikul beban cukup berat.
Andrea bisa dikatakan sebagai pemimpin tim Blanche dan Dante adalah wakilnya. Ketika kedua orang itu 'tumbang', maka sudah menjadi tugas dan kewajiban Jovano sebagai putra mereka mengambil alih semua tanggung jawab keduanya.
Dengan mulai pulihnya para pasien di alam Cosmo, setidaknya Jovano bisa bernapas lega salah satu bebannya terangkat, meski beban paling berat, yaitu memulihkan kedua orang tuanya, masihlah jauh dari kesanggupan untuk diangkat olehnya.
Meski begitu, sebagai putra yang mewarisi kecerdasan Andrea, Jovano yakin dia bisa menggantikan sementara ibu dan ayahnya sebagai pemimpin Blanche. Lagipula, bukankah ini bagus untuk pengalaman leadership dia?
Selama dia masih mendapatkan kepercayaan seluruh anggota tim Blanche, maka itu akan baik-baik saja.
"Jo, apakah kau sudah memikirkan mengenai bagaimana kita mencari energi jiwa mama dan menyembuhkan luka papa?" Malam ini, Shiro menemui Jovano di kamar pemuda itu. Serafima masih ada di sana dan tidak berniat keluar, tetap bertahan di kasur, membiarkan Jovano dan Shiro berdiskusi di meja dekat peraduan.
Jelas, Shiro mengabaikan Serafima, karena baginya, ada atau tidak ada gadis itu, dia masih akan tetap mendiskusikan ini dengan Jovano.
"Sudah, Kak. Dan sepertinya aku akan memiliki pengaturan mengenai itu untuk kita semua." Jovano senang jika berdiskusi dengan Shiro. Kakak angkatnya itu diyakini orang cerdas yang bisa mengimbangi pemikiran dia.
"Bagaimana itu?" Shiro ingin segera tahu.
Karena Jovano tidak ingin menyembunyikan apapun dari Shiro, ia pun memaparkan rencananya. Shiro mendengarkan secara serius dan sesekali dia akan memberikan masukan dan tanggapan.
Setelah diskusi mereka selesai, Shiro pun kembali ke kamarnya sendiri. Jovano berjanji besok pagi akan mengumpulkan tim Blanche dan menjabarkan diskusi mereka ini.
Usai Shiro pergi, Serafima berbaring miring ala Cleopatra dan berkata ke Jovano, "Kau yakin ingin seperti itu?"
Menghampiri kasur tempat Serafima berada, Jovano mengangguk dan menyahut, "Aku rasa ini sudah yang terbaik yang bisa aku pikirkan untuk semua orang."
"Hmph, semoga saja mereka besok menerima keputusan darimu." Serafima mengubah posisinya menjadi telentang, memandang langit-langit kamar Jovano. Sudah sejak hari-hari lalu, gadis itu bersedia tidur di kamar Jovano.
Namun, Serafima masih enggan disebut sebagai kekasih Jovano. Gengsi ras dia terlalu menguasai perasaannya dan ia hanya mengakui Jovano sebagai teman bercinta saja ketimbang kekasih. Dengan begitu, ia merasa masih sejajar dengan Jovano dalam status dan juga mengurangi rasa bersalah dia kepada darah ras Nephilim yang mengalir di tubuhnya.
"Aku memiliki keyakinan mereka akan menerimanya," ucap Jovano sembari dia merunduk ke gadis itu sambil melanjutkan bicara, "seperti keyakinanku bahwa kau akan mendesah setelah ini." Lalu ia menyeringai ketika mulai menindih gadis itu.
"Kau! Engghhh ... Jo! Aghh, hentikan-aaghhh ...." Seperti yang dikatakan Jovano belum lewat 5 menit bahwa Serafima akan mendesah.
Selanjutnya, sudah bisa ditebak apa yang terjadi ... pergumulan beringas di atas tempat tidur. Serafima tidak sudi jika dirinya ditindas dan didominasi oleh keturunan iblis. Oleh karena itu, dia kerap melakukan perlawanan dalam pergumulan intim itu dan membuat kamar mereka lebih 'riuh' dari kamar yang lain.
Di kamar sebelah, Vargana memutar bola matanya sambil berkata, "Tuh kan, pasangan kucing garong mulai lagi malam ini."
"Kenapa kita tidak berbuat sama, sayank?" Pangeran Abvru mendekati istrinya, memulai pergerakan terlebih dahulu. "Siapa tahu kita ternyata lebih unggul."
Vargana mendelik ke suaminya meski tak berapa lama, dia sudah berada di bawah tubuh suaminya dengan pasrah dan erangan yang tidak berjeda.
Di kamar lain, Zevo masih berusaha membujuk Kuro untuk bermesraan sambil berintim-intim. Tapi, sepertinya Kuro masih saja galak dan menolak.
Poor Zevo.
-0-0-0-0-
Pagi yang dinantikan Jovano pun tiba dan dia mengumpulkan seluruh anggota tim Blanche di teras depan pondok hunian. karena tempat itu lapang dan cukup luas maka, itu memang tepat dijadikan tempat pertemuan dan diskusi bagi mereka dibandingkan dulu yang sering memakai ruang makan.
Dengan perkembangan tubuh besarnya Noir, tidak mungkin ruang makan masih layak dijadikan tempat mereka berdiskusi dan berbincang bersama-sama.
"Jadi, kalian pasti udah ngerti kenapa aku manggil kalian semua di sini, iya kan?" Jovano mengawali 'pidato'nya seraya memandang satu demi satu wajah tim Blanche.
Mereka semua mengangguk karena malam sebelum ini, Shiro sudah mengabarkan mengenai adanya pertemuan ini.
"Dan siapa saja yang tidak hadir?" tanya Jovano.
"Sepertinya hanya ayah bodohku saja, Jo." Kuro menjawab. Memang, Raja Naga Iblis Heilong tidak berada di sana karena sibuk berkultivasi di salah satu goa di Cosmo, sama seperti adiknya, Weilong.
"Ohh, dan mama juga papaku gak ada, Jo!" Vargana teringat.
"Ahh, kalau itu ... aku nanti akan melaporkan sendiri ke mereka mengenai ini." Jovano mengangguk ke kakak sepupunya.
Kemudian, dengan sebuah kekuatan pikiran, Jovano memunculkan burung Vermilion, Hong Wang. Sinar kemerahan pekat keluar dari tengah dahinya, langsung membentuk seekor burung api.
"Ehem! Kita bertemu lagi, bocah-bocah ingusan!" Hong Wang melayang di udara dengan tubuhnya dipenuhi dengan tarian jilatan api yang sangat membara. Dia sudah pernah dikenalkan ke tim Blanche belum lama ini, jadi mereka sudah tahu siapa Hong Wang.
"Kau burung nakal yang hampir membuat kami kelabakan dulunya! Tunggu sampai aku punya kekuatan sihir, akan aku pencet paruhmu!" Kuro melakukan gerakan memencet dengan dua jarinya sambil menatap kesal ke Hong Wang.
Dulu di alam Feroz, kelompok Andrea sangat panik dan sedih ketika Andrea disusupi mendadak sebuah mutiara merah, mengira sang Cambion akan segera mati gara-gara mutiara itu dan ternyata itu hanyalah Hong Wang yang tidak berbahaya bagi Andrea.
Hong Wang sudah hendak membalas ucapan Kuro ketika Jovano memotong keributan keduanya. "Nah, nah, sekarang kembali ke topik utama, oke?" Menatap mereka kembali, semua orang mengangguk ke Jovano.
"Lanjut, Jo!" seru Vargana.
"Oke, jadi begini ... aku sudah mengatur mengenai siapa saja yang akan melakukan misi bersamaku untuk mencari pecahan jiwa mom. Yaitu, aku, Sera, Shona, Kak Zaghar, Gavin, Weilong, dan Hong Wang." Jovano menuturkan nama-nama yang akan menyertai dia di misi nanti.
"Ehh? Kenapa aku tidak ada?" Kuro protes.
"Tunggu aku selesaikan omonganku dulu, Kak Kuro." Jovano tersenyum ke Kuro. "Dan nantinya, Kak Kuro dan Kak Shiro, dibantu Zevo, akan tetap di Tokyo untuk mengurus Joglo Fiesta. Tentunya tidak ingin restoran mom berdebu dan bangkrut, kan Kak?"
Kuro terdiam, dia langsung ingat bahwa kekuatan sihir dia belum bisa kembali, akan percuma ikut Jovano, malah menjadi beban saja.
"Lalu ... mohon bantuan Aunty Shelly dan Uncle Ken mengurus kedua Tropiza. Mungkin bila Tante Kyu dan Paman Ro ingin membantu di sana, itu akan sangat bagus. Lalu ... Vava dan Voi, aku harap kalian bisa mengelola Adora. Bisa? Kak Abvru bisa ikut bantu, kok, kalau mau," lanjut Jovano.