Mengetahui Tugas Masing-Masing
Mengetahui Tugas Masing-Masing
"Aku sudah mengatur mengenai siapa saja yang akan melakukan misi bersamaku untuk mencari pecahan jiwa mom. Yaitu, aku, Sera, Shona, Kak Zaghar, Gavin, Weilong, dan Hong Wang." Jovano menuturkan nama-nama yang akan menyertai dia di misi nanti.
"Ehh? Kenapa aku tidak ada?" Kuro protes.
"Tunggu aku selesaikan omonganku dulu, Kak Kuro." Jovano tersenyum ke Kuro. "Dan nantinya, Kak Kuro dan Kak Shiro, dibantu Zevo, akan tetap di Tokyo untuk mengurus Joglo Fiesta. Tentunya tidak ingin restoran mom berdebu dan bangkrut, kan Kak?"
Kuro terdiam, dia langsung ingat bahwa kekuatan sihir dia belum bisa kembali, akan percuma ikut Jovano. "Hmhh ... sepertinya aku memang tidak bisa ikut misi Jo."
"Tentu saja, bodoh!" rutuk Shiro dan berkata, "Kau ini sedang mandul sihir, jadi kau hanya akan jadi beban Jo saja kalau ikut!"
Kuro melotot ke saudara kembarnya dan menggebrakkan meja ciptaan Kenzo pagi itu. Brakkk! "Kau! Memangnya kau tidak mandul juga, hei! Kau akan mandul selamanya! Selamanya!"
"Kak Kuro, jangan mengucap seperti itu, itu sama saja memberi kutukan ke Kak Shiro." Vargana memperingatkan Kuro yang berapi-api. Kenapa duo hybrid itu tidak pernah akur dan manis satu sama lain, sih? Apa yang terjadi ketika mereka masih menjadi telur? Saling berbenturan kah?
"Huh! Ucapan hybrid lemah tak berguna seperti dia tidak akan mengakibatkan efek apapun padaku," balas Shiro.
"Ya ampun kalian, apa tidak bosan ribut terus begitu?" Kyuna sampai geleng-geleng takjub. Sudah sejak mereka menetas, keduanya tidak pernah akur saling mengasihi. Dan biasanya itu akan dipicu oleh Shiro dahulu yang berlidah tajam.
"Sudah, sudah, jangan malah ribut dan mengabaikan Jo, dong." Shelly berusaha menasehati Kuro. Memang susah, si hitam berdarah panas mudah tersulut, dan si putih berlidah tajam malah gemar menyulut. Bagaimana ada kedamaian antara mereka?
Akhirnya, berkata ucapan Shelly, kedua hybrid itu diam dan Jovano menatap penuh terima kasih pada Shelly. Mungkin ini adalah tantangan berat dia untuk mengasah leadership dia, yaitu lekas mendamaikan Kuro dan Shiro.
"Oke, aku lanjut, yah! Tadi sudah aku putuskan siapa aja yang bakalan berjaga di Joglo Fiesta. Lalu ... mohon bantuan Aunty Shelly dan Uncle Ken mengurus kedua Tropiza. Mungkin bila Tante Kyu dan Paman Ro ingin membantu di sana, itu akan sangat bagus."
Shelly menatap Kyuna dengan mata berbinar. Demikian juga Kyuna. Ini sungguh sebuah harapan menjadi kenyataan jika dia diperbolehkan keluar Cosmo dan mencicipi kehidupan ala manusia.
"Kyu, kau mau?" tanya Shelly penuh harap.
Kyuna mengangguk antusias. "Tentu saja! Kenapa tidak! Aku tak sabar menjalaninya!"
"Bagus, jadi Aunty Shel dan Tante Kyu udah sepakat untuk mengelola Tropiza Teen, yah!" Jovano memastikan.
Shelly dan Kyuna mengangguk berbarengan.
"Kalo gitu, Tropiza Family dipegang ama Uncle Ken dan Paman Ro, ya kan?" Jovano beralih ke duo bapak-bapak.
Kenzo dan Rogard mengangguk setuju.
"Ohh, lalu anak kami?" Kyuna teringat akan kedua anaknya.
"Jangan khawatir, Kevon dan Alyn bisa ikut ke Jepang dan bersekolah di sana." Jovano sudah memikirkan itu. "Nanti akan aku atur mereka bisa bersekolah di tempat yang layak dan terbaik di Tokyo."
Mendengar itu, Kyuna kegirangan sampai melonjak-lonjak di kursinya.
"Hm, tapi bagaimana dengan ekor Kyu?" tanya Rogard. "Kalian pasti tahu sendiri, dia sering terlupa menyimpan ekornya dan kadang juga telinganya."
"Ohh, kalau mengenai itu, tak usah khawatir, Paman." Jovano terkekeh dan melanjutkan, "Karena di Jepang biasa ada cosplay, maka rasanya tak masalah andaikan ekor Tante Kyu melambai-lambai, karena pasti akan dikira Tante sedang ber-cosplay jadi kitsune."
"Hi hi, padahal aku kitsune sungguhan! Tak perlu susah-susah ber-cosplay." Kyuna sudah mengetahui beberapa budaya pop di Jepang dari Andrea yang dulu terkadang mengajak tinggal di mansion di akhir pekan saja meski tidak sering. Maka dari itu, Kyuna paham apa itu cosplay.
"Baiklah, berarti masalah tentang Joglo Fiesta dan Tropiza udah finish keputusannya, yah!" Vargana berkomentar. "Lalu Adora?"
"Nah, ini yang ingin aku bicarakan. Kalian ... Vava dan Voi, aku harap kalian bisa mengelola Adora. Sanggup pasti, ya kan? Kak Abvru bisa ikut bantu, kok, kalau mau," Jovano menatap kedua sepupunya penuh harap. Dia memiliki kepercayaan mereka akan mampu menangani urusan di Adora.
"Duh, Jo ... aku gak gitu yakin bisa mengurus Adora. Tapi pasti akan aku coba, sih!" Vargana menjawab dengan raut tak yakin.
"Gimana kalau kita juga minta tolong mama?" Voindra bersuara memberikan saran.
Sang kakak memandang Voindra dengan mata berbinar. "Kayaknya bisa juga, tuh ide! Pinter, Dik!" Lalu keduanya melakukan toss. Sungguh berkebalikan dengan Kuro dan Shiro.
"Oke, kalau gitu, Adora bisa ditangani Aunty Myren selama Aunty kagak repot." Jovano mengangguk setuju. Bagaimana pun juga, bibi Myren dia adalah jenderal utama di kerajaan Orbth, tentu saja tugasnya sudah sangat banyak, apalagi sang bibi juga memiliki beberapa bisnis yang tersebar di seluruh penjuru bumi.
"Berarti ini semua udah finish, yah Jo?" Vargana menatap sepupunya. "Tidak ada yang tertinggal lagi untuk didiskusikan?"
"Ohh, tentu saja, aku ingin Paman Noir tetap di Cosmo dengan anak-anaknya," imbuh Jovano, teringat mengenai Noir. Ia langsung menoleh ke Griffin Badai Petir yang duduk santai agak jauh dari meja karena besar tubuhnya. "Tak apa, kan Paman?"
"Ya, tentu saja aku harus di sini. Mana mungkin aku menjaga restoran atau mengelola sanggar. Bisa-bisa semua orang lari kalang-kabut melihatku." Noir menjawab santai. Jovano segera tersenyum canggung. Tentu saja, karena badanmu begitu besar, Paman!
"Nah, kalau gitu, ini udah kelar, ya kan? Semua orang udah dapat porsi tugasnya masing-masing, betul?" Vargana memandang semua anggota tim Blanche.
Semua orang di teras itu pun mengangguk. Mereka sudah memiliki tugasnya masing-masing yang dipercayakan oleh Jovano pada mereka, maka mereka tentunya harus melaksanakannya dengan sebaik mungkin agar tidak mengecewakan Jovano.
Selama ini, bisnis Andrea seperti dua Tropiza, Joglo Fiesta, dan Adora ... semua itu dibangun dan dibesarkan Andrea dengan tenaga yang tidak kaleng-kaleng, maka dari itu ... selama tim Blanche sibuk berperang, bisnis-bisnis itu terpaksa dilimpahkan sebentar ke para iblis bawahan King Zardakh.
Sekarang, mereka harus mengambil alih kembali agar ketika Andrea bangun, dia tidak kecewa.
"Bagaimana dengan restoran Schubert?" tanya Kuro, teringat akan satu restoran yang didedikasikan dengan nama mendiang suami kedua Andrea, Giorge.
"Itu udah sejak lama dikelola Opa, kan?" Jovano masih ingat bahwa karena Ivy sepertinya tidak menaruh minat mengelola restoran yang sebenarnya akan diserahkan padanya, maka pengelolaan masih dipegang King Zardakh.
"Ohh, ya benar." Kuro mengangguk.
"Kenapa aku tidak dilibatkan?" Mendadak, terdengar suara gadis kecil yang amat mereka kenal. Gadis itu menunjukkan wajah bangun tidur dan dia bahkan sedang mengucek mata dengan gerakan malas.
"Zivena!"
"Zizi!"