Serafima Mencari Informasi
Serafima Mencari Informasi
Setelah mendapatkan kejelasan serta kepastian dari Druana bahwa meski kekuatan sihir mereka menghilang untuk sementara waktu, namun mereka masih bisa mempertahankan bentuk humanoid mereka, sebagian tim Blanche pun lega.
Druana sudah dikirim keluar lagi oleh Jovano. Dan benak orang-orang itu masih belum bisa melupakan ketegasan Zivena dalam menceramahi orang lain, bahkan sekelas Druana, iblis medis tingkat tinggi.
Tapi, yah ... mungkin ini ada hubungannya dengan darah Angel yang dimiliki bocah itu meski hanya sekian persen, sehingga dia masih memiliki pemikiran layaknya Angel, yang harus menegakkan kebajikan dan kejujuran hidup.
Mendekat ke Zivena, Serafima tampak malu-malu ketika dia mengatakan di batinnya, 'Terima kasih, yah bocah kecil. Terima kasih karena kau sudah memarahi iblis tak tahu malu itu! Sebagai makhluk dengan sebagian darah Angel pun aku geram jika melihat iblis ja-uhum, iblis tak tahu diri seperti itu.' Ia hampir saja mengucapkan jalang saking bersemangatnya jika tidak ingat Zivena hanyalah bocah cilik belum remaja.
Sontak, diberi tembakan pemikiran batin seperti itu dari Serafima, Zivena lekas menoleh ke gadis Nephilim dan sorot matanya berubah tajam. "Kau! Jika kau masih saja tidak bisa memastikan perasaanmu kepada kakakku, lebih baik berhenti secepatnya dan pergi dari sini, kembali ke bangsamu!"
Hekkhh! Serafima nyaris muntah darah saking terkejutnya akan jawaban Zivena. Hei bocah, aku ini barusan sudah bermanis-manis berterima kasih padamu, tapi kau membalas dengan lidah tajammu! Untung saja tidak ada orang lain lagi di sini, maka aku tidak begitu mal-
"Lantas, aku harus berterima kasih atas ucapan manismu tadi? Ohh, bahkan kau tidak mengatakannya di depanku langsung melalui mulutmu tapi malah memakai pikiranmu. Apa kau ratu pengecut atau apa? Jangan bawa-bawa darah Angel segala untuk membenarkan tindakanmu." Dan Zivena tanpa ampun menceramahi Serafima hingga gadis Nephilim itu memiliki penyesalan sudah mencoba mendekati Zivena.
Awalnya, Serafima ingin mengakrabkan diri dengan Zivena karena dia adik dari Jovano, tapi sepertinya itu merupakan jalan terjal tak berujung jika bocah itu terus saja mampu membaca pikirannya.
"Nah, apa kau dengar apa saja yang sudah kukatakan tadi?" Zivena berkacak pinggang sambil menatap cemberut ke Serafima.
"I-iya, Zi." Apakah kalau sudah begini, sama saja dia dibuat tidak berkutik oleh seorang bocah? Harga diri macam apa jika ini diketahui teman-teman dia di Antediluvian?
"Ingat, kau harus tegas dengan perasaanmu sendiri. Kakakku sudah sangat menderita mengenai kisah cinta lalunya. Maka dari itu, aku tidak mau ia menderita lagi jika kau hanya seorang pengecut yang tidak berani mengakui perasaanmu." Rupanya lidah tajam Zivena belum ingin berhenti.
"Hei, hei, apa-apaan ini, kok ada menderita mengenai kisah cinta lalu, hm?" Jovano ternyata sudah di dekat mereka dan dia dengan santai mengangkat tubuh adik bungsunya.
"Kak, kau harus mempertimbangkan jika kau hanya dipermainkan saja olehnya." Bocah itu mendadak manja dan penuh keluhan terhadap Serafima, sungguh kontras dengan bagaimana tadi dia mengomeli si Nephilim.
Rahang Serafima nyaris saja jatuh ke tanah. Bocah ini ... apa-apaan, sih! Tadi begitu galak padaku dan sekarang pada kakaknya sangat manja bagai tanpa dosa.
Zriingg!
Tatapan tajam Zivena langsung tertuju ke Serafima. "Kau masih berani mengomeli aku, huh?"
"A-aaahh! Tidak, Zi!" Panik, Serafima lekas menyangkal. Duh, betapa rumitnya jika berada di dekat bocah ini! Mungkin dia harus belajar untuk mengendalikan pikirannya apabila ada Zivena.
Jovano terkekeh melihat keduanya. Sementara itu, Serafima masih memikirkan ucapan Zivena tadi. Jovano pernah mengalami penderitaan pada kisah cinta lalunya? Pada siapa itu? Apakah Jovano diputuskan? Ditinggalkan seorang gadis begitu saja? Pria setampan itu?
Ohh, sebaiknya dia menyimpan dalam-dalam ini sebelum Zivena memergoki lagi dan memarahi dia. Mungkin dia bisa menanyakan ini pada anggota Blanche lainnya.
-0-0-0-0-
"Kau ingin mengetahui kisah cinta Jo yang dulu?" Shona si kalem adalah orang yang pertama ditanyai oleh Serafima pada esok paginya secara diam-diam dari Jovano apalagi Zivena.
Serafima mengangguk.
Nampak wajah bingung Shona. Gadis itu kemudian berkata, "Untuk masalah Jo yang itu, aku tidak berani mengatakan apa-apa karena itu bukan wewenangku. Lebih baik kamu bertanya sendiri pada Jo langsung."
Hghh! Gagal!
Di tempat Vargana .... "Hm? Kisah cinta Jo yang dulu? Hm, gimana, yah! Aku gak berani ngomong. Ntar malah kesalahan en Jo ngamuk ke aku."
Lagi-lagi gagal!
Tapi, kali ini Serafima makin penasaran. Jawaban dari Vargana menyiratkan sesuatu yang buruk terjadi pada Jovano yang berkaitan dengan kisah cinta lalunya. Apa itu? Ia jadi makin tertantang untuk mengetahuinya.
Tapi ... siapa?
'Ohh! Kuro! Bocah itu kan biasanya suka bicara apa adanya. Pasti aku bisa mengorek itu dari dia!' batin Serafima sambil dia mulai mencari Kuro.
"Kuro, apakah kau punya waktu lu-" Baru saja Serafima hendak mendekati danau karena konon si hybrid hitam ada di sana siang ini, tubuhnya kaku seketika.
"A-ahh!" Kuro terkejut dan mendorong kuat-kuat Zevo ketika mereka sama-sama tanpa busana saat ini, bermesraan di tepi danau di balik rerumputan tinggi.
"Aduh!" Zevo terbang beberapa meter ke belakang dan tercebur ke dalam danau.
"Ohh! Maaf! Maaf!" Serafima langsung saja menutupi matanya menggunakan telapak tangan. Bagaimana pun, dia hanya pernah menatap tubuh telanjang Jovano saja selama ini. Jika harus ditambah dengan Zevo, matanya bisa-bisa kehilangan kesucian secara total! "Maaf, aku tidak tahu kalian sedang ... umm, selamat tinggal! Teruskan saja!"
Kuro belum sempat menyahut apapun ketika Serafima segera lari begitu cepat dari tempatnya. "Dia ... dia kenapa, sih?" Lalu dia menatap ke suaminya yang muncul dari dalam danau. "Kau! Ini gara-gara kau iblis aneh yang minta macam-macam segala di sini! Lihat, aku jadi malu setengah mati!"
"Sa-sayank ... ini ... aku hanya ingin kita memiliki variasi dalam hubungan indah kita-"
DHUAKK!
Byuurrr!
Dan Zevo kembali masuk ke danau, dan Kuro sudah memiliki wajah merah padam. Dia menyesal kenapa menuruti kemauan suaminya dengan alasan ingin mengobarkan api asmara mereka. Yang ada, api emosi dan malu Kuro yang berkobar saat ini!
Kembali ke Serafima ... setelah dia menenangkan hatinya yang syok melihat sepasang insan bermesraan di depan mata, ia pun duduk di sebuah batu sambil mengatur napas. Lagi-lagi dia gagal mendapatkan informasi!
Lalu, apa lagi yang harus dia perbuat agar bisa memperolehnya? Siapa yang harus dia tanyai? Hm, Voindra, Shelly, atau Kyuna? Yang mana kira-kira dari tiga itu yang akan berbicara?
"Kenapa tidak bertanya langsung padaku?" Mendadak, ada sebuah suara di belakang Serafima.
Terkejut, gadis itu menoleh hanya untuk menemukan wajah menyeringai Jovano. "Jo!"