Tiba di Alam Hybrid
Tiba di Alam Hybrid
Tak berapa lama, muncul pendar cahaya keemasan dari kaki mereka, cahaya itu semakin terang dan membentuk lingkaran dengan simbol-simbol rune kuno aneh di sekelilingnya. Udara menghembus dari lingkaran cahaya di tanah, sehingga rambut dan baju mereka berkibar-kibar ke atas.
Tapi mereka tetap memejamkan mata dan terus berkonsentrasi, karena ini adalah momen krusial mereka. Terlebih, Hong Wang juga terus berseru agar mereka tetap memejamkan mata dan jangan sekali-kali membukanya sebelum tiba di destinasi.
Alam Hybrid. Itulah tujuan mereka yang pertama.
Dalam hitungan menit yang terasa lama, mereka semakin merasa tubuh mereka ringan, ringan dan tambah ringan sampai rasanya ada yang menyedot mereka.
Tak berapa lama setelah gemuruh heboh yang ditimbulkan lingkaran cahaya tadi, kini rambut dan pakaian mereka sudah turun kembali.
"Buka mata kalian." Hong Wang, si burung Vermilion, memerintahkan mereka semua untuk membuka mata. Sudah pasti, ini berarti mereka telah tiba di Alam Hybrid.
Oleh karena meyakini itu, masing-masing dari mereka pun mulai membuka mata mereka. Ketika mata terbuka, yang terpapar di depan mereka hanyalah hamparan padang hijau semata dan beberapa pohon yang jaraknya berjauhan.
"Ini ... bukit?" Jovano bertanya-tanya.
"Sepertinya." Shona menjawab.
"Apakah kita langsung ke arah pecahan jiwa itu berada?" tanya Serafima sambil menatap bergantian ke rekan timnya.
"Ini ... sepertinya masih cukup jauh dari pecahan jiwa itu berada." Hong Wang menyahut.
"Oh tidak, artinya ... kita masih harus melakukan perjalanan lagi di alam ini sampai menemukan pecahan jiwa itu?" Serafima tak menyangka mereka ternyata tidak langsung berada di depan pecahan jiwa itu melainkan masih harus mencari dan melakukan perjalanan.
"Hei, jangan mengeluh padaku, skriiiii!" pekik burung Vermilion ke Serafima. "Bukan aku yang memberikan kalian moda transportasi, yah! Aku hanya penunjuk jalan saja! Skrriiii!" Hong Wang menaikkan dagunya, kesal karena mengira Serafima sedang mengeluh padanya. Memangnya dia ingin membawa mereka ke bukit ini? Dia juga tak menyangka tiba di bukit.
"Baiklah, kalau begitu, ayo kita segera terbang menuju ke arah pecahan jiwa mommy." Jovano tidak melihat perlunya saling menyalahkan dalam situasi dan kondisi seperti ini. "Kakak Ver, arah manakah letak pecahan jiwa itu berada?"
"Di sana." Hong Wang menggunakan ujung sayapnya untuk menunjuk ke sebuah arah. "Aku merasakannya ada di arah sana."
"Huh, untung saja ada Kak Ver yang bisa merasakan dan melacak pecahan jiwa itu karena kurasa kompas kita tidak berguna di sini." Jovano menatap muram pada kompas yang dia bawa. Jarum pada kompas itu hanya berputar saja tanpa menunjuk arah yang pasti.
"Hm, kalau tidak salah, medan magnet di alam ini cukup kacau. Skriii!" Hong Wang sedikit teringat mengenai alam ini.
"Apakah dulu kau pernah ke alam ini, Kak Ver?" tanya Jovano usai menyimpan kompasnya ke cincin ruang.
"Skrii! Tidak, tapi aku hanya mendengar mengenai alam ini dari kawanku, si Naga Biru." Hong Wang memaksudkan Qing Long (dibaca Ching Long), salah satu dari 4 makhluk mitologi Cina yang dikatakan sebagai simbol konstelasi Cina. Naga Biru atau ada yang menyebutnya Azure Dragon merepresentasikan arah timur dan musim semi.
"Hm, ayo kita terbang saja kalau begitu." Jovano memperhatikan bahwa lingkaran cahaya tadi menghilang usai mereka tiba di alam ini. Ia pun menyimpan pula kristal dari kakeknya. Sepertinya kristal itu memiliki kemampuan membawa orang berpindah alam apapun.
Mereka semua mengangguk dan bersiap terbang untuk mempersingkat waktu. Tidak ada yang tahu ada berapa banyak pecahan jiwa yang harus mereka kumpulkan untuk dikembalikan ke Andrea agar wanita Cambion itu bisa terbangun kembali.
Namun, alangkah kagetnya mereka semua ketika mereka ternyata tidak bisa terbang! Mencoba seperti apapun, melonjak sedemikian kuat pun, tidak bisa!
"Oh tidak, sepertinya kemampuan terbang kita musnah di alam ini, Kak Jo." Gavin memberikan kesimpulan.
"Huh, sepertinya begitu." Jovano menggelengkan kepala penuh kecewa.
"Apa? Tidak bisa terbang? Lalu ... akan berapa lama kita harus berjalan menggunakan kaki?" Serafima mendelik kaget ketika sadar dia memang tak bisa terbang saat ini.
"Hm ... ternyata di alam ini, kalian tak bisa terbang." Hong Wang mengusap dagu menggunakan sayapnya.
"Kenapa kau bisa?" tukas Serafima sambil menunjuk ke Hong Wang yang sejak tadi masih melayang santai di udara.
"Yah, entahlah! Memangnya aku moyang di sini yang tahu segala hal mengenai alam ini? Dasar tolol, skrriiiii!" ejek Hong Wang pada Serafima.
Gadis Nephilim itu tentu saja geram dan hendak menangkap Hong Wang, namun burung Vermilion itu sudah melonjak naik ke angkasa sambil menertawakan dia.
"Ya sudah, ayo kita berjalan kalau begitu. Anggap saja ini adalah latihan untuk kita, oke?" Jovano melerai keduanya daripada membuang waktu untuk bertengkar saja.
"Untung saja kau memasukkan Zizi ke Cosmo terlebih dahulu, yah Jo." Shona berkata penuh kelegaan.
"Ah, ya benar. Memang lebih baik dia di Cosmo dulu daripada dia harus berjalan jauh begini nantinya." Jovano menyetujui ucapan Shona.
Mendadak, Serafima ingin sekali masuk kembali ke Cosmo. Melakukan perjalanan jauh seperti ini bukan hal menyenangkan baginya, kecuali dia bisa terbang seperti biasanya, itu akan lebih baik.
"Eh, Kak Jo, coba kita periksa apakah kekuatan kita yang lainnya masih bisa digunakan di sini." Gavin angkat suara.
"Ah, iya Gav! Kau benar juga!" Segera Jovano menyadari hal penting itu dan mulai memunculkan api hitam dan cahaya putih di masing-masing tangan. "Sepertinya masih bisa."
Yang lain juga mulai mengeluarkan kekuatan sihir mereka dan ikut lega kekuatan itu tidak menghilang seperti kemampuan terbang mereka.
"Tunggu! Ada yang janggal." Pangeran Zaghar kini angkat bicara.
"Ada apa, Kak Za? Kau menemukan sesuatu?" Jovano menoleh ke pangeran yang sudah dianggap bagai kakak sendiri.
"Ini ... sepertinya aku hanya bisa mengeluarkan kekuatan elemenku saja. Selain itu, tidak bisa." Pangeran Zaghar menggelengkan kepalanya.
Jovano dan yang lainnya segera menjajal kekuatan sihir non-elemen mereka dan ternyata memang tak bisa! "Rupanya kita dibatasi di alam ini. Kita tidak bisa terbang dan tak bisa menggunakan sihir iblis."
"Tapi untung saja kekuatan yang ada di kedua telapak tanganmu tidak menghilang, Jo." Shona memaksudkan Api Hitam Neraka dan Cahaya Surgawi.
Jovano mengangguk dan mengeluarkan dua kekuatan terbesar dia, tapi sontak matanya membelalak lebar ketika tidak muncul apapun dari dua telapaknya. "Hah?! Hilang?! Tapi ... tapi tadi kan bisa! Bahkan kalian melihat sendiri, ya kan?" Ia menatap bingung ke semua rekannya.
"Kalian pikir siapa kalian hingga bisa bebas bergerak di tanahku, hm?" Seketika, ada sebuah suara berat seorang wanita.
Jovano dan yang lainnya lekas menengok ke sumber suara. Di sebuah tanah yang agak tinggi, berdirilah sosok besar dan kokoh. Kepala hingga dadanya merupakan wujud wanita dewasa, sedangkan perut hingga keempat kaki dan ekornya merupakan wujud singa dan memiliki sayap.
"Sphinx!"